Sejarah Filsafat.




Sejarah Filsafat dari masa Yunani hingga masa kini.

#Filsafat Yunani  
I.                   Masa sebelum Sokrates
Dalam sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat Barat.  Alasannya adalah karena dunia barat (Eropa barat) dalaam alam pikirannya berpangkal kepada pikiran Yunani.  Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadnya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi ini berdasarkan kepercayaan.  Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya.  Mereka menanyakan dan mencari jawabnya: apakah sebetulnya alam itu?, apakah inti sarinya?.  Mereka yang mencari ini disebut Filsuf Alam, diantaranya adalah:
1.      Thales (624-548), berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.
2.      Anaximandros, mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak tentu sifat-sifaatnya, yang dinamainya to apeiron.  Pada tahun 590-528, mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh alam serta udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat diperlukan oleh nafasnya.
3.      Pitagoras(- 532) berpendapat bahwa segala sesuatu ialah bilangan, sehingga orang yang tahu dan mengerti betul akan bilangan, tahu jugalah ia akan segalaa sesuatunya.
4.      Herakleitos (535-475) mengalami bahwa di dunia segala sesuatu berubah.  Tak adalah sesuatu yang tetap, dikatakannya semuanya dalaam keadaan menjadi.  Ia menyimpulkan bahwa yang menjadi sebab atau keterangan yang sedalam-dalamnya itu ialah gerak, perubahan atau menjadi itu.  Ia sangat mengutamakan kemampuan indra dan mengingkari kemampuan budi.  Apa yang tak tersentuh oleh indra itu tidak benar, oleh karena itu budi tak mungkin mencapai kebenaran.
5.      Parmenides (540-475) sebagai kebalikan filsafat Herakleitos.  Ia dilahirkan di Elea, maka itu penganut-penganutnya disebut kaum Elea.  Parmenides mengakui adannya pengetahuan yang bersifat tidak tetap dan berubah-ubah itu, serta pengetahuan mengenai yang tetap, pengetahuan indra dan pengetahuan budi.  Ia mengatakan pengetahuan ada dua yaitu pengetahuan sebenarnya dan pengetahuan semu.  Pengetahuan semu itu keliru.  Parmenides mengingkari gerak, perubahan atau menjadi.  Filsafatnya disebut filsafat ada.
6.      Kaum Elea, mereka hanya mengikuti pendapat Parmenides.
1.      Zeno dan Melissos
2.      Empledoks (490-435).  Mengatakan bahwa air, udara, api dan tanah merupakan unsur terakhir dari segala sesuatu.  Menurutnya pengetahuan tidak lain daripada proses penggabungan: karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air, kita tahu akan air. 
3.      Anaxagoras (499-428), filsuf ini mengikuti Empodkles tentang teorinya dalam penggabungan dan perpisahan, hanya saja unsurnya bukan empat, melainkan amat banyak dan berjenis-jenis sifatnya.
4.      Demokritos (460-370), teori bagian bagian kecil seperti pendapat Anaxagoras diajarkan juga, tetapi Demokritos menyebutnya atomos yang berarti tidak daapaat dibagi.
II.                Masa Sokrates
Perkembangan filsafat di Yunani amat pesat jalannya dan besar minat orang terhadap filsafat itu.  Istilah cinta kepada kebijaksanaan ini menjadi kata-sehari-hari.  Banyak orang yang mengikuti pelajaran dan ahli pikir atau pecinta kebijaksanaan itu.  Mereka berfilsafat tujuannya adalah semata-mata demi kebenaran.  Diantaranya adalah:
1.      Sofisme.  Berhubung dengan minat orang terhadap filsafat, timbullah sifat baru .  timbul orang-orang yang menamai dirinya bijaksana.  Sofoi (bijaksana) artinya mereka sudah memiliki kebijaksanaan, mereka tidak berusaha mencari kebijaksanaan.  Aliran ini berguna juga bagi ilmu dan filsafat, karena orang-orang lalu mencari akal untuk dapat berbicara dengan baik, mengadakan aturan-aturan bagaimana seharusnya berbicara untuk mencapai kemenangan.  Contohnya adalah (Gorgias, 480-380).
2.      Masa Antropologis, dalam masa ini tidak diakui ada norma yang umum bagi semua orang; jika subjek merasa baik, itulah yang baik, sedangkan yang dianggapnya buruk, itulah yang buruk.  Normal adalah subjektif.
3.      Sokrates, ia dilahirkan di Athena (469), bapaknya seorang juru pahat dan ibunya seorang bidan.  Istrinya bernama Xantippe.  Sokrates amat cerdas pikirannya dan berpendidikan tinggi: seorang peramah yang memberikan ajarannya kepada pemuda-pemuda dikotanya dengan bertanya-jawab (dialogue).  Sokrates dijatuhi hukuman mati: harus minum racun pada tahun 399.  Ajaran Sokrates dipusatkan kepada manusia.  Ia mencari pengetahuan yang murni dan sebenarnya: pengetahuan sejati.  Menurut Sokrates barang siapa mempunyai pengertian dan pengetahuan yang baik, tentulah berlaku baik.  Ia amat mengutamakan pengajaran tidak mengutamkan pendidikan.
III.             Masa Sesudah Sokrates
Plato
Ia dilahirkan pada tahun 472 dari keluarga bangsawan dan kemudian mengikuti ajaran Sokrates dengan taat.  Karyanya adalah buku Pembelaan Sokrates, Gorgias, Meno, Symposion, Politica, Sophites, Hukum.  Ia meninggal pada tahun 347.  PLATO mencoba mencari penyelesaian dalam soal lama, yaitu tentang pertanyaan : hanya terdapat yang berubah-ubah (HERAKLEITOS) atau yang tetapkah (PARMENIDES)? Manakah yang benar, pengetahuan indra ataukah pengetahuan budi?  Yang berubah itu dikenal dengan pengalaman, adapun yang tetap, kita kenal dengan budi kita. Yang berubah itu realitas dunia pengalaman ini.  Menurut Plato ada dua dunia, yaitu dunia idea dan duni bayang-bayang.  Jadi bermacam-macam di dunia ini diakui Plato, tidak sepenuhnya, permacaman tidaklah merupakan realitas yang sebenarnya, yang merupakan realitas sebenarnya ialah  idea.  Menurut Plato yang primer ialah idea.  Jadi menurut PLATO mencapai pengertian (idea) di dunia pengalaman ini tidak lain daripada ingat.  Dengan demikian di dalam etikanya Plato jadi orang dapat mempunyai idea-idea itulah yang bijaksana, la takkan selalu terlibat oleh hal-hal yang kebetulan, yang berubah-ubah dan bermacam-macam, melainkan ia akan mempunyai pendapat dan pendirian yang tetap. Itu pulalah sebabnya maka menurut PLATO hanya para bijaksana saja yang dapat dan patut menjadi pengemudi negara.  Adapun dunia idcalah vang terutama bagi PLATO, karena idea itu adanya lebih dulu daripada dunia pengalaman dan menjadi "contoh" dari dunia pengalaman. Hal ini diterima oleh PLATO, karena menurut dia, jika manusia sekarang ini mem­buat sesuatu, adalah modelnya (contohnya) lebih dulu dalam manusia itu sendiri, jadi pekerjaannya itu mencontoh hal yang sudah ada.  PLATO berpangkal dari yang umum (idea) untuk sampai kepada yang khusus (bermacam-macam). Itulah sebabnya maka aliran PLATO disebut idealisme. Dan oleh sebab idea itu merupakan realitas, maka idealisme PLATO itu disebut orang pula idealisme realistis.

Aristoteles
ARISTOTELES dilahirkan di Stagira pada tahun 384. Untuk menyelesaikan pendidikannya pergilah ia ke Atena dan tinggal di situ selama 20 tahun sebagai murid PLATO. Sepening­gal PLATO ia mendirikan sekolah di Assus tetapi kemudian ter­paksa meninggalkan kota ini serta kembali ke Atena. Pada ta­hun 342 ia dipanggil oleh FILIPOS, raja Macedonia untuk mengajar anaknya, yaitu Alexander. Waktu Alexander pada tahun 336 berangkat ke Medan perang, kembalilah Aristoteles ke Atena. Ketika ada huru-hara di Atena sesudah Alexander meninggal, ia meninggalkan Atena karena didakwa sebagai orang yang tak percaya kepada dewa. Tahun 322 meninggallah ia di Euboea.  Karya Aristoteles di bagi menjadi empat adalah Logika, Fisika, Metafisika, dan pengetahuan praktis.  Logika biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang : pengertian, putusan, sillogismus, bukti dan lain-lain.  Fisika adalah tentang alam, langit, bintang dan hewan, jiwa dan lain-lain.  buku-buku yang terutama tentang filsafat. Pada waktu itu ditempatkan di belakang buku-buku fisika, kemudian kata metaphyska berarti filsafat. Ethica Eudemia, Ethica  Nichomachea kedua-duanya tentang tingkah- laku. Republics Atheniensium (tata- negara Atena).  Rhetorica (tentang berceramah dan berpidato) dan Poetica.

Aliran-aliran Besar
Sesudah ARISTOTELES tidaklah timbul lagi ahli filsafat yang dapat disamakan dengan dia. Ini tidak berarti, bahwa orang tidak berfilsafat, tetapi filsafat mereka itu hanya berdasarkan yang sudah-sudah dan tidak mencari pertanggungjawaban tera­khir bagi segala yang ada. Filsafat dipusatkan pada cara hidup, sehingga orang yang bijaksana ialah orang yang mengatur hidup nya menurut budinya.  Cara mengatur hidup inilah yang menjadi dasar tiga aliran yang terkenal pada abad*abad sesudah ARIS TOTELES. Sesuai dengan sejarah umum masa sesudah ARfS TOTELES ini disebut jaman Hellenisme.

      Epikurisme
Nama Epikurisme berasal dari tokoh aliran yaitu EP1KU-ROS (341-270). Filsafat EPIKUROS hanya diarahkan pada satu tujuan, yaitu : memberi kebahagiaan kepada manusia. Jadi yang diutamakan etika, adapun yang menjadi dasar etika ini logika dan fisikanya. 
     
Stoa
Yang menjadi tokoh Stoa bernama Zeno (336-264).  Ia memberikan ajarannya dalam gang antara tiang-tiang (stoa poikile), itulah sebabnya maka aliran ini disebut stoa.  Menurut Stoa tak ada dunia lain selain daripada dunia pengalaman yang jasmani ini, hanya dunia itu sajaalah yang sungguh-sungguh ada.  Dalam pada itu ada dua unsur: yang fasif, yaitu bahan sebenarnya dan yang aktif, yaitu budi yang dapat meresap pada segala-galanya.  Tidak ada beda antara alam dan Tuhan.  Tuhan ialah alam dan sebaliknya.
      Skepsis.
Yang dianggap menjadi bapa aliran skepsis adalah Pyrrho (365-275).  Ia tidak meninggalkan warisan tertulis.  Filsafatnya tentang tingkah laku manusia berdasarkan atas logika pula.  Orang banyak merasa tak berbahagia, karena ia mengira mempunyai pengetahuan yang pasti, dan ternyatalah bahwa ia kehru. Dan itu memang sebenarnya, karena menurut aliran ini manusia memang tidak mungkin mencapai kepastian. Pengetahuan kita tidak boleh dipercaya!

Neoplatonisme
Yang dianggap menjadi pelopor dari néoplatonisme seo­rang yang hidup sesudah permulaan abad Masehi, jadi kenal be­nar akan aliran-aliran agama yang ketika itu sudah berkembang, yaitu agama Katolik. Ia dilahirkan pada tahun 204. Sesudah me­ngembara beberapa lamanya ia tinggal di Roma dan di situlah ia mempunyai penganut amat banyak.  Di Roma pula ia mening­gal pada tahun 270.  Filsafat PLOTINOS- demikian nama tokoh néoplatonisme — mendasarkan pendapatnya pada filsafat PLATO terutama dalam ajarannya tentang idea "baik" atau kebaikan.  Menurut PLATO idea "kebaikan" itu yang tertinggi, sumber idea lain. Itulah sebabnya maka filsafat Plotinos merupakan Platonisme.

#Filsafat Hindu
I.                   Vedisme
Jika di tanah Yunani ahli pikir mencurahkan tenaganya untuk mencapai kebenaran, ahli filsafat Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan dunittwi untuk masuk ke dalam kebebasan yang baginya merupakan kesempurnaan. Memang orang Hindu pun mencari kebenaran, tetapi tidaklah demi kebenaran belaka, melainkan untuk bebas dari dtaniai Filsafat Hindu me­nyelidiki alam,, dicari inti sarinya, diselami hakekatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya, akan tetapi filsafat tidak­lah berhenti disitu saja, masih mmpunyai tujuan lebih lanjut : kebebasan.

Veda.
Sudah lama sekali, berabad-abad sebelum permulaan abad kita ini, jauh lebih lama sebelum orang Yunani berfilsafat dan meninggalkan warisan buah pikirannya yang tertulis, sudah adalah bahan tertulis di tanah Hindu yang memuat buah pikiran Hindu.  Bahan itu tidak boleh dikatakan memuat 'filsafat tfindu^ karena di sana terdapat pula ajaran-ajaran yang boleh kita sebut agama karena berdasarkan kepercayaan. Bahan tertulis yang dihormati benar oleh masyarakat Hindu ini disebut Veda. Keseluruhan alam pikiran yang merupakan filsafat dan agama itu untuk mudahnya disebut vedisme.  Adapun isi Veda itu semuanya bersangkutan dengan upacara agama, terutama korban.  Korban itu disebut brahma, ahli korban disebut brahmana.  Berhubung dengan upacara-upacara pengorbanan ini, Veda itu digolong-golongkan menjadi empat golongan : 1. Rig-Veda  inilah yang tertua dari semua Veda, bensi pujian. 2. Sama -Veda ; berisi nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan oleh utgatar, waktu orang menyediakan minuman untuk koi ban yang amat penting itu. 3. Yajur- Veda j berisi mantra-mantra dalam bentuk prosa, biasa dipergunakan dalam pengorbanan yang sebenarnya, dan 4 Atharva –Veda: berisi uraian dan doa-doa yang harus dikenal para brahmana.

II.                Brahmanisme
golongan ini amat disegani orang.  Tingkatan brahmana ini da­lam masyarakat Hindu merupakan yang tertinggi.  Adapun seluruh masyarakat terbagi atas empat tingkat : kasta, yaitu : brahmana, ksatria, vaisya, dan sudra.  Keempat tingkatan ini bukanlah tingkatan masyarakat belaka yang ditentukan oleh bermacam-macam kedudukan, tetapi yang menentukan tingkatan itu kelahiran, sehingga bagaimana orang berusaha sekalipun, taklah ia dapat beralih dari satu kasta ke kasta yang lain.  Brahmana memiliki tugas yang penting.  Karena tugasnya yang berat dan penting ini mereka diberi didikan seperlunya dan dalam hidup­nya memang mempunyai kesempatan untuk berpikir. Berhubung dengan didikannya adalah empat tingkatan hidup bagi brahmana, yang disebut asrama. 
1.      Waktu seorang brahmana masih belum dewasa, kalau ia harus mencari ilmu, berguru kepada orang lain, ia disebut brahma carin. Tugasnya mencari pengetahuan sejati, maka dari itu harus mempelajari Veda dan mendalami seluk-beluk upacara pengorbanan.
2.      Setelah ia dianggap dalam asrama pertama itu tammat, maka ia meningkat kebagian kedua yang disebut grihastha. Dalam pada itu haruslah ia membentuk keluarga serta melaku­kan kewajiban bapa dengan tertibnya berkorban dan mendalami Veda lebih lanjut. Salah satu wajib yang utama : ia harus mempunyai anak laki-laki, yang akan dapat meneruskan tugas­nya menjadi pengantar korban.
3.      Maka jika sudah beranak cucu, datanglah masa yang ketiga Vanajirastha. Pergilah ia meninggalkan rumah dan keluarganya masuk hutan untuk bertapa. 
4.      Asrama yang tertinggi menunjukkan seorang brahmana sebagai sannyasin, artinya orang yang telah meninggalkan se- gala sesuatunya. Baik kekayaannya, maupun tanda kastanya telah tidak dihiraukan lagi, ia hanya bertugas untuk melakukan latihan rohani.
Ada tiga kelompok warisan tertulis dari para brahmana yaitu:
1.       Brahmana,
2.       Arnyaka
3.      Upanishad

Beberapa aliran
1.      Vedanta
Kata Vedanta itu sebenarnya berarti akhir dan kesudahan Veda. Adapun Vedanta ini meneruskan dengan lurus pikiran apa yang sudah ditempuh oleh filsuf-filsuf jaman dahulu, jaman Upanishad.  Vedanta mengingkari sepenuhnya dunia indra.  Dunia ini maya dan maya belaka. Supaya manusia bebas dari maya ini, haruslah ia melakukan pekerjaan yang baik mengalahkan hawa nafsunya, kleca dan dengan demikian ia dapat menyiapkan dirinya untuk pengetahuan sejati atau yang sempurna, ini tidaklah lain daripada pengetahuan atas kesatuannya dengan brahma, keyakinan bahwa atman itu brahma. Tetapi pengetahuan ini tidak tercapai oleh jalan pikiran, melainkan berdasarkan atas intuisi, pengetahuan langsung yang umumnya di sebut gnosis.  Oleh karena itu jalan kebebasan ini melalui pengetahuan, maka ajaran ini disebut Janna Marga.

2.      Samkhya
Aliran yang amat besar pengaruhnya da­lam alam pikir Indonesia ialah Samkhya.  Aliran ini menerima adanya materi, bahan. Anehnya : bahan ini bakalah adanya. Jika Vedanta dalam pandangan-dunianya serta segala yang ada itu harus disebut monistis, karena hanya menerima satu realitas saja, aliran Samkhya ini dapat disebut dualistis. Menurut Samkhya ada itu terdiri dari paduan bahan (prakritri) dan jiwa (purusha). Purusha masuk, atau harus dika­takan terdapat dalam prakritri dan karena paduan ini adalah alam. Bagi manusia demikian pulalah halnya.  Ada empat ikatan antara purusha dengan prakritrinya, disebut guna. Keempat guna ini bermacam-macam sifatnya. Yang pertama bersifat halus dan terang, kedua bersifat gerak dan pe­marah, ketiga bersifat gelap dan yang keempat bersifat berat.

3.      Yoga
Yoga bukanlah aliran filsafat tersendiri, melainkan cara atau untuk mencapai kebahagiaan yang sempurna.  Orang yang melakukan Yoga ini disebut Yogin.  Menurut Yoga jalan pertama yang harus ditempuh orang yang hendak mencari kebebasan ialah : ia harus menguasai diri sendiri, ia harus mengalahkan segala hawa nafsunya dengan hidup yang sederhana dan mumi. Setelah itu barulah latihan Yoga yang sebenarnya dapat dimulai, maka duduklah orang dengan sikap yang baik dan tertentukan; diaturnya jalan nafasnya dengan ketertiban yang mengagumkan. Setelah latihan nafas ini berikutlah latihan indra kelima : semua indra ditutup dan dilakukan pemusatan renungan kepada buku suci. Pemusatan renungan, ini disebut dhyana. Jika ia sudah melewati dhyana ini maka akan sampailah ia kepada sarnmihi, yaitu masuk dan bersatu dengan yang tertinggi (brahma).

III.             Budisme
Pusat aliran ini didasarkan atas keyakinan bahwa segala sesuatunya yang ada di dunia ini terliput! oleh sengsara. Adapun sengsara itu mempu­nyai satu sebab, yaitu cinta (dalam arti sebenarnya dan seluas luasnya, dari "ingin" sampai "berusaha mencapai") yang disebut trisna. Trisna ini akibat kekeliruan atau ketidak-tahuan (avidya). Sebab itu, jika kita hendak bebas, haruslah kita membelakang ketidak-tahuan itu serta menghadap pengetahuan. Jalan ke arah kebebasan selalu melalui pengetahuan, melalui kebenaran.  Adapun yang harus diketahui ini ialah sikap empat ajaran SANG BUDA. Buda artinya : yang telah mencapai bodhi, yaitu pene­rangan dan yang dimaksudkan ialah : guru yang mempunyai seluruh penerangan, mempunyai seluruh kebenaran; kebenaran dan pengetahuan yang sejati.  Jika orang sudah mempunyai pengetahuan dan kebenaran yang sejati ini, maka dapatlah ia mempunyai sikap yang baik, sila terhadap segala sesuatu.  Sila yang pertama dan utama sebagai dasar ialah yang disebut ahimsa, kehalusan. Orang tidak mempergunakan kekerasan dan kekuatan atau perkosaan, baik dalam tindakan maupun dalam percakapan.
#Filsafat Eropa
I.                   Abad Permulaan
Oleh karena agama itu meliputi keseluruhan manusia dan dapat difahami pula,bahwa bagi orang yang beragama, agama itu sesuatu yang amat utama, dapat juga di pahami, bahwa da­lam kalangan orang-orang di Eropa yang menganut agama baru ini dalam alam pikiran mereka ada unsur baru pula. Adapun unsur ini ialah unsur firman Tuhan atau wahyu. Dalam filsafat Yunani orang memang sengaja, hendak mencari kebijaksanaan melalui budi belaka, serta bagi orang orang Katolik itu, orang Yunmi termkah tidak berfilsafat menurut atau berdasarkan wahyu, karena mereka tak kenal akan wahyu sejati, sebab ketika itu wahyu Injil memang belum diturunkan. Walaupun demikian haruslah diakui, bahwa filsafat Yunani memang menghasilkan. suatu pandangan hidup atau pandangan dunia.  Dalam masa ini ada dua aliran yang muncul yaitu, 1. ada yang menolak filsafat Yunani dan 2) ada pula yang dapat menerima filsafat Yunani itu sebagai kebijaksanaan manusia.
Patristik
Aliran dalam abad permulaan di Eropa ini disebut dalam sejarah: “patristik”
Dua orang tokoh dari abad permulaan yang dipandang sebagai wakil dari aliran patristik ialah:
1.      Tertulianus
la dilahirkan di kaitago dan kemudian memeluk agama Kristen di Roma. Menurut dia filsafat (Yunani) telah dtganti oleh wahyu, ke benaran dan kebijaksanaan itu hanya teidapat dalam Kitab Suci. Sebaliknya TERTULIANUS toh tidak mengingkari daya budi sama sekali. Budi dapat juga mencapai kebenaran Menurut dia budi misalnya dapat mengetahui adanya Tuhan serta jiwa yang tak kena mati. Pendapatnya tentang kerohanian tidak terlalu te rang, ia terpengaruhi oleh pendapat stoa yang materialistis.
2.      Agustinus.
Ajaran AGUSTINUS (354-430) lebih memperlihatkan sistim yang merupakan keseluruhan. Waktu mudanya ia menyelami filsafat yang bermacam-macam coraknya. Dalam agama pun ia mengenal beraneka aliran.  Baru ketika ia berumur 33 tahun menjadi Katolik.  Buku-buku yang ditulisnya tidaklah semata-mata memuat filsafat, tetapi terutama merupakan penerangan agama. Dalam pada itu nampak juga pendapat filsafatnya.  Buku yang ditulisnya antara lain adalah:
1.      Logika
Dalam logikanya AGUSTINUS memerangi skepsis. Skepsis itu, menurut pen­dapatnya, mengandung pertentangan, mengandung kemustahil­an. Skepsis menganjurkan segala keragu-raguan tentang segala- galanya. Tetapi barangsiapa ragu-ragu, walaupun katanya ten­tang segala sesuatu, tentulah ia tak ragu-ragu tentang keragu- raguannya. Lain daripada itu siapa berpikir, tentulah ia ada. Jadi ada kepastian padanya (dalam skepsis itu sendiri), yaitu kepastian tentang ragu-ragu dan tentang ada.  Realitas itu haruslah rohani dan merupakan pesona, sumber segala hidup dan berpikir.  Realitas itu ialah Tuhan sendiri.

2.      Antropologi dan Etika
Apakah manusia itu? Pertanyaan ini dijawab oleh AGUSTINUS demikian: menurut badannya manusia itu termasuk alam jasmani, tetapi karena jiwanya ia termasuk rohani. Oleh karena ia jasmani, teri­katlah ia , harus mengalami perubahan., sengsara dan terlibat dalam waktu.  Kejahatan atau dosa itu terletak pada kehendak yang bebas itu. Jika kehendak itu memilih yang jasmani serta dengan demikian memustahilkan jalannya kepada Tuhan, maka berdosalah ia. Jadi dosa atau jahat itu berdasarkan atas ketiadaan yang baik.'  Demikianlah pendapat AGUSTINUS.
II.                Abad Pertengahan
Pada tahun 529 Sekolah-sekolah filsafat pertengahan. di Atena yang resmi mengajarkan aliran Yunani kuno ditutup oleh kaisar JUSTIN!ANUS. Sejak itu harus dikatakan bahwa dengan resmi tertutuplah sumber Yunani yang mengalirkan filsafat. Sebelum penutupan resmi ini sebenarnya sudah tidak ada filsuf yang ke­namaan. Jadi baik resmi maupun tidak resmi boleh dikatakan sudah habislah jaman filsafat Yunani.

Scholastik
Pembesar-pembesar gereja mendirikan sekolah-sekolah itu, pun raja-raja tidak mau ketinggalan. Yang diajarkan pada sekolah itu masih berdasarkan yang lama, bahkan mata pelajarannya pun masih merupakan yang lama, yang disebut artes liberales (seni merdeka). Artes ini dulu memang menjadi mata pelajaran di Yunani dan Roma. Adalah tujuh macam artes : grammatica, dialéctica, rhetorica, geometría, aritmatica, astronomía, música.  Dealectica itu nama bagian filsafat yang ketika itu terutama menyelidiki isi budi dan bahan serta hukum-hukumnya, jadi yang sekarang juga disebut orang logika : dialéctica ini meliputi seluruh filsafat. Dengan demikian pada sekolah-sekolah terse­but di atas berkembang aliran filsafat yang lain dari yang dulu. Adapun aliran filsafat yang baru itu disebut scholastik
      Puncak Scholastik

      Tomisme
Thomas adalah ahli pikir abad ke 13, dilahirkan dekat kota Aquino, pada tahun 1225.  Sebab itu biasa juga ia disebut Thomas Aquinas.  Masa mudanya ia menjadi murid Albertus di Paris.  Kemudian ia mengikuti jejak gurunya yang menjadi pembesar Ordonya di Jerman dan sekembalinya di Paris ia mengajar di perguruan tinggi.  Tidak hanya di Paris saja ia mengajar, melainkan di kota-kota lainnya.  Menurut Thomas Tuhan menciptakan segala sesuatunya itu tanpa mempergunakan bahan.  Oleh karena Tuhan itu maha baik, kebaikan yang sempurna, maka segala sesuatunya yang ikut serta dengan Dia itupun baik juga, karena mengikuti kebaikan Tuhan.  Sebab itu tak adalah dalam dunia unsur jahat dan unsur baik.
III.             Filsafat Modren
Rasionalisme
Orang yang amat besar pengaruhnya dalam abad-abad sesudah hidupnya ialah seorang Prancis bernama DESCARTES (CARTESIUS), dilahirkan pada tahun 1596. Ia menerima didik­an scholastik, tetapi tak puaslah ia akan ajarannya dan metodos­nya. Ia mengembara ke Nederland kemudian ke Swedia dan pa­da tahun 1650 meninggallah ia di sana. Tulisan yang ditinggal­kan amat banyak, yang amat mashur ialah Descour de la me- thode (1637), Meditationes de prima philosophia (1641), Ttaite des passions (1649). Sesudah meninggal dunia ; Regula ad direc- tionem ingenijf.
Empirisme
Sementara itu ilmu terus maju, hasil penyelidikannya dapat menolong umat manusia, kemajuan dianggap orang tak berhingga. Anggapan orang terhadap filsafat amat berkurang, sebab dianggap sesuatu yang tak berguna untuk hidup. Ternyata dalam ilmu, pengetahuan yang berguna, pasti dan benar itu diperoleh orang melalui indranya. Empirilah yang memegang peranan amat penting bagi pengetahuan, malahan barangkah satu-satu­nya dasar serta sumber pengetahuan. Filsafat yang muncul dari pendapat di atas itu disebut empirisme. Para pendewa pengalaman ini sebetulnya tidak mau berfilsafat, akan tetapi ada juga yang berfilsafat serta mengadakan sistim. Di bawah ini beberapa tokohnya yaitu:
1.      Francis Bacon, Dari mudanya B A C O N (1210-1292),sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa ia menjabat pangkat-pangkat yang tinggi di kerajaan Inggris. Kemudian malahan diangkat da­lam golongan bangsawan. Setelah ia terpaksa berhenti dari ja­batannya yang tinggi, barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
2.      Thomas Hobbes (1588-1679), anak seorang pendeta, minatnya dari se­mula terarahkan kepada kesusasteraan dan filsafat. Terutama ia mengikuti nominal isme. Bukanlah yang abstrak dan umum yang sungguh-sungguh ada. Pengertian umum itu hanya nama belaka, yang sesungguhnya ada ialah hal sendiri. Adapun hal ini hanya tercapai pengenalannya dengan persen­tuhan indra. Hanya kalau dapat disentuh dengan indra itulah su- atu tanda kebenaran dan kesungguhannya. Pengetahuan kita tak mengatasi pengindraan : dengan kata lain, pengetahuan yang be­nar hanyalah pengetahuan indra saja, lain tidak. Ada yang menyebut HOBBES itu, menganut sensualisme, karena ia amat mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan Itu benar juga. Tetapi dalam hubungan ini tentulah ia dapat di­anggap salah satu dari penganut empirisme, yang mengatakan bahwa persentuhan dengan indra (empiri) itulah yang menjadi pangkal dan sumber pengetahuan.
3.      John Locke (1632-1704), Anak seorang ahli hukum. Walaupun sebenarnya suka akan teologi dan filsafat, akan tetapi karena keadaan ketika itu menyulitkannya, ia belajar untuk dokter serta penyelidikan kimia.  LOCKE hendak menyelidiki kemampuan pengetahuan ma­nusia sampai ke manakah ia dapat mencapai kebenaran dan ba­gaimanakah mencapainya itu. Dalam pada itu ia menerima seperti DESCARTES dualisme : Substansi yang berpikir dan yang berkeluasan : dunia jiwa dan dunia bahan.Ia mempergunakan istilah sensation dan reflection. Reflection itu pengenalan intuitif serta memberi pengetahuan kepada manusia lebih baik, lebih penuh daripada sensation. Sensation merupakan sesuatu yang mempunyai hubungan dengan dunia luar, tetapi tak dapat me­raihnya dan tak dapat mengerti sesungguhnya. Tetapi tanpa sen­sation manusia tak dapat juga suatu pengetahuan. Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerjasama antara sensation dan reflection. Tetapi haruslah ia mulai dengan sensation, sebab jiwa ma­nusia itu waktu dilahirkan merupakan yang bersih tabula rasa, tak ada bekal dari siapa pun yang merupakan ideae innatae. Demikian dalam hal ini ia bertentangan dengan DESCARTES.
4.      David Hume (1711-1776), menjadi terkenal oleh bukunya yang disebutnya, An Enquiry concerning Human Under­standing. Waktu mudanya ia juga berpolitik tetapi tak terlalu mendapat sukses. Dalam filsafatnya ia merupakan empiris yang konsekwen. Ia menganalisa pengertian Substansi. Seluruh pe­ngetahuan itu tak lain dari jumlah pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan impression yang disebabkan "hal" di luar kita. Apa saja yang merupakan penge­tahuan itu hanya disebabkan oleh pengalaman. "Halnya sendiri tak dapat kita kenal, kita hanya mendapat impression itu. Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempu­nyai pengertian sesuatu yang tetap — Substansi — itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian acapkalinya, sehing­ga kita menganggap mempunyai pengertian tentang suatu hal, tetapi sebetulnya tak adalah itu. Substansi itu hanya anggapan, khayal, sebenarnya tak ada!

Kriticisme
Pada rasionalisme dan emperisme ada pertentangan yang jelas antara budi dan pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, manakah pengetahuan yang benar? Salah satu tokohnya adalah Immanuel Kant (1724-1804).
IV.             Filsafat Dewasa Ini
Pengaruh KANT bukan main besarnya dalam alam pikiran terutama di Jerman.  Masih semasa dengan KANT ada beberapa muridnya yang melanjutkan sistim KANT ini dengan metode dan pendapatnya sendiri. Timbul di Jerman bermacam-macam sistim yang di Eropa pengaruhnya boleh dikatakan sampai dewasa ini.
1.      Idelisme
KANT dalam sistimnya memberi keterangan tentang kemampuan budi mencapai pengetahuan : ia mengatakan sampai di mana kemampuan budi itu.  Dengan terang dikatakannya, bahwa dengan budi murni orang tak mungkin mengenal yang di luar pengalaman, karena pengetahuan budi itu selalu mulai dengan pengalaman; metafisika murni tak mungkin!

2.      Tradisionalisme
Perkembangan filsafat di Perancis agak berlainan. Di sana orang mengalami revolusi yang amat hebat. Apa-apa yang dahulu dianggap suci dan baik ditumbangkan dan timbullah pengingkaran atas wahyu dan agama. Ada beberapa orang yang menga takan sebagai reaksi, bahwa kegoncangan dalam kesuslaan dan kepercayaan ini karena orang meridewa-dewakan budi auu rasio.  Maka dan itu haruslah orang kembali serta percaya sepentifi nya pada yang sudah-sudah atau tradisi. Tradisi itulah yang ha­rus menjadi pegangan dan itu saja yang dapat memberikan ke­pastian kepada pikiran; Tokoh tokoh tradisionalisme : L. DEBONALD (1754 - 1840) dan F. DE LAMENNAlS (1782 - 1854).

3.      Positivisme.
Sementara itu timbullah di Perancis juga aliran yang disebut orang positivisme, yang ditokohi oleh A COMTE (1798— 1857). Menurut dia supaya ada masyarakat baru yang teratur, haruslah lebih dulu diperbaiki jiwa atau budi. Adapun bud: itu menurut COMTE mengalami tiga tingkatan, dan tingkatan itu terdapat juga pada hidup tiap-tiap manusia, pun pada sejarah ilmu semua. Tingkat pertama ialah tingkat teologi, yang menerangkan se- gala-galanya dengan pengaruh dan sebab-sebab yang melebihi kodrat; tingkat kedua ialah tingkat metafisika yang hendak me­nerangkan segala sesuatunya melalui abstraksi; tingkatan yang ketiga ialah tingkatan positif yang hanya menghiraiikan vant sungguh-sungguh serta sebab-akibat yang sudah tertentukan.  Masa sekarang ini (masa COMTE) haruslah mengabadikan ilmu yang disebutnya positif. Di samping matematika fisika dan biologia dalam ilmu kemasyarakatan pun semangat positif ini harus dimasukkan. Apa-apa yang tidak positif itu tidak dapat ki­ta alami dan dalam pada itu baiklah orang mengatakan, bahwa ia tidak tahu saja.  Dalam ilmu-ilmu lain seperti ilmu jiwa, sejarah politik dan ke- susasteraan positivisme ini dijadikan dasar juga, lebih-lebih oleh H.TAINE (1828-1893). Dalam sosiologi yang mendasarkan asasnya atas positivisme ialah Emille Durkheim (1858-1917).

4.      Evolusionisme
Seorang yang dalam ilmu amat banyak pengaruhnya hingga sekarang ialah ahli Biologi Darwin (1809-1882).  Ia memajukan dan mempertahankan teori perkembangan untuk segala sesuatu, baik juga kepada manusia.  Tetapi Darwin tidak berfilsafat, tetapi Herbert Spencerlah (1820-1903) yang berfilsafat berdasrkan evolusionosme.  Bukunya  yang terkenal: System of synthetik philosophy.  Bukan ada, demikian uraiannya, yang dapat dikenal, melainkan menjadi.  Ilmu merupakan sebagaian dari pengetahuan menjadi itu, sedangkan filsafat merupakan keseluruhannya. 
5.      Materialisme
Tokohnya di Perancis dipelopori oleh Lamettrie (1709-1751), sementara di Jerman ditokohi oleh Feuerbach, Vogt dan Buchner serta Molenschott.  Begi Lamettrie manusia itu tidak lain daripada mesin, begitu pula halnya dengan binatang, sehingga tak ada bedanya manusia dan binatang.  Ia mengingkari prinsip hidup pada umumnya.  Ia mencoba membuktikan, bahwa bahan tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tak mungkin ada.
6.      Neokantianisme
Walaupun di atas dikatakan seakan-akan hanya materialisme saja yang meraja lela, tetapi akan kelirulah orang, jika ia mengira, bahwa disampingnya tak ada aliran lain yang besar juga pengaruhnya. Kebalikan dari materialisme, yaitu idealisme juga mendapat perhatian besar dari pihak ahli pikir. Idealisme ini terutama nampak pada murid-murid KANT dan mengadakan ge­rakan kembali kepada KANT, dan gerakan inilah yang dalam se­jarah filsafat disebut Neokantianisme.
7.      Pragmatisme
Tokohnya adalah Hans Vaihinger (1852-1933), CH. S. Peirce (1839-1914), John Dewey (1858-1952) dan William James (1842-1910).  Bagi John Dewey tak adalah sesuatu yang tetap.  Pengaruhnya tidak hanya di Amerika, melainkan meluap juga ke Eropa (Ferdinand schiller (1864-1937) dan Georges santayana (lahir 1863).
8.      Realisme Kritis
Muncul sebagai reaksi terhadap interpretasi Kant yang mengingkari Ding an sich, serta realitas dijadikan ciptaan budi (subyek) semata-mata.  Tokoh-tokohnya adalah Wundt, Kulpe dan E. Von Hartmann.  Bukti-bukti adanya realitas yang objektif ini adalah:
1.      Apa-apa yang terdapat pada pengalaman dalam dan luar itu memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti causal).
2.      Pengalaman yang tidak kita kehendaki sendiri (jadi bukan fantasi) tak mungkin, jika tak ada hal-hal di luar kita (bukti substrat).
3.      Adanyaa hal-hal sebelum ada pengalaman dan terus adanya sesudah pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak tergantung dari pengalaman (bukti continuitas).  Begitu menurut Kulpe haruslah ada realitas yang obyektif.
9.      Neohegealianisme
Pada pertengahan abad ke 19 hegelianisme amat mundur di Eropa.  Dalam pada itu mereka menyatakan, bahwa Hegel merupakan penyempurnaan. 
10.  Filsafat hidup
Timbul sebagai reaksi dari idealisme dan positivisme.  Di Perancis diwakili oleh Bergson dan di Jerman diwakili oleh Dilthey.  Henry Bergson lahir dari keturunan yahudi dengan percampuran darah Polandia dan Irlandia dilahirkan di Paris pada tahun 1859 dan meninggal dunia di Paris pada tahun 1941.  Tokoh yang lain adalah Maurice Blondel (1861-1949).
11.  Fenomenologi
Fenomenologi itu ciptaan Husserl (1859-1938).  Ia sendiri terpengaruh oleh Brentano (1838-1917).  Disamping Husserl adalah juga filsuf fenomenologi, yaitu Max Scheler (1874-1928).  Ia juga mengikuti metode Husserl tetapi yang diutamakannya ialah penyelidikan secara fenomenologis etika dan filsafat agama.  Nicolai Hartman (1882-1950) juga dapat dimasukkan dalam aliran fenomenologi.  Menurutnya ternyatalah dari analisa fenomenologis bahwa pada pengetahuan (tahu) subjek dan obyek itu berhadap-hadapan.  Obyek menentukan sifat pengetahuan
12.  Existensialisme
Tak adalah aliran filsafat yang sekarang ini menjadi buah mulut orang seperti filsafat existensi atau existensialisme. Amat sukar mengatakan apa existensialisme itu karena di da­lamnya terkandung beberapa aliran yang sungguh-sungguh ti­dak sama. Pengaruh yang mengenai aliran ini bermacam-macam juga. Dalam keterangan yang amat sederhana ini akan kami ma­jukan sifat-sifat umum bagi penganut-penganut yang dinamai orang existensialisme itu; 
1.      Orang menyungguhkan dirinya (e:visiere) dalam kesungguhan yang tertentu.
2.  Orang harus berhubungan dengan dunia.
3.      Orang merupakan kesatuan sebelum ada perpisahan antara jiwa dan badannya.
4.      Orang berhubungan dengan ada
Yang menjadi tujuannya ialah mengerti akan realitas seluruhnya: untuk menyadari apakah sebenarnya mengerti itu, maka orang harus mempunyai pengetahuan tentang manusia, yang tahu itu.  Beberapa bapa eksistensialisme adalah:
1.      Kierkegaard (1813-1855), ia bukan seorang ahli filsafat akan tetapi teolog.  Dalam buku-bukunya dipergunakan untuk pertama kalinya kata existensi dalam arti iaindari yang sudah lazim. Dalam filsafat Scholastik misalnya, kata exis­tensi ini sekali-kali tidak asing. Istilah ini dipakai untuk membe­dakan daripada essensi. Dalam tingkat macam atau species adalah existensi yang menjadi prinsip kesungguhan, adapun yang merupakan prinsip kemungkinan belaka dalam tingkatan macam itu ialah essensinya. Manusia itu manusia karena essensinya adapun ia sungguh-sungguh ada-karena existensinya. Jadi lain benarlah arti existensi Scholastik dari arti existensi dalam filsafat existensi.  Bagi KIERKEGAARD existensi berarti : kepenuhan ada dalam mana individu karena persetujuannya dan kemauannya yang merdeka, yaitu karena sikapnya terhadap manusia dan barang lain, menjadikan dirinya subyek yang kongkrit yang ada pada tiap-tiap saat. Ia berpendapat demikian, karena menurut dia kebenaran itu tidaklah terdapat pada suatu sistim yang umum melainkan ada yang kongkrit, dalam existensi yang individuil. Maka menurut KIERKEGAARD dalam existensi kita (manusia) itu ternyatalah, bahwa kita itu merasa bersalah (berdosa) terhadap Tuhan. Existensi manusia ialah berdosa ( ada yang mempunyai dosa).-Hanya kepercayaan kepada Kristus dapat menolong kita mengatasi takut dan putus asa kita yang disebabkan oleh kedosaan pada kita. Tetapi untuk kepercayaan kepada Kristus itu barulah kita berani juga bertaruh segala-galanya. Pemandangan umum dari ahli filsafat dan ahli agama ada di luar realitas kongkrit yang saya hidupi itu, jadi di luar existensi dan tak sanggup menolong saya sedikitpun jua.

2.      Martin Heidegger (lahir 1889), menerangkan dalam analisanya, bahwa existensi manusia yang disebutnya “dasein” itulah yang diangggap menjadi permulaan yang benar untuk ontologia atau pengetahua (filsafat) tentang ada.  Jalan pikiran Heidegger adalah : ada nampak pada eksistensi aku dalam anasir dasar yang tertentu, yang disebutnya existenzialen, misalnya sebagai ada  didunia. 
3.      Karl Jaspers (lahir 1883), ia lebih setia kepada Keirkegaard dalam penolakannya aturan umum apa saja, sedangkan pengertiannya tentang Tuhan tidak terang dan selalu penuh kebimbangan.  Yang dipentingkan olehnya ialah, bahwa individu itu tak dapat dicapai dan dimengerti dari yang umum, melainkan haruslah diterangi dari dirinya sendiri sebagai seorang ini dalam keadannya yang satu dan ada dalam sejarah ini.
4.      Gabriel Marcel (lahir 1889), Tulisannya yang terkenal : Journal métaphysique (1927) dan Le mystere de L'Etre (1951).  Ia menyelidiki inti Manusia.  Adapun manusia itu tidak mungkin ditunjuk dengan cara yang satu macam saja, karena sifatnya yang utama ialah: ia selalu membentuk dirinya dengan kemerdekaannya.  Itu tidak berarti bahwa manusia itu ada seorang diri saja, melainkan ia ada karena ada di dunia.
5.      Paul Sartre (lahir 1905), Bukunya yang terkenal L 'etre et le neant (1943). Jika diadakan penyelidikan secara fenomenologis maka nyatalah demikian SARTRE, bahwa ada itu terdiri atas dua, yaitu ada-pada-sendirinya, (l'etre-en-soi) dan ada bagi sendirinya (l'etre-pour soi). Ada pada sendirinya ini ialah ada pada hal-hal jasmani. Ada ini tak mempunyai penentuan lebih lanjut. Adapun ada- bagi sendirinya ini ialah kesadaran. Kesadaran ini mempunyai sifat intensionalitas; ia selalu terarahkan kepada yang lain. Kesadaran itu sama saja dengan terarahkan kepada yang lain itu.  Dalam pada itu ia sadar (tahu) bahwa ia itu bukan yang lain itu. Kesadaran yang demikian itu disebut SARTRE peniadaan (nean- tisation).  Di luar peniadaan itu hanya nihil; ibulah ada yang menimbulkan nihil di dunia.

13.  Neotomisme
Aliran katolik? Ada yang mengatakan, bahwa tomisme itu filsafat resmi Gereja Katolik, yang diharuskan bagi semua penganut agama Katolik itu. Itu tidak benar. Bagi pendidikan pegawai-pegawai Gereja Katolik dulu be­nar tomisme itu diharuskan. Gereja Katolik menganjurkan menyelidiki tomisme, tetapi sekali-kali tidak mengharuskannya bagi ahli pikir Katolik. Maka dari itu tidak sedikit juga orang Katolik yang tidak menganut tomisme. Sebaliknya ada juga yang bukan Katolik tetapi menganut tomisme, misalnya MORTIMER ADLER dan EL. MASCALL dan AUSTIN FARRER.  Pengaruh tomisme terhadap aliran-aliran lain memang tidak sedikit. Timbulnya metafisika, etika dan ontologia sebenarnya karena pengaruh tomisme. Banyak juga tokoh tomisme yang sekarang ini berhubungan dengan lingkungan di luar tomisme.  Sekarang ini masih ada banyak sekali penganut tomisme. Aliran ini ada juga disebut scholastik. Menurut istilah jaman sekarang aliran ini disebut juga neotomisme. Dalam pada itu ada tiga jurusan atau tiga cabang dalam kesatuannya :
1.      Aliran pertama menganggap, bahwa ajaran THOMAS su­dahlah sempurna, sehingga tomisme hanya mempunyai tugas menerangkan ajaran THOMAS itu. Keterangan-keterangannya haruslah sesuai dengan jamannya (modern). Seorang tokoh dari aliran ini ialah R. GARRIGOU—LAGRANGE (lahir 1877).
2.      Cabang kedua mengatakan, bahwa hasil pikiran THOMAS dalam ontologi sudahlah sempurna dan tidak dapat diubah lagi. Akan tetapi pada masa ini ada beberapa soal yang pada masa THOMAS belum dipersoalkan. Sehingga neotomisme menyeli­diki soal-soal itu atas dasar tomisme.  Tokoh yang amat terkenal dalam hal ini Jaques Maritain (lahir 1882).
3.      Cabang yang terbesar ialah cabang yang ketiga, yang mengatkan bahwa filsafat Thomas dalam garis besarnya memang harus diikuti, serta filsafat itu memang amat berguna serta subur bagi dewasa ini, tetapi tidaklah filsafat Thomas itu sudah sempurna serta sudah mencapai jawab atas segala pertanyaan.



Bibliografy: Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat (Jakarta: Pustaka Sarjana, PT Pembangunan, 1980.


No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.