OLEH
PARDOMUAN MARBUN
MAKNA KEMATIAN YESUS
(EKSEGESIS TEKS
MATIUS 27:50-53)
Pendahuluan
Kematian Yesus adalah hal yang
paling pokok di dalam kekristenan.
Paulus menulis dalam Roma 5:10, bahwa oleh kematian Yesus manusia
diperdamaikan dengan Allah dan diselamatkan.
Kematian Yesus membawa keselamatan bagi dunia. J.T. Nielsen mengatakan, kematian Yesus
membuka jalan masuk kepada Allah.[1] Donald Guthrie juga mengatakan bahwa kematian
Yesus adalah prinsip penggantian untuk menyelamatkan seluruh bangsa dan
mempersatukan anak-anak Allah yang telah tercerai-berai.[2] Hal serupa juga diungkapkan oleh Thiessen, ia
mengatakan makna dari kematian Yesus adalah sebagai pemenuhan tuntutan Allah dan
penebusan untuk manusia berdosa.[3] Harun Hadiwijono juga mengatakan kematian
Yesus adalah sebagai ganti dosa manusia dari tuntutan keadilan Tuhan.[4] Sementara itu ada beberapa pandangan
mengatakan bahwa Yesus mati untuk memberitakan Injil kepada orang-orang mati,
supaya mereka sama seperti manusia, dihakimi secara badani ...(1 Pet. 4:4-6).[5] Bahkan, banyak tokoh yang menyangkal cerita
kematian Yesus dan mengatakan bahwa kisah Yesus hanyalah mitos, kematiannya
tidaklah bermakna apa-apa. Beberapa
diantara mereka adalah H. S. Reimarus, D.F. Strauss, dan F. Chr. Baur.[6] Mereka hanya percaya bahwa Yesus hanyalah
guru yang mengajarkan tentang kehidupan dan yang dikenal dengan teladan-Nya. Hal ini juga menjadi bahan perdebatan
diantara orang kristen dengan penganut agama-agama lain.
Dengan adanya perbedaan pemahaman
mengenai makna kematian Yesus seperti di atas, maka penulis akan meneliti makna
yang sebenarnya. Makalah ini diharapkan
bisa memberikan sumbangsih bagi permasalahan ini, sehingga pembaca dapat
menyimpulkan makna yang sebenarnya secara Alkitabiah. Penulis juga berharap, melalui makalah ini,
pembaca akan memperoleh peneguhan iman dengan menyadari makna kematian Yesus yang
sesungguhnya.
Analisa Historiskal-Gramatikal
Penulis
Para pakar modren meragukan bahwa penulis Injil Matius
adalah Matius. Mereka mengatakan bahwa
penulis Injil Matius sepertinya tergantung pada satu dokumen yang disusun oleh
seorang penulis bukan rasul.[7] John Drane juga mengatakan kepenulisan Injil
ini masih anonim, dalam arti tidak menyatakan siapa penulisnya dengan pasti.[8] Akan tetapi tradisi Gereja mengatakan bahwa
Injil Matius ditulis oleh Matius Lewi, seorang pemungut cukai, yang dipanggil
oleh Yesus menjadi salah seorang dari kedua belas muridnya (Mat. 9:9-13; 10:3).[9] Hal ini juga didukung oleh bapak-bapak gereja
yaitu Eusebius, Irenaeus, Origenes.
Mereka mengatakan bahwa Matius menulis Injil dalam bahasa Ibrani.[10] Selain itu, bukti internal juga mendukung hal
tersebut.[11] Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa
kitab Matius ditulis oleh Matius murid Yesus si pemungut cukai.
Tahun Penulisan
Nubuatan
tentang penghancuran bait Allah dalam Kitab-kitab Injil
Sinoptis diberi tempat yang utama. Para
pakar sepakat kitab Injil tersebut ditulis tidak jauh dari waktu penghancuran
itu sekitar tahun 70 M oleh prajurit Roma.[12] Guthrie juga mengatakan Injil Matius ditulis
sebelum kejatuhan Yerusalem.[13] Hal yang serupa juga diungkapkan oleh C.
Groenen OFM, ia mengatakan jika Injil Matius ditulis sesudah tahun 70 M, maka
sang rasul harus mencapai usia yang untuk zaman itu tua sekali.[14] Sementara itu, M. E. Duyverman mengatakan hal
yng berbeda yaitu, Injil Matius ditulis antara tahun 72-85.[15] Hal ini juga didukung oleh kelompok “liberal”
yang berpendapat bahwa waktu penulisannya sekitar tahun 80-90 Masehi, atau pada
akhir abad pertama.[16]
Meskipun ada dua
perbedaan dalam penetapan tahun kepenulisan kitab ini, namun dapat ditarik
kesimpulan bahwa para pakar lebih banyak menetapkannya sebelum kejatuhan
Yerusalem (70 M). Misalnya, Henry C.
Thiesen yang mengatakan Injil Matius ditulis sebelum tahun 70 M, karena Matius
tidak menceritakan secara detail tentang peristiwa kejatuhan Yerusalem dan
menuliskannya dalam konteks yang akan terjadi di masa depan.[17] Hal ini juga didukung oleh Merril C. Tenney.[18] Irenaeus juga memberikan kesaksian bahwa
Injil Matius ditulis ketika Nero memerintah (54-68), ketika itu Petrus dan Paulus
ada di Roma.[19] Oleh karena itu tidaklah salah jika
disimpulakan bahwa penulisan Injil Matius dilakukan sebelum tahun 70 M.
Tempat Penulisan
Mengenai
tempat penulisan kitab ini, Tenney berpendapat bahwa tempat penulisannya adalah
di Antiokhia.[20] Groenen juga mengatakan bahwa tempat yang
paling cocok dengan penulisan kitab ini adalah Siria, khususnya kota
Anthiokhia, atau di pantai Palestina, misalnya kota Kaisarea.[21] M. E. Duyverman juga membenarkan hal ini
dengan mengatakan bahwa tempat penulisan kitab ini adalah Antiokhia.[22] Secara umum para sarjana juga memberi
perkiraan bahwa tempat penulisan dari Injil Matius adalah di Antiokhia-Siria.[23] Suharyo juga mengatakan tempat penulisan
kitab ini dapat ditentukan dengan mempertimbangkan ciri-ciri tulisan dan
pribadi pengarang, yaitu Antiokhia di Siria.[24] Dengan demikian maka dapat disimpukan bahwa
tempat penulisan kitab Matius adalah Antiokhia di Siria.
Penerima
Penerima Injil Matius belum terpisah dari Yudaisme,
artinya penerima didominasi oleh orang-orang Yahudi.[25] Hal ini terlihat dari penekanan Matius
terhadap Perjanjian Lama di sepanjang Injil ini. J. J. de Heer juga mengatakan penerima Injil
Matius adalah jemaat Yahudi yang beradab di sekitar Antiokhia-Siria.[26] Jemaat tersebut bukanlah jemaat Yahudi asli
melainkan Yahudi diaspora yang menggunakan bahasa Yunani dan juga mengerti
bahasa Ibrani.[27] Irving L. Jensen juga mengatakan dari isi
kitab Matius, sangat jelas bahwa kitab ini ditulis untuk orang-orang Yahudi.[28] Stefan Leks mengatakan bahwa “ Injil Matius
terkenal sebagai kitab bergaya Yahudi, sasaran dari kitab Matius adalah
orang-orang Kristen yang sudah mengenal penulisnya.”[29] Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
penerima dari Injil Matius ini adalah orang-orang Kristen Yahudi dan bercampur
juga dengan jemaat-jemaat non Yahudi.
Tujuan Penulisan
Suharyo
mengatakan Injil Matius menjadi saksi dari sebuah proses ketika tradisi
Yahudi-Kristen meninggalkan ciri partikularismenya atau keterikatannya pada
hukum.[30] Hal ini berarti bahwa kabar keselamatan Yesus
Kristus ditujukan kepada semua orang dan dengan demikian gereja mempunyai ciri
universal, yaitu untuk semua orang.
Duyvermman juga mengatakan bahwa Injil Matius bertujuan meyakinkan
dengan sistematis dan dengan penuh hormat bahwa Yesus adalah Mesias yang sudah
dijanjikan oleh Allah di dalam Perjanjian Lama.[31]
Tujuan
yang lain dari penulisan Injil Matius adalah sebagai pengajaran kepada
jemaatnya. W. Grundmann mengatakan bahwa
Matius menulis untuk mengajar jemaatnya. [32] Tenney juga berpendapat selain menunjukkan
kemesiasan Yesus dari nubuat Perjanjian Lama, Injil Matius juga memiliki titik
perhatian pada unsur pendidikan.[33] Melalui hal ini kita bisa melihat bahwa
Matius ingin menekankan isi dari ajaran Yesus yang berhubungan dengan
pribadi-Nya serta hukum taurat, supaya keseluruhan makna kedatangan Mesias
menjadi jelas. Kemesiasan Yesus sebagai
pengenapan dai tujuan ilahi adalah menjadi tujuan utama penulisan kitab ini.[34]
Latar Belakang
Kota
Keadaan Politik
Sejarah
dari bangsa Israel merupakan sejarah yang sangat unik. Hal ini dikarenakan Israel adalah bangsa
pilihan Allah, tetapi selalu dijajah dan dikuasai oleh bangsa lain. Bangsa-bangsa yang pernah menguasai Israel
diantaranya adalah Asyur, Babel, Persia, Yunani dan Romawi. Bangsa-bangsa inilah yang bergantian menjajah
bangsa Israel. Akan tetapi pada masa
kehidupan Yesus dan masa penulisan Kitab Perjanjian Baru hampir seluruh
peradaban dunia dikuasai oleh Romawi, termasuk di dalamnya Israel.[35] Kaisar yang memerintah pada masa itu adalah
kaisar Agustus (31 SM-14 SM), Kaisar Tiberius (14-37 M), kaisar Caligula (37-41
M), kaisar Claudius (41-54), dan kaisar Nero (54-68).[36] Kekaisaran Romawi menempatkan Herodes Agung
(37 SM-4M) diangkat menjadi raja di Palestina.[37] Herodes adalah seorang politikus yang cakap
dan lihai. Ia mengambil hati rakyatnya
dengan pembangunan yang hebat, seperti gedung-gedung, kuil-kuil, kota-kota, dan
benteng kuat serta terkenal dengan bangunan bait Allah yang megah (20 SM-70 M).[38]
Setelah
Herodes Agung meninggal kesatuan politis Palestina terpecah. Wilayah Yudea setelah diperintah oleh anak
Herodes, Arkhilaus dalam waktu yang singkat kemudian langsung diperintah oleh
Roma melalui wali negeri sampai tahun 70 M.[39] Secara politik bangsa Israel adalah bangsa
yang terjajah dan dikuasai oleh bangsa Roma.
Keadaan Sosial
Masyarakat
Yahudi dan kafir adalah dua bagian dari keadaan sosial pada abad pertama. Secara umum, Wolfgang Stegemann
menggolongkannya seperti dibawah:
Para imam, kaum Lewi, orang Yahudi murni, keturunan para Imam yang tidak
sah karena sang Imam menikah dengan wanita korban perkosaan atau janda. Selanjutnya adalah kaum proselit, budak-budak
yang merdeka, anak diluar pernikahan yaang sah, orang-orang yatim, bayi-bayi
terllantar, sida-sida, mereka yang lahir dari sida-sida, mereka yang memiliki
kelainan seksual, dan orang non Yahudi.[40]
Golongan diatas
diurutkan secara kedudukan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah
dengan peraturannya masing-masing.
Dengan berbedanya kedudukan maka perlakuan yang diberikan juga berbeda
dari satu golongan dengan golongan yang lainnya.[41]
Keadaan sosial
semakin susah karena pperbudakan dan menjadi penjahat, terlebih lagi karena
peperangan. Masyarakat yang memiliki
status sebagai budak terus meningkat terlebih karena peperangan, uta ng-piutang,
dan kelahiran.[42] Situasi seperti inilah yang juga dialami oleh
penerima Injil Matius. Ada
golongan-golongan di dalam jemaat, seperti golongan ningrat, mereka yang hidup
sebagai tuan tanah, golongan kelas menengah dan ada banyak budak-budak.
Keadaan Ekonomi
Sama
seperti saat ini, masyarakat pada abad pertama juga diharuskan bekerja untuk
menunjang kehidupannya.[43] Dunia pekerjaan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi pada masa itu adalah pertanian, industri, perbankan serta pengangkutan
dan perjalanan.[44] Semua tenaga yang digunakan pada masa itu
adalah tenaga manusia bukanlah tenaga mesin.
Keadaan ekonomi pada masa itu mengalami sekularisasi. Masyarakat melakukan perdagangan bebas dengan
mudah melalui sebuah transaksi seperti para tuan, pejabat, dan pemilik
tanah. Hal ini tidak terlepas dari
penguasaan Yunani sebelumnya dimana sampai masa ini bahasa Yunani Koine sebagai
bahasa Internasional.[45] Kondisi ekonomi seperti ini membuat orang
kaya semakin kaya, sementara orang miskin semakin miskin. Di dalam Injil keadaan ini juga dicatat dalam
bentuk perumpamaan, misalnya perumpamaan tentang talenta (Mat 25:15),
perumpamaan tentang pengampunan (Mat. 18:23-30).
Keadaan Agama
Pada
abad pertamaYudaisme adalah agama yang dianut oleh sebagian besar orang Israel. Selain Yudaisme masih banyak agama[46]
bermunculan, diantaranya adalah Pantheon Romawi-Yunani.[47] Hal ini berawal dari agama primitif di Roma
yang pada awalnya adalah animisme.
Namun, pemujaan terhadap pantheon Yunani sudah mulai menurun pada zaman
Kristus. Pemujaan terhadap mereka
bersifat semi politik; seseorang adalah penganut Zeus atau Hera atau Artemis
karena kebetulan ia tinggal di kota dimana dewa yang bersangkutan paling banyak
disembah. Hal ini juga ditulis dalam
beberapa ayat dalam perjanjian baru (KPR. 19:27-35).
Agama yang
juga turut berkembang pada abad pertama adalah pemujaan kepada kaisar,
agama-agama rahasia, pemujaan alam gaib, dan Filsafat-filsafat.[48] Pemujaan kepada kaisar mengakibatkan
permusuhan dengan para pengikut Kristus dan penganiayaan yang keji. Kaisar-kaisar harus disembah sebagai Tuhan
dan Allah.[49] Bahkan kaisar Caligula memerintahkan agar
patungnya didirikan di dalam bait suci Yerusalem. Ken kristenan pada masa itu menjadi sangat
terancam terlebih lagi berkembangnya filsafat-filsafat yang mempertuhankan akal
dan pengetahuan.
Teologi
Injil Matius
Injil
Matius berisi tentang kisah kehidupan Yesus dan pelayananNya di dunia ini. Hal ini dimulai dari silsilah kelahirannya,
baptisan, penderitaan, mukjizat, kematian hingga kebangkitan-Nya. Di dalam kisah narasi kehidupan Yesus, Matius
ingin menunjukkan bahwa Allah adalah pusat ceritanya. Silsilah Yesus menunjukkan rencana
keselamatan Allah (Mat. 1:2-17). Dalam
semua kisah Yesus hingga Ia dewasa, Allah sendirilah yang berperan dan
merencanakan bahwa melalui Yesus akan digenapi karya keselmatan-Nya (Mat. 1:18,
23; 2:13, 19-20). Allah sebagai kasih
dan yang adil juga menjadi pesan Matius.
Ia mencari dan mengundang agar manusia diselamatkan dari kebinasaan dan
maut. Hal ini dapat dilihat dari
pelayanan Yesus yang pergi mencari orang berdosa ke desa-desa dan kota-kota
agar dibawa kembali ke dalam anugerah-Nya.
Namun, di dalam narasi Matius banyak orang yang menolak undangan
tersebut. Sementara itu jika tawaran
kasih Allah ditolak maka, penghukuman akan datang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ladd, ia
mengatakan, “manusia harus menanggapi tawaran kasih ini; jika tidak, satu
hukuman yang lebih besar sedang menanti.”[50] Hal inilah yang membuat salah satu teologi
dari Injil Matius adalah teologi tentang Allah.[51]
Allah
sebagai Bapa juga menjadi salah satu perhatian penting dari Injil Matius. Hal ini bisa dilihat dari penggunaan kata “
Bapa” sebanyak 44 kali di dalam Injil ini.[52] Peranan Allah sebagai Bapa dinyatakan melalui
janji-Nya yang senantiasa akan memelihara anak-Nya (5:43-45; 6:26-30; 15:30;
18:10,14; 19:20) dan janji untuk memberi yang terbaik (7:11).
Selain
teologi tentang Allah, Matius juga menjadikan Kristus sebagai pokok
teologinya. Matius menggambarkan Yesus
sebagai Mesias, sebagai anak Daud, Anak Manusia, Anak Allah, dan juga sebagai
Tuhan.[53] Kemesiasan[54]
Yesus menjadi penekanan utama oleh Matius.
Hal ini terlihat dari isinya yang tersebar dari 1:23 hingga 27:48 yang
memuat sekurang-kurangnya 60 contoh mengenai mesias. Tujuan utama kemesiasan-Nya adalah mati di
kayu Salib. Oleh karena itu, mesias yang
diperkenalkan Matius berbeda dengan pemahaman orang Yahudi. Tujuan kedatangan-Nya tidak untuk mendirikan
kerajaan secara politis, melainkan kerajaan surga yang kekal. Konsep baru ini yang berusaha diperkenalkan
oleh Matius terhadap pembancanya yang mayoritas adalah orang Yahudi.
Konteks Satra
Injil
Matius adalah salah satu dari Injil Sinoptik, oleh karena itu, untuk
menafsirkan satu kisah dalam satu Injil harus melihat kesejajaran dalam ketiga
Injil secara bersama.[55] Hal ini disebabkan karena ketiga Injil
memiliki banyak kesamaan, baik dalam pemaparan pribadi Yesus maupun
Pengajarannya.[56] Hal inilah yang menyebabkan ketiga Injil[57]
disebut sebagai Injil Sinoptik, yang berarti melihat bersama dengan cara yang
sama.[58] Matius 27:50-53 adalah salah satu bagian yang
memiliki kesamaan atau kesejaran dengan Markus 15:37-39 dan Lukas 23:45-49. Kesejajaran tersebut dapat dilihat lebih
jelas dari tabel dibawah ini.
Tabel 1
Kesejajaran Injil
Matius 27:50-54
|
Markus 15:37-39
|
Lukas 23:44-47
|
50. “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
51. Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah
dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
52. dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah
meninggal bangkit.
53. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu
masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang.
|
37. “Lalu berserulah Yesus dengan suara nyaring dan menyerahkan
nyawa-Nya.
38. Ketika itu tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
39. Waktu kepala pasukan yang berdiri berhadapan dengan Dia
melihat mati-Nya demikian, berkatalah ia: "Sungguh, orang ini adalah
Anak Allah!"
|
44. “Ketika itu hari sudah kira-kira jam dua belas, lalu kegelapan
meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga,
45. sebab matahari tidak bersinar. Dan tabir Bait Suci terbelah dua.
46. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring: "Ya Bapa, ke dalam
tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia
menyerahkan nyawa-Nya.
47. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah,
katanya: "Sungguh, orang ini adalah orang benar!"
|
Maksud
dari kesejajaran Injil di atas untuk menunjukkan bahwa ketiganya, baik Injil
Matius 27:50-53 dan Markus 15:37-39 serta Lukas 23:44-47 memiliki maksud
penyampaian yang berbeda satu dengan yang lain.
Walaupun, kelihatannya ketiganya memiliki kesamaan yang sangat menonjol.
Analisa
Konteks
Konteks Jauh
Injil Matius berisi mengenai kisah kehidupan Yesus. Hal ini dimulai dari kelahiran-Nya,
pembaptisan-Nya, pengajaran-Nya sampai kepada kematian dan kebangkitan-Nya yang
ditutup dengan amanat untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya. Matius 27 di dahului oleh ringkasan
pemberitahuan mengenai penderitaan-Nya dan rencana pembunuhan-Nya
(26:1-5). Hal ini dinyatakan melalui
penghianatan Yudas (26:14-16) yang menjual Yesus kepada imam-imam kepala. Setelah perjamuan paskah dengan
murid-murid-Nya (26:17-34), kemudian dilanjutkan dengan penangkapan Yesus dan
pengadilan-Nya di hadapan mahkamah agama (26:47-68).
Matius
pasal 28 setelah pasal 27 adalah kisah dari kebangkitan Yesus. Hari ketiga setelah kematian-Nya, Ia bangkit
dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya.
Kemudian menjelaskan mengenai dusta dari mahkamah agama untuk menutupi
kebangkitan Yesus (28:11-15). Kisah ini
kemudian ditutup dengan perintah untuk memberitakan Injil dan sekaligus
kenaikan Yesus ke Surga.
Konteks Dekat
Matius
27:50-53 adalah satu kesatuan dari kisah dari Matius 27:1-66. Matius 27:1-31 berbicara mengenai
pengadilan-Nya di hadapan Pilatus dan dijatuhi hukuman mati. Ayat 32-44 berbicara mengenai
penyaliban-Nya. Ayat 45-56 adalah kisah
mengenai kematian Yesus. Pasal ini
kemudian ditutup dengan penguburan-Nya yang dijaga ketat oleh prajurit Pilatus.
Bahasa Asli
50δὲ ὁ Ἰησοῦς κράξας πάλιν μεγάλῃ
φωνῇ ἀφῆκεν τὸ πνεῦμα,
51 καὶ ἰδοὺ τὸ καταπέτασμα τοῦ ναοῦ
ἐσχίσθη εἰς δύο ἀπ’ ἄνωθεν ἕως κάτω καὶ ἡ γῆ ἐσείσθη καὶ αἱ πέτραι ἐσχίσθησαν
52 καὶ τὰ μνημεῖα ἀνεῴχθησαν καὶ
πολλὰ σώματα τῶν ἁγίων κεκοιμημένων ἠγέρθησαν
53 καὶ ἐξελθόντες ἐκ τῶν μνημείων
μετὰ o αὐτοῦ τὴν ἔγερσιν εἰσῆλθον εἰς τὴν ἁγίαν πόλιν καὶ ἐνεφανίσθησαν πολλοῖς.
Terjemahan Penulis
50. Sekali lagi Yesus berteriak
dengan suara keras-keras menyerahkan Roh-Nya,
51.Dan lihatlah! Tabir Bait suci
Terbelah dua dari yang Paling atas sampai yang paling bawah, dan bumi
tergoncang, dan batu-batu karang terbelah,
52.dan kuburan-kuburan terbuka,
dan banyak tubuh dari orang-orang kudus yang telah meninggal bangkit,
53.dan keluar dari kuburan-kuburan
setelah kebangkitan-Nya, mereka masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada
banyak orang.
Analisis Struktur Teks Matius 27:50-53
1. Kematian Yesus (ayat 50)
2. Akibat Kematian Yesus (ayat
51-53)
a. Tabir Bait Suci Terbelah Dua
(ayat 51)
b. Bumi bergoncang dan Batu-batu
terbelah (ayat 51)
c. Kuburan-kuburan terbuka dan
Orang-orang Kudus Bangkit dari Kubur (ayat 52).
Pembagian Teks Matius 27:50-53
Berdasarkan
pada analisis struktur di atas, maka teks Matius 27:50-53 dapat dibagi menjadi
dua bagian. Bagian pertama berbicara
tentang kematian Yesus dimana Ia menyerahkan nyawa-Nya (50) dengan berseru
“sudah selesai” (Yoh 19:30). Selanjutnya
bagian kedua berbicara mengenai akibat dari kematian Yesus (ayat 51-53). Hal ini ditandai dengan terbelahnya Tabir
Bait suci menjadi dua (ayat 51), bumi bergoncang dan batu-batu terbelah (ayat
51) disertai dengan kuburan-kuburan yang terbuka dan bangkitnya orang-orang
kudus yang sudah meninggal dari kubur (ayat 52).
Eksegesis Teks
Kematian Yesus
Ayat 50, “Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan Roh-Nya.”
Ayat ini merupakan tahap akhir dari penderitaan Yesus
yang terakhir. Dengan suara nyaring
Yesus mengucapkan kata-kata-Nya yang terakhir, “Sudah Selesai” (Yoh.
19:30). Seruan ini menandakan akhir dari
segala penderitaan-Nya serta penyelesaian karya penebusan. Hutang dosa manusia telah dilunasi, dan
rencana keselamatan ditegakkan. Bahasa
asli dari kata “menyerahkan” adalah ἀφῆκεν (apheken) yang berasal dari kata dasar ἀφὶημὶ (aphiemi) yang
berarti to let go, to send away.[59] Hasan Sutanto juga memberikan arti yang
lebih, yaitu: menyuruh pergi, membiarkan, meninggalkan, mengampuni,
menghapuskan, menyerahkan, dan menceraikan.[60] Kata ἀφῆκεν
memiliki bentuk aor,[61] ind,
act, orang ketiga tunggal.[62] Dari hal ini maka dapat diambil satu
terjemahan bahwa Yesus telah melepaskan roh-Nya sekali untuk selamanya. Rogers mengatakan yang di maksud dengan roh
disini bukanlah roh Ilahi, tetapi nafas kehidupan.[63] D. A Carson juga mengatakan this suggest His sovereignty over the exact time of His
own death.[64] William Barclay mengatakan, seruan penyerahan
Yesus adalah seruan kemenangan, dimana Ia telah menyelesaikan tugas-Nya.[65] Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
kematian Yesus adalah bagian dari kedaulatan-Nya, Ia sendirilah yang
menyerahkan kehidupan-Nya kepada Bapa.
Yesus memilih untuk menyerahkan kehidupan-Nya sebagai penggenapan atas
rencana-Nya (Matius 20:28). Jadi
kematian Yesus dalam hal ini adalah sesuai dengan kedaulatan-Nya di dalam waktu
yang tepat dan tujuan dari rencana-Nya untuk mati dan menjadi tebusan bagi umat
manusia yang berdosa.
Akibat
Kematian Yesus
Ayat
51-53, “Dan lihatlah, tabir Bait Suci
terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang
kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus,
merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri
kepada banyak orang.”
Pada waktu yang
bersamaan ketika Yesus menyerahkan roh-Nya maka terjadilah ketiga ayat di atas
yang merupakan akibat dari kematian Yesus.
Akibat pertama dari kematian Yesus adalah terbelahnya tabir Bait
Suci. Kata “terbelah” dalam bahasa
aslinya adalah ἐσχίσθη (eschisthe) yang berasal dari kata dasar σχίξω (skhizo) yang
berarti to split, to divide, to tear
apart.[66] Kata ini memiliki bentuk 3 pers, sing, aor I,
ind, pass, [67]
yang memberi arti bahwa tabir itu terbelah sekali untuk selamanya, tetapi bukan
karna tabir itu, melainkan oleh kematian Yesuslah maka tabir itu terbelah. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sutanto,
kematian Yesus telah membuat tabir bait suci terbelah.[68] Mattew Henry mengatakan terbelahnya tabir itu adalah
melambangkan keselamatan yang nyata dan bersatunya orang Yahudi dan bukan
Yahudi, serta pengudusan dan pembentangan jalan kehidupan yang baru, yang
membawa orang kepada Allah.[69] Terbelahnya “tabir Bait Suci” menunjukkan
bahwa jalan kini terbuka lebar untuk menghapiri Allah (bndk Kel. 26:31-33;
36:35). Tabir yang memisahkan Tempat
Kudus dengan tempat Maha Kudus sebelumnya menghalangi orang menghampiri
hadirat-Nya. Melalui kematian Yesus,
tabir itu disingkirkan dan jalan menuju tempat maha Kudus (yakni kehadiran
Allah) kini terbuka bagi semua orang yang percaya kepada Yesus dan Firman-Nya yang
menyelamatkan (bndk. Ibr. 9:1-14; 10:19-22).
Hal kedua yang menjadi akibat kematian Yesus adalah bangkitnya orang-orang
kudus dari kuburan-kuburan. Kata bangkit
dalam bahasa aslinya adalah ἠγέρθησαν
dari kata dasar έγείρω yang memiliki
arti to raise.[70] Kata ini memiliki bentuk 3 pers, pl, aor,
pass, indic.[71] Berdasarkan bentuk dari kata ini maka dapat
diketahui bahwa mayat-mayat orang-orang kudus itu adalah passip. Artinya mereka bangkit bukan karena mereka
sendiri, melainkan dibangkitkan oleh kematian Yesus. Barclay mengatakan terbukanya kuburan-kuburan
yang disertai dengan kebangkitan orang-orang kudus adalah merupakan simbol
bahwa Yesus telah menaklukkan maut.[72] Sementara itu Henry juga mengatakan,
bangkitnya mereka disebabkan oleh kuasa Yesus.[73] Peristiwa ini merupakan petunjuk nubuat bahwa
kematian dan kebangkitan adalah sesuatu yang pasti. Melalui kematian dan kebangkitan Kristus,
maka orang-orang percaya pasti akan bangkit.
Kebangkitan Yesus menandakan kekalahan maut (1 Kor. 15:50-58; 1 Tes.
4:14).
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Yesus
benar-benar mati. Kematian-Nya memiliki
makna sebagai korban pengganti, penebus, pendamai, dan sekaligus membuka jalan
untuk manusia dapat menghampiri Allah.
Melalui kematian Yesus tidak ada lagi tembok pemisah antara orang
percaya dengan Allah, tetapi orang percaya menjadi anak-anak Allah. Kematian Yesus juga memberikan jaminan bahwa
orang percaya juga akan dibangkitakan seperti orang-orang kudus telah
dibangkitkan, dan kebangkitan-Nya.
Kematian Yesus juga menjadikan semua orang percaya imam karena langsung
berhubungan dengan Allah. Kematian Yesus
juga memberi makna bahwa Allah dapat hadir dimanapun dan dapat dijumpai dimana
saja, tidak lagi seperti di bait suci. Kematian Yesus juga mempersatukan semua
anak-anak Allah, menjadi satu di dalam Yesus.
Daftar
Pustaka
____________, Ensiklopedi Alkitab: Jilid II, M-Z. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/
OMF, 1995.
Barclay, William. Pemahaman
Alkitab Setiap Hari: Injil Matius Pasal 11-28. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010.
Chilton, Bruce. Studi
Perjanjian Baru Bagi Pemula. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994.
Drane, John. Mamahami
Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Duyverman, M. E. Pembimbing
ke Dalam Perjanjian Baru. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1992.
Erickson, Millard
J. Teologi Kristen vol 2. Malang: Gandum Mas, 2003.
France,R. T. Mattew:
Evangelist dan Teacher. Grand
Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1989.
Gomacki, Robert G. New Testament Survey. Grand Rapids, Michigan: Baker Books Haouse,
1974.
Groenen, C. Pengantar
ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1993.
Groenen, C. Sejarah
Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada Umat
Kristen, Cet 2. Yogyakarta:
Kanisius, 1987.
Guthrie, Donald. Pengantar
Perjanjian Baru: Volume. 1. Surabaya:
Penerbit Momentum, 2008.
Guthrie, Donald. Teologi
Perjanjian Baru 2: Keselamatan dan Hidup Baru, diterjemahkan oleh Jan S.
Aritonang. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
1992.
Hadiwijono, Harun Iman Kristen. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012.
Heer,J. J. de. Tafsiran
Alkitab: Injil Matius I. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1982.
Henry, Mattew. Tafsiran
Mattew Henry: Injil Matius 15-28. Surabaya:
Momentum, 2008.
Jensen, Irving L. Matius:
Buku Penuntun Belajar. Bandung:
Penerbit Kalam Hidup, 1974.
Jeremias, Joachim. Jerusalem
in the Time of Jesus . Philadelpia,
PA: Fortpress, 1962.
Ladd, George Eldon.
Teologi
Perjanjian Baru I. Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 2002
Leks, Stefan. Tafsir
Injil Matius. Jakarta: Penerbit
Kanisius, 2007.
Mimery, Nehemia. Komentar
Praktis Injil Sinoptis: Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas. Jakarta: Mimery, 1992.
Morris, Leon. Teologi
Perjanjian Baru, diterjemahkan oleh H. Pidyarto. Malang: Gandum Mas, 1986.
Moulton, Harold K. The
Analytical Greek Lexicon Revised: 1978 edition.
Michigan: Zondervan Publishing House Grand Rapids, 1978.
Mounce, William D. Basics
of Biblical Greek Grammar (Dasar-dasar Bahasa Yunani Biblika Gramatika.). Malang: Literatur SAAT, 2012.
Nelsen, J. T. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil: Matius 23-28, diterjemahkan oleh Th.
Van den End. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012.
Perschbacher,Wesley
J. The
Analytical Greek Lexicon of The New Testament: Every Word and Inflection of the
Greek New. USA: Hendrikson
Publisher, Inc, 2001.
Rogers Jr, Cleon L dan
Cleon L Rogers III. The New Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament. Grand Rapids, Michigan: Zondervan Publishing
House, 1998.
Santoso, David Iman.
Teologi
Matius: Intisari dan Aplikasinya. Malang:
Literatur SAAT, 2009.
Stegemenn, Wolfgang
et al., ed., The Social Setting of Jesus
and The Gospels, oleh anonymous. Minneapolis:
Fortress Press, 2002.
Suharyo, I. Pengantar
Injil Sinoptik. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius, 1989.
Susanto,
Hasan. Perjanjian Baru
Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK),
jilid I dan II. Jakarta: LAI,
2006.
Tenney, Merrill C. Survei
Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas,
1992.
Thiesen, Henry
Clarence. Introduction to The New Testament.
Grand Rapids, Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing Company, 1989.
Thiessen, Henry C. Teologi
Sistematika, direvisi oleh Vernon D. Doerksen. Malang: Gandum Mas, 1992.
[1] J. T Nelsen,
Tafsiran Alkitab: Kitab Injil: Matius
23-28, diterjemahkan oleh Th. Van den End (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2012), 173.
[2] Donald
Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2:
Keselamatan dan Hidup Baru, diterjemahkan oleh Jan S. Aritonang (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1992), 74-5.
[3] Henry C.
Thiessen, Teologi Sistematika,
direvisi oleh Vernon D. Doerksen (Malang: Gandum Mas, 1992), 358-365. Kematian Yesus sebagai pengganti bagi orang
lain. Selain itu kematian Yesus juga
memiliki makna sebagai pemenuh tuntutan keadilan Allah, tuntutan hukum Allah,
pendamaian dan peredaan murka Allah serta penghentian perseteruan antara Allah
dengan manusia.
[6] C. Groenen,
Sejarah Dogma Kristologi: Perkembangan Pemikiran tentang Yesus Kristus pada
Umat Kristen, Cet 2(Yogyakarta: Kanisius, 1987), 214-8.
[7] ____________,
Ensiklopedi Alkitab: Jilid II, M-Z (Jakarta:
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995), 38.
[8] John Drane, Mamahami Perjanjian Baru: Pengantar
Historis-Teologis (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005), 219. Dalam buku ini, John Drane mengatakan tidak
ada kesepakatan tentang siapa penulis Injil ini, dan mengatakan bahwa banyak
ahli sulit menerima tradisi kristen, karena Matius adalah seorang murid
Yesus. Mereka beranggapan bahwa tidak
mungkin Matius (murid Yesus) begitu mangandalkan Injil Markus, yang ditulis
oleh seseorang yang bukan saksi dari peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus.
[10] Donald
Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru: Volume.
1 (Surabaya: Penerbit Momentum, 2008), 27-35. Dalam hal ini tradisi kuno dan bapa-bapa
gereja mengatakan bahwa penulis kitab ini adalah Matius. Sebagai contohnya adalah Papias yang
merupakan seorang murid Rasul Yohanes (60-130 M), ia berkata bahwa tulisan
rasul Matius sudah biasa digunakan oeh orang kristen pada masa itu. Hal ini juga dapat dilihat dari judul kitab
Matius yang menggunakan frasa kata
matthaion yang berarti menurut Matius.
[11] Matius
adalah seorang Yahudi yang disebut juga Lewi bin Alfius (Mark. 2:14), serta
bekerja sebagai pemungut cukai (Mat. 10:3). Hal ini tercermin dari tulisannya
yang biasa dikenal dengan transaksi finansial yaitu Matius 17:24-27; 18:23-25;
20:1-16; 27:3-10; 28:11-15, dan frasa “ tiga puluh uang perak” dalam Mat.
26:18. Lihat R. T. France, Mattew: Evangelist dan Teacher (Grand
Rapids, MI: Zondervan Publishing House, 1989), 67.
[13] Guthrie, 37. Orang kristen pada tahun 66 lari ke
Pella. Pembahasan eskatologi Matius
24:16-17 menyebutkan para murid diperintahkan lari ke atas gunung pada saat
krisis.
[16] Robert G.
Gomacki, New Testament Survey (Grand
Rapids, Michigan: Baker Books Haouse, 1974), 70.
[17] Henry
Clarence Thiesen, Introduction to The New
Testament (Grand Rapids, Michigan: WM. B. Eerdmans Publishing Company,
1989), 132.
[20] Ibid., Tenney memberi alasan bahwa Kutipan-kutipan
Injil dalam karya para penulis gereja yang pertama seperti Papias dan Ignatius
sangat menyerupai ayat-ayat dalam Injil Matius, sehingga ini menunjukkan bahwa
Injil yang pertama merupkan pilihan jemaat Siria Yahudi. Hal ini juga dikuatkan oleh karena Antiokhia
adalah gereja pertama yang mempunyai anggota bukan Yahudi dalam jumlah yang
banyak berbicara dalam bahasa Aram dan Yunani, dan tidak ada tempat lain yang
lebih sesuai dengan Antiokhia.
[23] Kamus Pintar Alkitab, s.v. “Antiokhia, ” oleh
Selvester M. Tacoy. Kota ini terletak
485 KM sebelah utara Yerusalem.
[24] I. Suharyo, Pengantar Injil Sinoptik (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 1989), 78. Tempat
penulisan ini ditentukan dengan mempertimbangkan Injil Matius di tulis di
daerah yang dihuni oleh sebagian besar oleh orang Yahudi, dimana dipakai bahasa
Yunani, dan tidak terlalu jauh dari Yamnia (= pusat Yudaisme sesudah Yerusalem
hancur, terletak di sebelah selatan Tel Aviv sekarang).
[25] Guthrie.,
22. Kemungkinan penerima surat ini
adalah jemaat yang bercampur antara orang Yahudi dan non-Yahudi, tetapi jumlah
jemaat Yahudi lebih banyak, meskipun jemaat non- Yahudi kemungkinan terus
bertambah.
[29] Stefan Leks,
Tafsir Injil Matius (Jakarta:
Penerbit Kanisius, 2007), 16. Leks juga
mengatakan bahwa Matius sebagai penulis kitab ini suka berpolemik dengan
orang-orang Yahudi yang tidak mau menerima Yesus. Hal ini terlihat jelas dari seringnya ia
mengecam orang-orang farisi.
[31] Duyverman.,
54. Di dalam Yesus itu kerajaan Allah
telah datang dan nanti akan berkembang sampai kepada kesudahan Alam. Barang siapa menerima Yesus, ia menjadi anak
kerajaan Sorga, terang dunia yang kebenarannya melebihi kebenaran yang
sebelumnya.
[33] Tenney.,
193. Diantara kitab Injil lainnya, Injil
Matius lebih banyak mengandung khotbah-khotbah pendek (pasal 5, 6, 7) maupun
yang lebih panjang (pasal 10, 13, 18, 23, 24, dan 25) yang dikutip dari
ajaran-ajarn Yesus.
[37] Groenen.,
35. Raja ini kemudian diberi gelar
Herodes Agung, ia bukan seorang Yahudi murni tetapi keturunan orang
Idumea. Nenek moyangnya terpaksa masuk
Yahudi, tetapi agama tidak berarti apa-apa baginya. Ia berlagak seperti orang Yahudi namun
bergaya hidup Yunani. Ia adalah orang
yang tidak disukai oleh rakyatnya. Watak
Herodes ganas dan Galak dan tidak kenal ampun terhadap siapa saja yng
dicurigai, namun demikian ia tetap menjadi orang kepercayaan kaisar Roma.
[39] Groenen.,
35. Wali negeri yang menjabat secara
berturut-turut adalah Coponius, valerius Gratus, Pontius Pilatus, Marcellus,
Cuspius Fadus, Tiberius Alexander, Ventidius Cumanus, Antonius Felix, Porcius
Festus, Luceius Albinus, Gesius Flores dan raja Herodes Agrippa I pada tahun
41-44 M, yang sama dengan masa Herodes Agung memiliki wilayah seluruh
palestina.
[40] Wolfgang
Stegemenn et al., ed., The Social Setting
of Jesus and The Gospels, oleh anonymous (Minneapolis: Fortress Press,
2002), 79.
[43] Tenney.,
72. Perkembangan dan pelakasanaan ibadah
mereka dipengaruhi oleh keadaan ekonomi.
Pertanian, perindustrian, keuangan, dan penagankutan serta perjalanan
semuanya berpengaruh terhadap penyebaran Injil.
[45]Bahasa
Yunani Koine tetap menjadi bahasa pemersatu atau bahasa pergaulan di suatu
tempat dimana terdapat berbagai bahasa disitu, meskipun pada masa itu Yunani
sudah tidak memerintah.
[47] Ibid. Agama ini bermula dari pertumbuhan negara
militer dan hubungan yang terjadi dengan kebudayaan Yunani yang mengakibatkan
peleburan dewa-dewi dibawah dominasi Pantheon-Yunani. Yupiter, dewa langit, disamakan dengan Yunani
Zeus; Juno, istrinya dengan Hera, Neptunus, dewa laut, dengan poseidon; Pluto,
dewa kejahatan, dengan Hades. Di bawah
pemerintahan Augustus kuil-kuil baru dibangun dan dibentuk jajaran imam
baru. Banyak orang yang mempercayai dan
menyembah dewa-dewi kuno, baik dewa-dewi Yunani maupun Roma.
[51] Leon Morris,
Teologi Perjanjian Baru,
diterjemahkan oleh H. Pidyarto (Malang: Gandum Mas, 1986), 160.
[52] David Iman
Santoso, Teologi Matius: Intisari dan
Aplikasinya (Malang: Literatur SAAT, 2009), 23.
[54]Kata Ibrani
untuk ungkapan ini ialah: "Mesias". Kata ini adalah sebuah gelar yang
berarti "Dia yang diurapi"; gelar ini diberikan kepada penyelamat
yang kedatangan-Nya dijanjikan oleh nabi-nabi bangsa Yahudi. Tapi pengertian
Yesus akan dan cara-Nya untuk menggenapi panggilan ke-Mesias-an-Nya berbeda
dari gambaran umum tentang Mesias yang diharapkan. Suara dari sorga pada saat
pembaptisan-Nya (#/TB Mr 1:11*) menyambut Dia sebagai Mesias dari suku Daud,
dengan kata-kata dari #/TB Mazm 2:7*: ‘AnakKu-lah Engkau’. Tapi dengan
menambahkan kata-kata dari #/TB Yes 52:1* yg memperkenalkan Hamba Yahweh,
diberi pertanda bahwa ke-Mesias-an-Nya akan menggenapi gambaran Hamba itu,
rendah hati, taat, menderita, menggenapi tugas-Nya dengan menjalani maut,
sambil menyerahkan pembelaan atas diriNya kepada Allah dengan hati yg percaya.
Pelayanan Yesus yg dimahkotai dengan penderitaan-Nya, ditandai dengan selalu
berpegang teguh pada jalan yg ditentukan bagi-Nya oleh BapakNya. Maka karena
itu Yesus memberikan pengertian baru kepada kata ‘Mesias’, yg mengatasi setiap
arti yg sebelum itu dimilikinya. Lihat Ensiklopedi Alkitab: Jilid M-Z, “Mesias”.
[55] Nehemia
Mimery, Komentar Praktis Injil Sinoptis:
Injil Matius, Injil Markus, Injil Lukas (Jakarta: Mimery, 1992), 2.
[59] Cleon L
Rogers Jr dan Cleon L Rogers III, The New
Linguistic and Exegetical Key to the Greek New Testament (Grand Rapids,
Michigan: Zondervan Publishing House, 1998), 64.
[60] Hasan
Susanto, Perjanjian
Baru Interlinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK), jilid I dan II (Jakarta:
LAI, 2006), 135. Kata Aphiemi ini muncul
sebanyak 143 kali di dalam perjanjian baru.
[61] Bentuk
Aorist aktif menunjukkan bahwa perbuatan itu dilakukan sekali yang memiliki
dampak untuk seterusnya di masa depan.
Lihat William D Mounce, Basics of
Biblical Greek Grammar (Dasar-dasar Bahasa Yunani Biblika Gramatika.) (Malang:
Literatur SAAT, 2012), 169.
[62] Harold K.
Moulton, The Analytical Greek Lexicon
Revised: 1978 edition (Michigan: Zondervan Publishing House Grand Rapids,
1978), 61.
[65] William
Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari:
Injil Matius Pasal 11-28 (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2010), 586.
[71] Wesley J.
Perschbacher, The Analytical Greek
Lexicon of The New Testament: Every Word and Inflection of the Greek New
(USA: Hendrikson Publisher, Inc, 2001), 191.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.