PRAGMATISME
(Silma)
Pendahuluan
Dalam era
post-modern setiap orang menginginkan segala sesuatu dengan praktis dan
menguntungkan. Tidak heran banyak
pemikiran yang berusaha untuk membuat kehidupan manusia semakin mudah dengan
menyediakan sarana dan prasarana yang lebih mudah untuk digunakan. Oleh sebab itu manusia cenderung malas untuk
melakukan hal yang sulit karena terbiasa untuk melakukan hal yang sulit. Ada pernyataan yang tidak jarang diungkapkan
antaranya “kalau ada yang mudah, mengapa
harus melakukan yang sulit?”. Hal
ini dapat dikatakan sebagai filosofi yang berkembang di era sekarang ini. Secara tidak sadar, manusia telah menerapkan
filsafat-filsafat dalam keseharian, misalnya Pragmatisme.
Hal
mengenai sesuatu yang praktis dan mengutamakan kegunaan dan manfaat merupakan
tolak ukur yang ada dalam filsafat pragmatisme yang berkembang dalam dewasa ini
sehingga setiap orang lebih memikirkan keuntungan yang akan didapatkan dari
suatu hal dan diyakini sebagai kebenaran dalam masyarakat yang diyakini dapat
memberikan kemudahan.
Seiring
dengan berkembangnya teknologi, pragmatisme kian erat melekat dalam kehidupan
masyarakat sehingga ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diteliti juga
digunakan untuk menciptakan hal yang menjadikan kehidupan manusia menjadi lebih
mudah lagi. Dalam makalah ini akan
dibahas lebih dalam lagi mengenai Pragmatisme
dan dampak lebih luas dalam perkembangannya baik secara umum maupun dalam
aspek teologi.
Definisi Pragmatisme
Secara etimologis, pragmatisme
mempunyai akar kata dari bahasa Yunani pragmatikos yang
dalam bahasa Latin menjadi pragamaticus,berarti cakap dan berpengalaman dalam urusan hukum,kenegaraan dan
perdagangan. Akar katanya dalam bahasa Inggris
adalah pragmatic yang berarti berkaitan dengan
hal-hal praktis. Dalam
KBBI, Pragmatisme ialah kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran
(paham, doktrin, gagsan, pernyataan) bergantung pada penerapannya bagi
kepentingan manusia.[1] Penekanan yang diberikan oleh pragmatisme
terletak kepada manfaat yang dapat dihasilkan.
Pragmatisme sebagai filsafat yang berorientasi kepada asas manfaat
dilihat dari pengaruhnya terhadap liberalism di Amerika. Pemikiran pragmatisme tentang kebenaran
selaras dengan adanya ilmu pengetahuan yang berlandaskan pengalaman yang
melalui tahap proses untuk mencapai suatu hasil yang bermanfaat. [2]
Lahirnya
pragmatisme sebagai upaya untuk menjawab persoalan yang menjadi problema di
Negara barat secara umum dan secara khusus di Negara Amerika. Pragmatisme mulai dirintis di Amerika oleh Charles S. Peirce (1839-1942), yang kemudian
dikembangkan oleh William James (1842-1910) dan John Dewey (1859-1952). Namun ketiganya memiliki pemikiran yang
berbeda, Pierce dilandasi oleh fisika dan matematika, Dewey dilandasi oleh
sains sosial dan biologi, sedangkan James dilandasi oleh psikologis dan bahkan
religious. Aliran ini tentunya sangat
mempengaruhi segala bidang kehidupan yang ada di Amerika dan berkembang seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga meluas ke
Negara-negara lainnya.[3]
Ada istilah lain yang diberikan
kepada filsafat pragamatisme yaitu instrumentalisme dan eksperimentalisme. Instrumentalisme menganggap bahwa dalam hidup tidak dikenal tujuan akhir melainkan
hanya tujuan sementara untuk mencapai tujuan berikutnya dan eksperimentalisme
dengan menggunakan metode eksperimen dan pengalaman dalam menentukan kebenaran.[4]
Latar Belakang Pragmatisme
Pragmatisme
merupakan aliran filsafat modern yang lahir di Amerika pada akhir abad 19
hingga awal abad 20. Namun sebenarnya
filsafat ini berpangkal pada filsafat empiris Inggris yang mengatakan bahwa
manusia dapat mengetahui apa yang dialaminya.
Pragmatis itu sendiri lahir di tengah-tengah situasi sosial Amerika yang
dilanda berbagai masalah yang berhubungan dengan kuatnya arus urbanisasi dan
industrialisasi yang masuk dengan berakhirnya perang dunia I yang memakan
sekitar 8,4 juta jiwa hingga memberikan dampak psikologis yang memicu
perubahan-perubahan bangsa khususnya filsuf yang menyadari kehidupannya.[5] Dalam
perkembangannya, pragmatisme akan mempengaruhi teori-teori pendidikan yang
lahir setelahnya seperti progresivisme, rekonstruksionisme, futurisme serta
humanism.
Tokoh-tokoh Pragmatisme
Charles Sandre Pierce (1839-1914)
Charles Sanders Peirce lahir pada 10
September 1839 di Cambridge, Massachusetts, dan meninggal 19 April, 1914 di
Milford, Pennsylvania. Dia adalah
seorang ahli logika, filsuf, dan ilmuwan.
Sebagai putra Benjamin Charles Sanders Peirce, seorang ilmuwan terkemuka
dan guru besar matematika di Harvard, Charles Sanders Peirce dibesarkan di
lingkungan keluarga intelektual. Peirce
dikenal sebagai pendiri aliran filsafat pragmatisme di Amerika, sehingga ada
istilah “Peircian” untuk menyebut
pemikiran pragmatisme. Ia merupakan seorang ahli teori logika,
bahasa, komunikasi dan teori umum tanda-tanda yang oleh Peirce disebut sebagai
semiotika. Selain itu dia juga mendalami
matematika produktif luar biasa dan matematika umum yang merupakan perkembangan
dari psiko, fisik monistik sistem evolusi.
Ayahnya adalah seorang professor matematika di Universitas Harvard. Pierce bersentuhan dengan filsafat di usia 17
tahun. Saat menempuh pendidikan di
Universitas Harvard, ia tertarik dengan tulisan-tulisan Schiller tentang
“pendidikan estetis manusia” dan karya Immanuel Kant “Critique of Pure Reason”
yang membawanya unrtuk mengabdikan diri dalam studi penelitian logika sehingga
ia dianggap sebagai ahli logika terbesar.[6]
Ada tiga
prinsip yang menjadi dasar bagi pemikiran pragmatismenya. Pertama, bahwa kebenaran ilmu pengetahuan
tidak lebih daripada kemurnian opini manusia, kedua yang dinamakan universal
adalah yang pada akhirnya setuju dan menerima keyakinan dari “community of knower”. Ketiga, filsafat dan metematika harus dibuat
praktis dengan membuktikan masalah dan kesimpulan yang terdapat dalam filsafat
dan matematika merupakan hal yang nyata bagi masyarakat. [7]
Charles Sanders
Peirce meninggal karena kanker pada tanggal 20 April 1914. Dia meninggalkan sejumlah besar karya
dengan berbagai topic termasuk logika, matematika, geodesi, astronomi, fisika,
filsafat, dan ekonomi. Di antara
karya-karyanya yang paling penting mengenai pragmatisme adalah What Pragmatism Is (1905), Issues of
Pragmaticism (1905) Prolegomena To an Apology For Pragmaticism (1906). Di antara tulisannya yang terkenal adalah Grounds of Validity of the Laws of Logic:
Further Consequences of Four Incapacities (1869), The Harvard lectures on British logicians (1869–70), Description of
a Notation for the Logic of Relatives (1870) On the Algebra of Logic (1880). Karya filsafatnya yang lain adalah The Monist Metaphysical Series (1891–93) A
Neglected Argument for the Reality of God (1908).[8]
John Dewey
John Dewey
adalah seorang filsuf asal Amerika yang lahir di Brimington, Vermont pada tahun
1859. Ibunya adalah orang Kristen yang
berlatarbelakang gereja evangelikal sehingga memiliki pengawasan yang cukup
ketat terhadap kehidupan rohaninya. Namun
Dewey tidak senang dengan cara demikian dan menimbulkan kekecewaan baginya,
karena baginya, perasaan agama tidak sehat jika dinilai dan dijelaskan secara
seksama sejauh persaan itu ada, baik, dan sedang bertumbuh.[9] Dewey bukan hanya aktif sebagai seorang
penulis atau filsuf tetapi ia juga aktif sebagai pendidik dan kritikus. Mulanya ia banyak mempelajari filsafat Hegel
dan kemudian mengkritisinya karena melihat bahwa aliran idealism menutup
dimensi lingkungan manusia secara
kognitif. Dewey juga sangat prihatin
dengan masalah-masalah sosial, ekonomi dan pemerintahan. Pragmatisme Dewey menekankan bahwa manusia
adalah makhluk yang bebas, merdeka, kreatif serta dinamis. Manusia juga memiliki kemampuan dalam
mengatasi masalah yang bersifat menekan dan mengancam diri serta lingkungannya. Dewey melihat bahwa kepribadian manusia tidak
melekat pada kodrat manusianya melainkan diperoleh berkat peranan yang ia
mainkan di dalam masyarakat. [10]
Sebagai
seorang pragmatis, Dewey memilih menyebut sistem yang diberikannya dengan
istilah instrumental yang memiliki pengertian menyusun teori yang logis dan
tepat dari konsep-konsep, pertimbangan-pertimbangan daalam bentuk beragam
dengan menyelidiki fungsi dari pikiran dalam penemuan-penemuan yang berdasarkan
pengalaman mengenai konsekuensi masa depan.
Tiga aspek instrumentalisme yang di paparkan oleh Dewey adalah kata
temporalisme yang berarti ada gerak dan kemajuan yang nyata dalam waktu,
futurism yang mendorong untuk melihat hari esok, dan milionarisme yang berarti
membuat dunia lebih baik. Dewey juga
memiliki konsep pemahaman diantaranya:
Konsep Pengalaman dan Pikiran
Pengalaman
adalah kata kunci dalam filsafat instrumentalisme. Filsafat yang dikemukakan oleh Dewey adalah
“mengenai” dan “untuk” pengalaman sehari-hari. Pengalaman adalah keseluruhan drama manusia
dan mencakup segala proses “saling mempengaruhi” antara organisme yang hidup
dalam lingkungan sosial dan fisik. Disini
terlihat dengan jelas bahwa sesuatu harus saling ketergantungan. Ia juga menerapkan metode scientific dan menurut
Dewey, yang dimaksud dengan scientific method ialah cara yang dipakai oleh
seseorang sehingga bisa melampaui segi pemikiran semata-mata pada segi amalan. Dengan demikian, suatu pikiran bisa di ajukan
sebagaii pemecahan suatu kesulitan (to solve problematic situation), dan kalau
berhasil maka pikiran itu benar. [11]
Dewey dan Pendidikan progresif
Dewey memandang bahwa tipe Pragmatismenya
diasumsikan sebagai sesuatu yang mempunyai jangkauan aplikasi dalam masyarakat. Ia juga menawarkan dua model pendekatan dalam
pengajarannya antara lain problem solving
method dan learning by doing
yaitu kebebasan memecahkan masalah-masalah dengan perkembangan dan belajar
dengan berbagai keterampilan-keterampilan yang bermanfaat dalam masyarakat. [12]
William James
William
James dilahirkan pada 11 Januari 1842 di kota New York, tetapi menghabiskan
masa kecilnya di Eropa. Pendidikan
dasarnya tidaklah biasa dan berganti-ganti, dikarenakan seringnya berpindah
dari satu kota ke yang lain dan juga keinginan ayahnya agar dia lebih
berkembang. Dia melewatkan masa
pendidikannya disekolah umum dan dari guru bimbingan pribadinya di Swiss,
Perancis, Inggris dan Amerika. Setelah
mendalami seni selama beberapa tahun, dia menyadari bahwa seni bukanlah
bidangnya; dan pada tahun 1861 dia masuk ke Lawrence Scientific School di
Cambridge, yang memberikan karir di bidang sains dan koneksi dengan Universitas
Harvard yang terus berlangsung seumur hidupnya. [13]
Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi
dosen di universitas Harvard. Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi
selama 7 tahun, guru besar filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar
psikologi sampai 10 tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar
filsafat. Dia adalah penulis yang
produktif dan berbakat dibidang filsafat, psikologi dan pendidikan, dan
pengarunya pada kehidupan pendidikan di Amerika sangatlah mengesankan. Karya terbesar dan paling berpengaruhnmya,
The Principles Of Pshychology
(Dasar-dasar Psikologi), yang diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi
materi pendidikan modern yang sangat berpengaruh.
Pemikirannya terhadap pendidikan dan
pandangannya terhadap cara kerja pengajar dapat dilihat di karyanya yang
terkenal Talks to Teacher. Selain sangat terkenal, buku-buku ini
memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan, adalah hutang
terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi Modern” ini. Ia
menikahi Alice Gibbens pada tahun 1878. Pada
tahun 1882 ia bergabung dengan Theosophical Society. William James meninggal pada 26 Agustus 1910
saat berusia 68 tahun di Tamworth, New Hampshire.[14]
Dalam
bidang filsafat, William James berpendapat bahwa teori harus dinilai
berdasarkan keberhasilannya menjalankan fungsinya. Tidak ada kebenaran yang mutlak, yang berlaku
umum bersifat tetap berdiri sendiri. Kebenaran
itu akan selalu berubah, sejalan denga perkembangan pengalaman karena apa yang
dikatakan benar dapat dinilai melalui pengalaman selanjutnya. Teori James ini berorientasi tentang kesadaran
yang sebagian besar dikembangkan dalam bukunya dalam The Principles of Psychology. James percaya bahwa psikologi dan filsafat
saling berkaitan tentang pengalaman manusia dengan tujuan menemukan penjelasan
kausal. Dalam bukunya yang berjudul Pragmatism, James membicarakan konsep
pragmatis tentang kebenaran. Menurutnya jika metode pragmatis digunakan
untuk menentukan arti kebenaran, akan ditemukan esensi kepuasan praktis. Melalui pragmatisnya, James ingin
mengakomodasikan pengalaman tentang manusia dengan memperlihatkan bahwa manusia
mampu melakukan semaksimal mungkin untuk hasil praktis. [15]
Implikasi Pragmatisme Secara
Umum
Pragmatisme
memberikan dampak yang jelas di dalam kehidupan bermasyarakat dunia, dapat
dilihat dari konsep liberal di Negara Amerika yang memberikan kebebasan kepada
individu untuk mencapai kesejahteraan masing-masing. Pragmatisme juga memberikan dukungan terhadap
Negara kapitalisme yang mengutamakan kesejahteraan dalam perekonomian.[16] Dampak paling terlihat di dalam Pragmatisme
ini adalah dalam bidang pendidikan yang dapat dilihat dalam beberapa aspek
antara lain ; tujuan Pendidikan, memberi pengalaman untuk penemuan hal-hal baru
dalam hidup sosial maupun pribadi, kedudukan Siswa, Suatu organisme yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dan kompleks untuk tumbuh, kurikulum berisi
pengalaman yang teruji yang dapat diubah. Minat dan kebutuhan siswa yang dibawa ke
sekolah menentukan kurikulum. Menghilangkan
perbedaan anatara pendidikan liberal dengan pendidikan praktis atau pendidikan
jabatan, metode aktif yaitu learning by
doing (belajar sambil bekerja) serta peran guru, mengawasi dan membimbing
pengalaman belajar siswa tanpa menganggu minat kebutuhannya. [17]
Implikasi atau
dampak dari pragmatisme dapat dilihat dengan kenyataan sekarang di mana setiap
orang lebih cenderung melakukan hal yang menurutnya memberikan keuntungan bagi
dirinya sendiri dan dengan cara yang praktis hingga cenderung membuat manusia
menjadi malas dan ingin segala sesuatu menjadi mudah.
Implikasi Pragmatisme Terhadap
Teologi
Kecenderungan kehidupan manusia pada abad
XXI adalah berpikir praktis (pragmatis) yang didasarkan pada penggunaan
tekonologi dan berbagai fasilitas secara negatif, yang dapat mereduksi
keberadaan Allah yang transenden. Manusia
cenderung menyingkirkan Allah dan mengandalkan kemampuannya sendiri untuk
mencapai kepuasan hidup. Pragmatis yang
menekankan manfaat perbuatan bagi kehidupan manusia sebagai suatu ancaman bagi
kebenaran Kristen di mana kebenaran pragmatisme adalah manfaat sebuah perbuatan
lebih penting dari kebenaran iman.
Pragmatisme menolak kebenaran yang asalnya
dari Allah. Menurut filsafat ini,
kebenaran berada pada sesuatu yang menunjuk kepada keadaan yang nyata
berdasarkan pengamatan logis yang memberikan kepuasan kepada manusia yang belum
ditemukan sebelumnya. Pragmatisme menolak hal-hal yang bersifat
adikodrati berhubungan dengan
kemahakuasaan Allah di luar jangkauan pemikiran manusia. Pragmatisme menolak Alkitab sebagai sumber
etika/moral karena menurut pandangan ini untuk memiliki etika atau moral yang
baik seseorang tidak memerlukan hal-hal merafisika seperti Tuhan tetapi dengan
mempertajam kepekaan terhadap penderitaan orang lain.
Dalam iman kekristenan, pragmatisme menolak
konsep iman dalam kekristenan. Pragmatisme
hanya menekankan perbuatan dan manfaatnya sehingga hal-hal yang tidak dapat
dibuktikan dengan akal, bukanlah keyakinan.
Berbeda dengan kekristenan, iman adalah kunci untuk memercayai hal-hal
metafisis dan menjadi kunci untuk dibenarkan dan diselamatkan. Banyak hal dalam kekristenan tidak dapat dibuktikan
dengan metode ilmiah, tetapi diyakini atau dipercayai, seperti Allah Bapa,
Yesus adalah Allah dan Manusia yang sempurna, Roh, dan mujizat. Jika keyakinan didasarkan pada metode ilmiah,
bahasa, dan kepekaan terhadap orang lain seperti yang dimaksud oleh
pragmatisme, maka kekristenan ditolak oleh pragmatisme karena iman menjadi
dasar pembentuk kekristenan seseorang.[18]
Namun
dalam teologi, filsafat ini nampaknya dipakai sebagai landasan dalam teologi
kontemporer meskipun tidak terlihat dengan jelas. Praktisi teologi juga ada dalam teologi
kemakmuran yang di dalamnya ada seperti pandangan pragmatisme jika melihat
tujuan utama di dalamnya yaitu seseorang akan diberkati apabila memberkati
orang lain. Jadi konsep tersebut telah
tertanam dalam pikiran setiap orang yang mengikuti teologi tersebut.
Kelemahan dan Kekuatan
Pragmatisme
Kekuatan
Kemunculan
pragmatis sebagai aliran filsafat dalam kehidupan kontemporer, khususnya di
Amerika Serikat, telah membawa kemajuan-kemajuan yang pesat bagi ilmu
pengetahuan maupun teknologi. Pragmatisme
telah berhasil membumikan filsafat dari corak sifat yang Tender Minded yang cenderung berfikir
metafisis, idealis, abstrak, intelektualis, dan cenderung berfikir hal-hal yang
memikirkan atas kenyataan, materialis, dan atas kebutuhan-kebutuhan dunia,
bukan nanti di akhirat. Dengan
demikan, filsafat pragmatisme mengarahkan aktivitas manusia untuk hanya sekedar
mempercayai (belief) pada hal yang sifatnya riil, indriawi, dan yang
memanfaatnya bisa dinikmati secara praktis-pragmatis dalam kehidupan
sehari-hari.
Pragmatisme
telah berhasil mendorong berfikir yang liberal, bebas dan selalu menyangsikan
segala yang ada. Barangkali dari sikap
skeptis tersebut, pragmatisme telah mampu mendorong dan memberi semangat pada
seseorang untuk berlomba-lomba membuktikan suatu konsep lewat
penelitian-penelitian, pembuktian-pembuktian dan eksperimen-eksperimen sehingga
munculllah temuan-temuan baru dalam dunia ilmu pengetahuan yang mampu
mendorong secara dahsyat terhadap kemajuan di bidang sosial dan ekonomi.[19]
Kelemahan
Pragmatisme tidak mau mengakui sesuatu yang
bersifat metafisika dan kebenaran absolute(kebenaran tunggal), hanya mengakui
kebenaran apabila terbukti secara alamiah, dan percaya bahwa duna ini mampu
diciptakan oleh manusia sendiri, secara tidak langsung pragmatisme sudah
mengingkari sesuatu yang transendental(bahwa Tuhan jauh di luar alam semesta). Kemudian pada perkembangan lanjut,
pragmatisme sangat mendewakan kemampuan akal dalam mencapai kebutuhan
kehidupan, maka sikap-sikap semacam ini menjurus kepada ateisme.
Karena yang menjadi kebutuhan utama
dalam filsafat pragmatisme adalah sesuatu yang nyata,praktis, dan langsung
dapat di nikmati hasilnya oleh manusia, maka pragmatisme menciptkan pola
pikir masyarakat yang matrealis. Maka
dalam otak masyarakat pragmatisme telah di hinggapi oleh penyakit
matrealisme.
Untuk mencapai matrealismenya,
manusia mengejarnya dengan berbagai cara, tanpa memperdulikan lagi dirinya
merupakan anggota dari masyarakat sosialnya.
Ia bekerja tanpa mengenal batas waktu sekedar memenuhi
kebutuhan materinya, maka dalam struktur masyarakatnya manusia hidup
semakin egois individualis. Dari
sini, masyarakat pragmatisme menderita penyakit humanism.[20]
Kesimpulan
Sebagai
kesimpulan dapat dikatakan bahwa pragmatisme adalah filsafat yang mengutamakan
sebuah manfaat dan kegunaan dari suatu ajaran, atau nilai yang berlaku di dalam
masyarakat. Dengan demikian sesuatu
dianggap benar apabila memberikan manfaat dan kegunaan bagi masyarakat dan
dirasakan dengan nyata dalam masyarakiat.
Filsafat ini lahir pada abad ke 20 berkenaan dengan situasi ekonomi
Amerika khususnya yang mengalami kesulitan akibat perang dunia I dan adanya keterbukaan
pikiran masyarakat berorientasi kepada kegunaan dari nilai atau suatu ajaran
yang diterapkan dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh seperti Charles Sanders, William James, dan John Dewey
memberikan sumbangsih pemikiran yang mempengaruhi keadaamn ekonomi bukan hanya
Amerika secara khusus namun dunia juga dipengaruhi oleh pragmatisme sehingga
masyarakat cenderung lebih mengutamakan hal yang praktis dan yang berdaya guna
yang lebih.
Pragmatisme
membawa kehidupan kepada pemikiran yang lebih praktis lagi, tidak hanya
mempengaruhi main set masyarakat
dalam bidang umum seperti dalam bidang pendidikan, namun juga dalam teologi
yang berkembang saat ini misalnya dalam teologi kontemporer yang secara tidak
langsung berkembang dan dipengaruhi oleh pragmatis. Gereja memiliki peran penting di dalam
filterisasi terhadap adanya pragmatisme tersebut agar tidak menimbulkan
pemahaman yang salah dalam konsep jemaat.
Daftar Pustaka
Albertine
Minderop, Pragmatisme : Sikap Hidup dan Politik Luar Negeri Amerika (Jakarta :
Yayasan Obor Indonesia, 2006),
Arisnani, Sejarah
Aliran Pragmatisme. Artikel on-line
diambil dari https://www. scribd. com/doc/92478199/Aliran-Pragmatisme. Diakses tanggal 20 November 2018.
Adi, Syahmi. Filsafat Umum ‘Pragmatisme (John Dewey).
Artikel on-line diambil dari http://www. academia.
edu/7178347/Filsafat_Umum_Pragmatisme_john_Dewey_Diakses tanggal 21 November
2018
Fatturohman,
Nurdin. “William James- Pendiri
Pragmatisme.” Artikel on-line diambil
dari https://biografi-tokoh-ternama. blogspot.
com/2015/02/william-james-filsuf-pendiri-pragmatisme. html. Diakses tanggal 22
November 2018.
Fauziah,
Eva. Pragmatisme. Artikel on-line diambil dari http://www.
academia. edu/5672820/PRAGMATISME. Diakses
tanggal 20 November 2018.
Goedang
Biografi, Biografi dan Pemikiran Charles Sanders Pierce. Artikel On-line diambil dari
http://goedangbiografi. blogspot. com/2016/05/biografi-dan-pemikiran-charles-sanders.
html. Diakses tanggal 22 November
2018.
Liesdaprianto,
Pragmatisme. Artikel on-line diambil
dari https://www. scribd. com/document/240141492/pragmatisme diakses tanggal 20
November 2018.
Maiaweng,
Peniel. “John Dewey” diambil dari
Manfaat Kebenaran Perbuatan: Suatu Analisis
Terhadap
Ajaran Filsafat Pragmatisme. Diakses dari https://media. neliti.
com/media/publications/104990-ID-manfaat-kebenaran-perbuatan-suatu-analis. pdf
tanggal 26 November 2018.
Santikatmaka,
Rahmat. Selayang Pandang Pragmatisme.
Jurnal on-line diambil dari
https://www.academia.edu/25218669/Selayang_Pandang_Pragmatisme. Diakses tanggal
27 November 2018.
Satyawidya,
Implikasi Pragmatisme diambil dari jurnal Pragmatisme, Humanisme dan
Implikasinya Bagi Dunia Pendidikan di Indonesia. Artikel on-line ejournal. uksw.
edu/satyawidya/article/download/134/122/html. Diakses tanggal 26 November
2018.
[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia s. v pragmatisme (Jakarta: Balai
Pustaka, 1989), 698.
[2] Albertine Minderop, Pragmatisme : Sikap Hidup dan Politik Luar
Negeri Amerika (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2006), 51.
[3] Arisnani, Sejarah Aliran Pragmatisme. Artikel on-line diambil dari https://www. scribd.
com/doc/92478199/Aliran-Pragmatisme. Diakses tanggal 20 November
2018.
[4] Ibid.
[5] Liesdaprianto, Pragmatisme.
Artikel on-line diambil dari https://www. scribd.
com/document/240141492/pragmatisme diakses tanggal 20 November 2018.
[6] Ibid.
[7] Eva Fauziah, Pragmatisme. Artikel on-line diambil dari http://www. academia. edu/5672820/PRAGMATISME.
Diakses tanggal 20 November 2018.
[8] Goedang Biografi, Biografi dan Pemikiran Charles Sanders
Pierce. Artikel On-line diambil dari
http://goedangbiografi.
blogspot. com/2016/05/biografi-dan-pemikiran-charles-sanders. html. Diakses tanggal 22 November 2018.
[9] Peniel Maiaweng, “John Dewey”
diambil dari Manfaat Kebenaran Perbuatan:
Suatu Analisis
Terhadap Ajaran
Filsafat Pragmatisme. Diakses
dari https://media.
neliti. com/media/publications/104990-ID-manfaat-kebenaran-perbuatan-suatu-analis.
pdf tanggal 26 November 2018.
[10] Syahmi Adi, Filsafat Umum ‘Pragmatisme (John Dewey). Artikel
on-line diambil dari http://www. academia.
edu/7178347/Filsafat_Umum_Pragmatisme_john_Dewey_Diakses tanggal 21
November 2018.
[11] Eva. , John
Dewey.
[12] Ibid.
[13] Nurdin Fatturohman, William James- Pendiri Pragmatisme. Artikel on-line diambil dari https://biografi-tokoh-ternama.
blogspot. com/2015/02/william-james-filsuf-pendiri-pragmatisme. html.
Diakses tanggal 22 November 2018.
[14] Ibid.
[15] Minderop. , 63.
[16] Ibid. , 72.
[17] Satyawidya, Implikasi Pragmatisme diambil dari
jurnal Pragmatisme, Humanisme dan Implikasinya
Bagi Dunia Pendidikan di Indonesia. Artikel
on-line ejournal. uksw. edu/satyawidya/article/download/134/122/html. Diakses tanggal 26 November 2018.
[18] Peniel Maiaweng, Filsafat Dan Kekristenan dalam makalah Manfaat Kebenaran Perbuatan: Suatu Analisis
Terhadap Ajaran Filsafat Pragmatisme. Jurnal
on-line https://media.
neliti. com/media/publications/104990-ID-manfaat-kebenaran-perbuatan-suatu-analis.
pdf. Diakses tanggal 26
November 2018.
[19] Jurnal Peniel.
[20] Rahmat Santikatmaka, Selayang
Pandang Pragmatisme. Jurnal on-line diambil dari https://www.academia.edu/25218669/Selayang_Pandang_Pragmatisme.
Diakses tanggal 27 November 2018.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.