Khotbah: Eksposisi Kitab Rut 1:1-5


Khotbah: Eksposisi Kitab Rut 1:1-5


Dalam bagian Rut 1:1-5, narrator menuliskan ceritanya dengan sangat jelas dan sistematis. Meskipun tergolong singkat, Namun ke 5 ayat dalam bagian pendahuluan ini menjadi penting dan mendasar untuk mengerti kisah selanjutnya dalam kitab Rut sesuai dengan yang dimaksud oleh sang Narator. Dalam bagian ini saya memberikan 5 topik bagian dari setiap ayat yang ada yang tentunya sesuai juga dengan konteks masa kini, antara lain:

Khotbah: Eksposisi Kitab Rut 1:1-5

Ayat 1a. Penderitaan datang Menghampiri

    Dalam bagian ini narrator memulai ceritanya dengan mengangkat pada satu masa ada kelaparan di tanah Israel. Kelaparan itu terjadi pada masa para hakim memerintah. Ini sebenarnya memberikan rujukan kepada kita bahwa apa yang terjadi pada masa para hakim adalah dosa yang begitu bejat dilakukan oleh bangsa itu (Hakim-hakim 21:25). Di zaman itu semua orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya. Dengan demikian narrator seperti memberi arahan bagi kita bahwa penyebab kelaparan itu berhubungan dengan perbuatan dosa yang dilakukan bangsa itu. Kita juga dingatkan oleh narrator bahwa akibat dosa dapat membawa kelaparan kepada manusia. Hal ini sama persis dengan kutuk yang diterima oleh Adam dan Hawa ketika berdosa di taman eden, dimana Allah mengutuk tanah sehingga harus bersusah payah dalam mencari rezeki (Kej.3:17). Oleh karena itulah, kita bisa melihat ide Narator bahwa dosa dapat mengakibatkan penderitaan. Hal ini sekaligus menjadi pengantar dari kitab ini, sehingga kita bisa melihat diakhir dari kitab ini narrator memunculkan ide mengenai kasih Allah yang menebus melalui kisah Boas menebus Rut. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kelaparan yang terjadi adalah konsekuensi langsung dari dosa bangsa itu. Hal ini tentu tidak dapat diprediksi oleh bangsa itu kapan terjadinya karena kita tahu bahwa Israel adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan melimpah susu dan madunya.

Oleh itulah Kelaparan yang terjadi itu sangat berat dan bukan hanya terjadi di satu wilayah, melainkan di seluruh tanah Israel. Kelaparan ini dialami oleh semua orang yang ada di tanah Israel. Kelaparan ini menjadi satu penderitaan yang menyiksa dan menakutkan. Jika kita lihat dalam konteks masa kini,tentu semua kita tidak mau terjadi kelaparan. Namun jika melihat apa yang baru-baru saja terjadi secara khusus di kota Batam di pertengahan 2020 hingga 2021 ada begitu banyak orang menderita dan ketakutan karena keadaan Covid 19 yang membuat semua masyarakat harus tinggal di rumah. Hal ini membuat masyarakat tidak bisa bekerja, sehingga ekonomi terhenti dan mati. Ada ribuan keluarga yang akhirnya meninggalkan Batam dan kembali ke kampungnya. Kita melihat ada kelaparan yang dapat dikatakan besar di kota Batam akibat Covid 19. Dan kelaparan itu bukan saja hanya ada di Batam, tetapi hamper di seluruh Indonesia yang pada umumnya di kota kota besar yang kebanyakan masayarakatnya menggantungkan kehidupannya dari pekerjaan sebagai karyawan ataupun usaha kecil menengah. Semua hal ini terjadi diluar dari perkiraan setiap kita. Melalui hal ini kita belajar bahwa penderitaan itu bisa menghampiri kapan saja dan dimana saja.

Ayat 1b. Respon terhadap Penderitaan (Allah yang dilupakan).


Di dalam bagian ayat 1b, narrator memberi informasi bahwa ada satu orang yang meresponi kelaparan itu dengan pergi membawa istri dan kedua anaknya laki-laki meninggalkan Betlehem-Yehuda menuju daerah Moab dan menetap disana sebagai orang asing. Narator sedang mengarahkan pembaca ceritanya bahwa ada seseorang yang meresponi penderitaan dengan “kabur” meninggalkan apa yang disebut sebagai tanah perjanjian, apa yang disebut sebagai rumah roti. Orang yang pergi ini tidak hanya bermaksud sementara karena ia membawa isteri dan anak-anaknya. Hal ini berarti keyakinan tentang Allah yang menyediakan, Allah yang berjanji dan Allah yang menepati janjinya, telah sirna dari orang ini. Oleh karena itulah mungkin narrator sengaja tidak menuliskan tentang Allah di bagian ayat pertama ini. Mungkin Allah telah “dilupakan” di dalam kisah ini. Mengapa demikian, karena kepergian seseorang ini bertolak belakang dengan apa yang selama ini dialami oleh bangsa Israel, dimana Allah membawa mereka keluar dari Mesir dan masuk ke tanah perjanjian ini. Allah menyediakan makanan selama kurang lebih 40 tahun bangsa itu di padang gurun. Allah begitu banyak melakukan hal-hal yang spektakuler/mujizat2 yang luar biasa. Orang ini telah melupakan semuanya itu.

Dalam kehidupan masa kini, berapa banyak orang-orang yang kita lihat ketika mengalami masalah dan penderitaan mereka malah justru meninggalkan Tuhan. Ketika sakit tak kunjung sembuh, mereka malah hancur imannya. Ketika keluarga mereka tidak akur, mereka malah menjauh dari Tuhan. Saya mengenal banyak orang-orang seperti ini. Salah satu jemaat yang saya layani juga demikian. Dimasa semua baik-baik saja, dia sangat rajin bersaksi, rajin beribadah, dan rajin memberi. Namun ketika anak sulungnya yang perempuan mengalami perceraian dalam rumah tangganya, itu mengakibatkan jemaat ini tidak lagi dating beribadah, ia akhirnya menjauh dari Tuhan dan pergi meninggalkan Tuhan.

Melalui hal ini kita belajar bahwa meresponi penderitaan seharusnya bukanlah meninggalkan Tuhan tetapi melainkan mendekat kepadanya dan semakin dekat senantiasa kepadanya.

Ayat 2. Identitas tak sesuai Tindakan


Dalam bagian ini narrator memberikan informasi mengenai identitas orang tersebut yang diikuti dengan perginya mereka meninggalkan Betlehem-Yehuda menuju tanah Moab. Identitas ini menjadi penting karena identitas itu menjadi harapan, tindakan yang nyata. Oleh karena itulah narrator menyebut langsung nama dari orang itu ialah Elimelekh yang berarti “Allah adalah Raja” dan istrinya Naomi yang berarti “menyenangkan,kesukaan, keindahan.” Identitas/nama yang dimiliki oleh Elimelekh tidak sesuai dengan respon/tindakan yang dilakukannya untuk meninggalkan Betlehem-Yehuda dan pergi ke tanah Moab. Dari hal ini kita bisa mengira bahwa narrator sedang mengidentifikasikan Elimelekh yang berjalan tak sesuai dengan apa yang dimaksudkan baginya. Elimelekh telah mengambil keputusan yang salah dalam hal ini.

Ketika membaca kisah ini, saya teringat dengan seorang teman yang bernama “Sabar” dan tentunya kita berharap dia adalah orang yang sabar. Tetapi sejauh saya berteman denganya selama kuliah, justru saya dan teman lainnya yang harus banyak bersabar atas ulahnya yang terkadang usil dan menjengkelkan. Nah bagaimana dengan kita semua, bukankah identitas kita adalah orang percaya, orang Kristen, apakah identitas itu melekat dan terpancar dari kehidupan dan keputusan kita?

Ayat 3-5. Sudah Jatuh tertimpa Tangga


Dalam bagian ini Narator memberikan informasi bahwa Elimelehk akhirnya mati (ayat 3) sehinngga Naomi tinggal Bersama kedua anaknya. Ini adalah kesedihan yang mendalam bagi Naomi, harus kehilangan suaminya di tanah perantauan. Oleh itulah mungkin anak-anak Naomi Mahlon dan Kilyon menikah dan mengambil orang Moab menjadi isterinya, yaitu Orpa dan Rut (ayat4). Pernikahan kedua anak laki-laki Naomi ini mungkin bisa sedikit mengobati duka yang dialami oleh Naomi. Oleh itulah Narator menuliskan bahwa mereka masih tinggal di Moab kira-kira 10 tahun lamanya. Belum usai penderitaan yang dialami Naomi, karena kehilangan suaminya, dan kedua anaknya laki laki yang menikahi perempuan Moab belum juga memilki keturunan (artinya selama 10 tahun, Naomi belum juga memiliki cucu). Naomi kembali mengalami duka yang lebih dalam, yakni ia harus kehilangan kedua anaknya. Naomi kini tinggal sendiri di negeri orang. Naomi hidup sebatang kara. Penderitaan yang dialami oleh Naomi dating bertubi-tubi. Oleh itulah kita bisa mengatakan bahwa Naomi sudah jatuh tertimpa tangga lagi.

Penderitaan, masalah, pergumulan semuanya bisa datang secara bertubi-tubi menghampiri kita. Sama seperti yang dialami oleh Naomi, penderitaan yang cukup berat datang secara bergantian. Tetapi kisah Naomi tidak berhenti hanya sampai di masa penderitaan itu. Kisah Naomi terus berlanjut dan kita melihat sang Narator telah memiliki alur cerita dari kehidupan Naomi. Demikian juga halnya dengan kehidupan kita. Narator kehidupan kita telah memliki alur cerita dari seluruh kehidupan kita. Ada mungkin masa-masa yang berat akan kita alami seperti pengalaman Naomi, tetapi mari kita percaya kepada Narator itu,bahwa akan ada akhir yang indah dari cerita penderitaan itu.

i. Rut 1:6-14


Jika di dalam ayat 1-5, narrator lebih menekankan kepada Elimelehk dan segala keputusan yang diambilnya serta akibatnya. Di dalam ayat 6-14 ini, narrator beralih focus kepada Naomi, si janda malang yang telah ditinggal suami dan anak-anaknya. Di dalam ayat 6 bagian inilah narrator pertama sekali menyebut nama Tuhan, yakni Naomi mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan dan memberikan makanan kepoada mereka. Ini sebenarnya menjadi titik balik dari kehidupan Naomi.

Ayat 6 Timbulnya Harapan (Kembali Ke Betlehem)

    Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem setelah semua penderitaan yang dialaminya (ayat 1-5). Keinginan untuk kembali ke Yerusalem ini dimiliki oleh Naomi setelah ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka. Melalui hal ini kita melihat sikap yang diambil oleh Naomi sudah sangat tepat bahwa ia mendengar tentang Tuhan dan ia kembali. Mendengar akan perbuatan Tuhan inilah yang menimbulkan harapan bagi Naomi. Hal yang sama juga terjadi bagi kita, dimana ketika kita mendengar tentang perbuatan-perbuatan Tuhan baik melalui firmanNya maupun kesaksian-kesaksian, maka itu akan menimbulkan harapan. Harapan akan kuasa Tuhan, harapan akan pertolongan Tuhan, harapan akan pemulihan dari Tuhan. Harapan inilah yang kan membuat kita bertahan dalam penderitaan dan kembali terus mempercayai Tuhan. Saya secara pribadi dalam bersikap di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan akan selalu memberika diri untuk mendengar Firman Tuhan dan perbuatan-perbuatannya serta berharap senantiasa kepada Tuhan.

Ayat 7-14. Seleksi (Perjalanan Pulang)


Dalam bagian ini merupakan kisah dimana Naomi dalam perjalanan pulang ke Betlehem menasehatkan kepada menantunya Rut dan Orpa untuk kembali ke Moab negara asalnya karena dalam pemikiran Naomi, menantunya akan lebih mapan di Moab dibandingkan bersamanya di Betlehem. Hal ini disebabkan secara keturunan karena Naomi telah kehilangan suaminya, anak-anaknya. Oleh karena itu tidak mungkin lagi ada anak yang bisa menjadi suami bagi Rut dan Orpa. Selain itu, secara ekonomi juga Naomi sudah tidak punya apa apa, bahkan tidak punya lahan/tanah untuk ditanami. Jadi baik secara ekonomi maupun secara keturunan, Naomi sudah tidak bisa diharapkan lagi. Oleh karena itulah Naomi menyuruh kedua menantunya untuk meninggalkannya. Namun dari 2 menantunya Orpa dan Rut, akhirnya salah satu meninggalkan Naomi dan kembali ke Moab yaitu Orpa. Pertimbangan Lahiriah yaitu keturunan (suami) dan ekonomi menjadi landasan utama Orpa untuk meninggalkan Naomi. Orpa sama sekali tidak mengikutsertakan pertimbangan rohani (iman) dalam mengambil keputusan. Hal ini mungkin biasa saja terjadi karena memang Orpa adalah orang Moab yang tidak mengenal Allah Israel.Melalui hal ini saya belajar bahwa hal-hal lahiriah seperti ekonomi bisa saja menjadi alat seleksi dalam mengiring Tuhan. Oleh karena itu sekalipun dimasa sulit, maka pertimbangan iman harus tetap diikutsertakan dalam mengambil keputusan.

PIDATO HUT KEMERDEKAAN RI KE 77, RABU 17 AGUSTUS 2022.





PIDATO HUT KEMERDEKAAN RI KE 77, RABU 17 AGUSTUS 2022.



SHALOM, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA.



Yang Kami hormati, Ibu, BAPAK DLL

Yang kami hormati ORANG TUA yang hadir pada hari ini.

Dan yang kami kasihi, seluruh mahasiswa/I yang cantik2 dan tampan-tampan.

Merdeka!!



Pertama tama marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan kita Yesus Kristus atas berkat, rahmat dan anugerahNya sehingga pagi hari ini kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 77. Hari yang berbahagia, dimana kita diingatkan 77 tahun yang lalu, 17 Agustus 1945 Bangsa Ini telah memproklamirkan kemerdekaannya.


Tentunya kita tahu semua Kemerdekaan bangsa ini tidak didapat dengan begitu saja atau diterima begitu saja, melainkan diraih dengan penuh perjuangan dan pengorbanan bahkan direbut dengan darah serta nyawa oleh para pahlawan kita dari tangan para penjajah. Bukan perkara mudah, 350 tahun ditangan belanda dan 3,5 tahun di tangan Jepang bukanlah waktu yang sedikit, ada berbagai generasi yang berjuang disana. Namun, berkat rahmat Tuhan, serta semangat persatuan dan kesatuan dari para pahlawan,serta seluruh nenek moyang kita maka peperangan dapat dimenangkan dan kemerdekaan ini dapat diraih. Nenek Moyang kita dan para Pahlawan kita telah meraih kemerdekaan ini, saat ini bagian kita meneruskan dan mengisi kemerdekaan ini yang tentunya untuk membawa bangsa ini kepada Kemerdekaan yang sesungguhnya. Membangun bangsa ini sesuai cita-cita luhur dari para pendiri bangsa.



Dalam memperingati HUT Kemerdekaan RI yang ke 77 ini, Thema yang diusung oleh pemerintah kita adalah “Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat" tentunya ini tidak terlepas dari apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, dimana covid 19 merongrong masuk sehingga membuat semua sector dalam pemerintahan bangsa ini menjadi terpuruk, seperti sector Kesehatan, ekonomi, bahkan kerohanian dan lain sebagainya. Oleh karena itulah melalui HUT RI Ke 77 ini pemerintah Kembali mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama, bergotong royong dalam memujudkan pemulihan ini di seluruh sector-sektor yang terdampak. Sehingga dengan pemulihan yang terjadi, maka bangsa ini akan mengalami kebangkitan dan menjadi lebih kuat.



Kita sebagai warga negara, sebagai dosen, staff dan mahasiswa tentu punya andil besar dalam mewujudkan cita-cita luhur bangsa ini, untuk bisa pulih lebib cepat dan bangkit lebih kuat. Peran-peran kecil yang kita miliki masing-masing jika dilakukan bersama-sama tentu akan mampu membawa pemulihan dan kebangkitan bagi bangsa ini. Seperti apa yang pernah diungkapkan oleh Presiden Pertama RI. Ir. Soekarno, “beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Saat ini ada RIBUAN an lebih mahasiswa d yang tentunya semuanya adalah Pemuda, jika kita bergerak bersama-sama, niscaya bangsa ini dan bahkan dunia akan terjadi perubahan dan kebangkitan.

Mari kita satukan hati,dan melangkah bersama-sama dengan satu tujuan membawa pemulihan dan kebangkitan bagi bangsa ini. Sebagai mahasiswa teologi, hamba Tuhan, dosen dan staff tentu andil kita besar dan kesempatan kita terbuka luas untuk masuk di tengah-tengah masyarakat, secara khusus masyarakat Kristen. Kita dipanggil untuk menciptakan masyarakat-masyarakat yang memiliki budi pekerti yang luhur, berakhlak mulia sehingga mendorong terciptanya kedamaian, keadilan, kemajuan, dan pembangunan yang terus berjalan. Seperti kata Nabi Yesaya dalam surat Yesaya 60:1, “Bangkitlah, j menjadi teranglah, sebab terangmu datang , dan kemuliaan l TUHAN terbit atasmu.”





Saya menitipkan bangsa ini, Bangsa Indonesia yang kita cintai bersama sama ini, dalam doa-doa bapak-ibu saudara-saudara semua, dosen, staff dan mahasiswa seperti nasehat Paulus kepada Timotius dalam suratnya 1 Timotius 2: 1-2, “Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, 2:2 untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.



Sebagai penutup saya ingin membagikan pantun.



Jalan-jalan ke kota Batam

Jangan lupa singgah Barelang

Indonesia maju dan tentram

Kita semua hatinyapun senang.



Pergi ke pasar membeli cabai

Sama si Rista berjalan Kaki

Indonesia merdeka sudah dicapai

Kita nikmati dan juga syukuri.



Akhir kata, saya mengucapkan terimakasih atas segala perhatian bapak, ibu saudara semua. Tuhan Yesus memberkati.


Merdeka!!! Merdeka!!! Merdeka!!!



Shalom.



KEMAHAKUASAAN ALLAH DALAM PENCIPTAAN (Kejadian 1:1).



KEMAHAKUASAAN ALLAH DALAM PENCIPTAAN

Oleh: Christiana Lim

Pendahuluan

    Alam semesta, manusia dan segala jenis binatang yang ada dibumi adalah ciptaan Allah. Hal ini membuktikan Kemahakuasaan Allah dan kedaulatan-Nya sehingga Ia dapat menciptakan langit dan bumi serta segala isinya. Manusia merupakan salah satu ciptaan-Nya sehingga manusia juga bergantung pada ciptaan-ciptaan Allah yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa Allah adalah pribadi yang berkuasa. Makhluk-makhluk ciptaanNya saling bergantung satu dengan yang lain. Dalam kitab Kejadian telah ditulis tentang penciptaan Allah akan alam semesta dan segala isinya hal ini sangat menakjubkan karena dalam kejadian 1 dikatakan bahwa ketika Tuhan berfirman maka apa yang Ia katakan terbuat.

    Salah satu atribut Allah adalah kemahakuasaan. Allah adalah Allah yang memiliki kuasa yang tak terbatas, sehingga apapun yang tidak mungkin bagi manusia untuk dilakukan dapat dilakukan oleh Allah membuktikan Allah berkuasa. Tidak hanya itu Allah juga memiliki banyak sifat. Ada beberapa diantaranya ialah: kedaulatan Allah, Kekudusan Allah, Kemahadiran Allah dan lain sebagainya. Kemahakuasaan Allah adalah hal yang menjelaskan tentang keagungan dan kehormatan yang tida dapat dibandingkan dengan apapun.

    Kemahakuasaan Allah dalam menciptakan semesta Ia tidak serta merta menciptakan dan meninggalnyakannya begitu saja, tetapi Ia adalah Allah yang bertanggung jawab atas semua ciptaan-Nya. Dengan memberikan tanggung jawab kepada manusia atas semua ciptaan-Nya karena Allah memberikan kuasaNya kepada manusia untuk memelihara semua ciptaan-Nya.

Definisi Kemahakuasaan dan Penciptaan

    Kata Yunani “Kuasa” adalah dynamis. Kata ini berarti “kekuatan yang kuat, potensi, atau kuasa yang melekat.” Dynamis adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tidak mungkin dilakukan itu merupakan kuasa Alla yang dinamis, eksplosif dan kemampuan supranatural-Nya.[1] Kemahakuasaan Allah adalah hal yang menjelaskan tentang kemuliaan, keagungan, dan kehormatan yang tidak bisa dibandingkan dengan apapun.[2]

    Dalam KBBI arti kemahakuasaan diambil dari kata dasar yaitu kuasa yang berarti kemampuan atau kesanggupan (untuk berbuat sesuatu); kekuatan; wewenang atas sesuatu atau untuk menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya). Tidak ada sesuatu pun yang tidak dapat dilakukan oleh Allah, semua hal yang tidak mungkin bagi manusia dapat dibuat oleh Allah, itulah yang disebut kemahakuasaan Allah.[3] Tidak ada hal yang tidak diketahui oleh Allah. Dia adalah Allah yang mahatau, disamping itu tidak ada yang tidak dapat dibuat oleh Allah, itulah yang disebut kemahakuasaan-Nya.[4]

    Penciptaan menurut KBBI dari kata cipta yang memiliki arti kemampuan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru; angan-angan yang kreatif. Menciptakan yang artinya menjadikan sesuatu yang baru tidak dengan bahan. Penciptaan merupakan tindakan bebas Allah, melalui tindakan ini Allah pada mulanya menciptakan langit dan bumi.

Kemahakuasaan Allah dalam Penciptaan

    Berdasarkan pengertian diatas yang telah dijelaskan bahwa Kemahakuasaan Allah dalam penciptaan sangat luar biasa. Melalui tindakan-Nya Allah pada mulanya menciptakan segala sesuatu dari yang tidak nampak menjadi nampak.[5] Kekuasaan Allah tidak memiliki batas, karena Allah adalah Roh yang tak terbatas dan sempurna serta Allah pun berkuasa atas segala yang hidup.[6] Dalam Yesaya 40:28 mengatakan, “Tidakkah kautahu, dan tidakkah kau dengar? Tuhan ialah Allah yang kekal yang menciptakan bumi dari ujung ke ujung; Ia tidak menjadi lelah dan tidak menjadi lesu, tidak terduga pengertian-Nya”. Kemahakuasaan Nya yang tak terbatas itu sehingga Allah dapat melakukan apa saja yang ingin dibuatNya karena diriNya sendiri tidak terbatas. Kekuatan Allah yang kreatif dapat menciptakan langit dan bumi.[7] Kemahakuasaan Allah bersifat independensi, artinya Allah tidak bergantung pada manusia. Apapun yang ingin Allah lakukan dapat dilakukan-Nya.

    Identifikasi Allah sebagai sang pencipta dalam Kejadian 1:1, menunjuk kepada istilah umum untuk keAllahan yang merupakan sebutan Allah yang sejati. Kata yang digunakan adalah Elohim. Istilah Elohim memiliki makna majemuk berhubungan dengan ilahi , yaitu yang kuat, pemimpin yang perkasa , keallahan yang tertinggi.[8] Segala sesuatu yang telah dijadikan Allah, tanpa Allah maka tidak akan terjedi. Dalam Ibrani 11:3 mengatakan “Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh Firman Allah”. Hal ini membuktikan kemakuasaan Allah hanya dalam berfirman maka terjadilah.[9]

    Dalam kejadian 1:1 dikatakan “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi”, ayat ini jelas menekankan kemahakuasaan Allah karena dapat menciptakan. Allah memiliki kebebasan dan kuasa untuk melakukan apa saja dengan keAllah-anNya. Ia berkuasa atas alam semesta.[10] Kekuasaan Allah terlihat jelas ketika Allah menciptakan alam semesta, Allah hanya berfirman maka apa yang Ia katakan ada kuasa. Oleh karena itu tidak ada yang dapat menyamakan kekuatan Allah.[11]

Pandangan tradisi Gereja

    Gereja mengakui kemahakuasan Allah dapat dibuktikan pengakuan iman Rasuli yang berbunyi “ Aku percaya kepada Allah Bapa yang Mahakuasa, pencipta langit dan bumi”.[12] Pernyataan pengakuan ini merupakan iman dari gereja mula-mula Allah adalah Allah yang berkuasa yang dapat menciptakan alam semesta.[13] Dalam gereja mula-mula ternyata arti kata menciptakan memiliki arti yaitu membuat sesuatu tanpa apa-apa.

Relevansi Kemahakuasaan Allah bagi manusia

    Kekuasaan Allah memberikan dasar moral. Allah tidak hanya melakukan sesuatu untuk memberikan kesan baik kepada manusia.[14] Allah menciptakan Langit bumi dan segala isinya, semua yang telah Allah ciptakan memiliki kegunaannnya masing-masing sehingga pada akhirnya manusia diciptakanNya diakhir, artinya ialah Tuhan telah menyediakan semua yang dibutuhkan oleh manusia, Dia tidak membuat manusia menjadi susah sendiri.[15] Manusia adalah mahkluk special yang serupa dan segambar dengan Allah, oleh karena kemahakuasaan Allah manusia hanya menjalankan tugas yaitu memelihara yang telah Allah ciptakan dan manusia hanya menikmati dan mengelolanya saja.

Alam merupakan ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi seperti tumbuh-tumbuhan dan binatang, dari Karya Allah ini sehingga manusia dapat menggunakan segala yang tersedia dialam guna kebutuhan yang merupakan ciptaan Allah. Kemakuasaan Allah dalam penciptaan sangat berdampak besar bagi manusia sehingga manusia dan karya ciptaanNya saling bergantung dan saling membutuhkan.

Kesimpulan

    Kemahakuasaan Allah dalam penciptaan terlihat jelas bahwa Allah berkuasa dibuktikan dari kisah penciptaan-Nya, Ia mampu menciptakan langit dan bumi dengan Firman yang keluar dari mulut Allah.Ia mampu membuat sesuatu tanpa bahan apapun hal ini membuktikan Kuasa Allah bahkan kemahkuasaan Allah sangat berdampak bagi ciptaan-ciptaanNya salah satunya ialah manusia. Allah adalah pribadi independensi yang tidak bergantung pada ciptaan-Nya tetapi ciptaan-Nyalah yang bergantung pada Allah. Manusia memiliki peran penting dalam Kemahakuasaan Allah yaitu memiliki tugas untuk merawat dan memelihara alam semesta dengan baik, sebagaimana Allah telah merawatnya.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kehidupanrohani.com/2022/06/keadilan-allah-ayub-421-30.html
C, Thiessen Henry, Teologi Sistematika.Malang : Gandum Mas. 2000.

Charitoun,Erward Sarmawando Gawa. Apologetika Kristen tentang Kemahakuasaan Allah serta Misi Apologetika Kristen. institut Agama Kristen Negeri toraja.

Evans, Anthony T. ”Teologi Allah, Allah Kita Maha Agung” Jawa Timur: Malang Gandum Mas, 1999.

Evas, Tony. Teologi Allah, Malang: Gandum Mas 1999.

J, Erickson Millard. Teologi Kristen, Malang :Gandum Mas, 2004.

Johnson, Djonly Relly Rosang, “Studi Kritik Teori Penciptaan Dalam Kejadian 1:1-2” HUPĒRETĒS 1.1 (2019): 62–78.

Maldonado, Guillerom. Kuasa Supernatural Tuhan Liht Publishing. 2011.

Pendidikan Agama Kristen, Allah Maha Kuasa, Jakarta: Gunung Mulia, 2007.

Tong, Stephen. Teologi Sistematika Volume 1 Dokrin Allah. Surabaya: Momentum 2008.

W.Menzies. William & Stanley M. Horton. Doktrin Alkitab, Malang: Gandum Mas 2003.







[