Sejarah Filsafat dari masa Yunani hingga masa kini.
#Filsafat Yunani
I.
Masa sebelum Sokrates
Dalam
sejarah filsafat biasanya filsafat Yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah
filsafat Barat. Alasannya adalah karena
dunia barat (Eropa barat) dalaam alam pikirannya berpangkal kepada pikiran
Yunani. Pada masa itu ada
keterangan-keterangan tentang terjadnya alam semesta serta dengan penghuninya,
akan tetapi ini berdasarkan kepercayaan.
Ahli-ahli pikir tidak puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari
keterangan melalui budinya. Mereka
menanyakan dan mencari jawabnya: apakah sebetulnya alam itu?, apakah inti
sarinya?. Mereka yang mencari ini
disebut Filsuf Alam, diantaranya adalah:
1.
Thales (624-548), berpendapat bahwa dasar
pertama atau intisari alam ialah air.
2.
Anaximandros, mengatakan bahwa dasar
pertama itu ialah zat yang tak tentu sifat-sifaatnya, yang dinamainya to apeiron. Pada tahun 590-528, mengatakan bahwa intisari
alam atau dasarnya pertama ialah udara, karena udaralah yang meliputi seluruh
alam serta udara pula yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat
diperlukan oleh nafasnya.
3.
Pitagoras(- 532) berpendapat bahwa segala
sesuatu ialah bilangan, sehingga orang yang tahu dan mengerti betul akan
bilangan, tahu jugalah ia akan segalaa sesuatunya.
4.
Herakleitos (535-475) mengalami bahwa di
dunia segala sesuatu berubah. Tak adalah
sesuatu yang tetap, dikatakannya semuanya dalaam keadaan menjadi. Ia menyimpulkan bahwa yang menjadi sebab atau
keterangan yang sedalam-dalamnya itu ialah gerak, perubahan atau menjadi itu. Ia sangat mengutamakan kemampuan indra dan
mengingkari kemampuan budi. Apa yang tak
tersentuh oleh indra itu tidak benar, oleh karena itu budi tak mungkin mencapai
kebenaran.
5.
Parmenides (540-475) sebagai kebalikan
filsafat Herakleitos. Ia dilahirkan di
Elea, maka itu penganut-penganutnya disebut kaum Elea. Parmenides mengakui adannya pengetahuan yang
bersifat tidak tetap dan berubah-ubah itu, serta pengetahuan mengenai yang
tetap, pengetahuan indra dan pengetahuan budi.
Ia mengatakan pengetahuan ada dua yaitu pengetahuan sebenarnya dan pengetahuan
semu. Pengetahuan semu itu keliru. Parmenides mengingkari gerak, perubahan atau
menjadi. Filsafatnya disebut filsafat
ada.
6.
Kaum Elea, mereka hanya mengikuti pendapat
Parmenides.
1.
Zeno dan Melissos
2.
Empledoks (490-435). Mengatakan bahwa air, udara, api dan tanah
merupakan unsur terakhir dari segala sesuatu.
Menurutnya pengetahuan tidak lain daripada proses penggabungan: karena
tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air, kita tahu
akan air.
3.
Anaxagoras (499-428), filsuf ini mengikuti
Empodkles tentang teorinya dalam penggabungan dan perpisahan, hanya saja
unsurnya bukan empat, melainkan amat banyak dan berjenis-jenis sifatnya.
4.
Demokritos (460-370), teori bagian bagian
kecil seperti pendapat Anaxagoras diajarkan juga, tetapi Demokritos menyebutnya
atomos yang berarti tidak daapaat
dibagi.
II.
Masa Sokrates
Perkembangan
filsafat di Yunani amat pesat jalannya dan besar minat orang terhadap filsafat
itu. Istilah cinta kepada kebijaksanaan
ini menjadi kata-sehari-hari. Banyak
orang yang mengikuti pelajaran dan ahli pikir atau pecinta kebijaksanaan
itu. Mereka berfilsafat tujuannya adalah
semata-mata demi kebenaran. Diantaranya
adalah:
1.
Sofisme.
Berhubung dengan minat orang terhadap filsafat, timbullah sifat baru
. timbul orang-orang yang menamai
dirinya bijaksana. Sofoi (bijaksana) artinya mereka sudah memiliki kebijaksanaan,
mereka tidak berusaha mencari kebijaksanaan.
Aliran ini berguna juga bagi ilmu dan filsafat, karena orang-orang lalu
mencari akal untuk dapat berbicara dengan baik, mengadakan aturan-aturan
bagaimana seharusnya berbicara untuk mencapai kemenangan. Contohnya adalah (Gorgias, 480-380).
2.
Masa Antropologis, dalam masa ini tidak
diakui ada norma yang umum bagi semua orang; jika subjek merasa baik, itulah
yang baik, sedangkan yang dianggapnya buruk, itulah yang buruk. Normal adalah subjektif.
3.
Sokrates, ia dilahirkan di Athena (469),
bapaknya seorang juru pahat dan ibunya seorang bidan. Istrinya bernama Xantippe. Sokrates amat cerdas pikirannya dan berpendidikan
tinggi: seorang peramah yang memberikan ajarannya kepada pemuda-pemuda
dikotanya dengan bertanya-jawab (dialogue).
Sokrates dijatuhi hukuman mati: harus minum racun pada tahun 399. Ajaran Sokrates dipusatkan kepada
manusia. Ia mencari pengetahuan yang
murni dan sebenarnya: pengetahuan sejati.
Menurut Sokrates barang siapa mempunyai pengertian dan pengetahuan yang
baik, tentulah berlaku baik. Ia amat
mengutamakan pengajaran tidak mengutamkan pendidikan.
III.
Masa Sesudah Sokrates
Plato
Ia dilahirkan pada tahun 472 dari keluarga bangsawan
dan kemudian mengikuti ajaran Sokrates dengan taat. Karyanya adalah buku Pembelaan Sokrates, Gorgias, Meno, Symposion, Politica, Sophites, Hukum.
Ia meninggal pada tahun 347. PLATO mencoba mencari penyelesaian dalam soal
lama, yaitu tentang pertanyaan : hanya terdapat yang berubah-ubah (HERAKLEITOS)
atau yang tetapkah (PARMENIDES)? Manakah yang benar, pengetahuan indra ataukah
pengetahuan budi? Yang berubah itu
dikenal dengan pengalaman, adapun yang tetap, kita kenal dengan budi kita. Yang berubah itu realitas dunia pengalaman ini. Menurut Plato ada dua dunia, yaitu dunia idea
dan duni bayang-bayang. Jadi
bermacam-macam di dunia ini diakui Plato, tidak sepenuhnya, permacaman tidaklah
merupakan realitas yang sebenarnya, yang merupakan realitas sebenarnya
ialah idea. Menurut Plato yang primer ialah idea. Jadi menurut PLATO mencapai pengertian (idea)
di dunia pengalaman ini tidak lain daripada ingat. Dengan demikian di dalam etikanya Plato jadi
orang dapat mempunyai idea-idea itulah yang bijaksana, la takkan selalu
terlibat oleh hal-hal yang kebetulan, yang berubah-ubah dan bermacam-macam,
melainkan ia akan mempunyai pendapat dan pendirian yang tetap. Itu pulalah
sebabnya maka menurut PLATO hanya para bijaksana saja yang dapat dan patut
menjadi pengemudi negara. Adapun dunia idcalah vang
terutama bagi PLATO, karena idea itu adanya lebih dulu daripada dunia
pengalaman dan menjadi
"contoh" dari dunia pengalaman. Hal ini diterima oleh
PLATO, karena menurut dia, jika manusia sekarang ini membuat sesuatu, adalah
modelnya (contohnya) lebih dulu dalam manusia itu sendiri, jadi pekerjaannya itu
mencontoh hal yang sudah
ada. PLATO berpangkal dari
yang umum (idea) untuk
sampai kepada yang khusus (bermacam-macam). Itulah sebabnya maka
aliran PLATO disebut idealisme. Dan
oleh sebab idea itu merupakan realitas, maka idealisme PLATO itu
disebut orang pula idealisme realistis.
Aristoteles
ARISTOTELES dilahirkan di
Stagira pada tahun 384. Untuk menyelesaikan pendidikannya pergilah ia ke Atena
dan tinggal di situ selama 20 tahun sebagai murid PLATO. Sepeninggal PLATO ia
mendirikan sekolah di Assus tetapi kemudian terpaksa meninggalkan kota ini
serta kembali ke Atena. Pada tahun 342 ia dipanggil oleh FILIPOS, raja Macedonia
untuk mengajar anaknya,
yaitu Alexander. Waktu Alexander
pada tahun 336 berangkat ke
Medan perang, kembalilah Aristoteles ke Atena. Ketika ada huru-hara di Atena
sesudah Alexander meninggal,
ia meninggalkan Atena karena didakwa sebagai orang yang tak percaya kepada
dewa. Tahun 322 meninggallah ia di Euboea.
Karya Aristoteles di bagi menjadi empat adalah Logika, Fisika,
Metafisika, dan pengetahuan praktis.
Logika biasanya disebut organon (alat) membentangkan tentang :
pengertian, putusan, sillogismus, bukti dan lain-lain. Fisika adalah tentang alam, langit, bintang
dan hewan, jiwa dan lain-lain. buku-buku
yang terutama tentang filsafat. Pada waktu itu ditempatkan di belakang
buku-buku fisika, kemudian kata metaphyska berarti filsafat. Ethica Eudemia,
Ethica Nichomachea kedua-duanya tentang tingkah-
laku. Republics
Atheniensium (tata- negara Atena). Rhetorica (tentang berceramah dan berpidato) dan
Poetica.
Aliran-aliran Besar
Sesudah
ARISTOTELES tidaklah timbul lagi
ahli filsafat yang dapat disamakan dengan dia. Ini tidak berarti, bahwa orang tidak berfilsafat,
tetapi filsafat mereka itu hanya berdasarkan yang sudah-sudah dan tidak mencari
pertanggungjawaban terakhir bagi segala yang ada. Filsafat dipusatkan pada cara
hidup, sehingga orang yang bijaksana ialah orang yang mengatur hidup nya
menurut budinya. Cara mengatur hidup
inilah yang menjadi dasar tiga aliran yang terkenal pada abad*abad sesudah ARIS
TOTELES. Sesuai dengan sejarah umum masa sesudah ARfS TOTELES ini disebut jaman
Hellenisme.
Epikurisme
Nama Epikurisme
berasal dari tokoh aliran yaitu EP1KU-ROS (341-270). Filsafat EPIKUROS hanya
diarahkan pada satu tujuan, yaitu : memberi kebahagiaan kepada manusia. Jadi
yang diutamakan etika, adapun yang menjadi dasar etika ini logika dan fisikanya.
Stoa
Yang menjadi tokoh Stoa
bernama Zeno (336-264). Ia memberikan
ajarannya dalam gang antara tiang-tiang (stoa poikile), itulah sebabnya maka
aliran ini disebut stoa. Menurut Stoa
tak ada dunia lain selain daripada dunia pengalaman yang jasmani ini, hanya
dunia itu sajaalah yang sungguh-sungguh ada.
Dalam pada itu ada dua unsur: yang fasif, yaitu bahan sebenarnya dan
yang aktif, yaitu budi yang dapat meresap pada segala-galanya. Tidak ada beda antara alam dan Tuhan. Tuhan ialah alam dan sebaliknya.
Skepsis.
Yang dianggap menjadi
bapa aliran skepsis adalah Pyrrho (365-275).
Ia tidak meninggalkan warisan tertulis.
Filsafatnya tentang tingkah laku manusia berdasarkan atas logika pula. Orang banyak merasa tak berbahagia, karena ia
mengira mempunyai pengetahuan yang pasti, dan ternyatalah bahwa ia kehru. Dan
itu memang sebenarnya, karena menurut aliran ini manusia memang tidak mungkin
mencapai kepastian. Pengetahuan kita tidak boleh dipercaya!
Neoplatonisme
Yang dianggap menjadi pelopor
dari néoplatonisme
seorang yang hidup sesudah permulaan abad Masehi, jadi kenal benar akan
aliran-aliran agama yang ketika itu sudah berkembang, yaitu agama Katolik. Ia
dilahirkan pada tahun 204. Sesudah mengembara beberapa lamanya ia tinggal di
Roma dan di situlah ia mempunyai penganut amat banyak. Di Roma pula ia meninggal pada tahun
270. Filsafat PLOTINOS- demikian nama
tokoh néoplatonisme
— mendasarkan pendapatnya pada filsafat PLATO terutama dalam ajarannya
tentang idea "baik" atau kebaikan. Menurut PLATO idea "kebaikan" itu
yang tertinggi, sumber idea lain. Itulah sebabnya maka filsafat Plotinos
merupakan Platonisme.
#Filsafat Hindu
I.
Vedisme
Jika
di tanah Yunani ahli pikir mencurahkan tenaganya untuk mencapai kebenaran, ahli
filsafat Hindu berpikir untuk mencari jalan lepas dari ikatan dunittwi untuk
masuk ke dalam kebebasan yang baginya merupakan kesempurnaan. Memang orang
Hindu pun mencari kebenaran, tetapi tidaklah demi kebenaran belaka, melainkan
untuk bebas dari dtaniai Filsafat Hindu menyelidiki alam,, dicari inti
sarinya, diselami hakekatnya, dicari sebab-sebab yang sedalam-dalamnya, akan
tetapi filsafat tidaklah berhenti disitu saja, masih mmpunyai tujuan lebih
lanjut : kebebasan.
Veda.
Sudah lama sekali,
berabad-abad sebelum permulaan abad kita ini, jauh lebih lama sebelum orang
Yunani berfilsafat dan meninggalkan warisan buah pikirannya yang tertulis,
sudah adalah bahan tertulis di tanah Hindu yang memuat buah pikiran Hindu. Bahan itu tidak boleh dikatakan memuat
'filsafat tfindu^ karena di sana terdapat pula ajaran-ajaran yang boleh kita
sebut agama karena berdasarkan kepercayaan. Bahan tertulis yang dihormati benar
oleh masyarakat Hindu ini disebut Veda. Keseluruhan alam pikiran yang merupakan
filsafat dan agama itu untuk mudahnya disebut vedisme. Adapun isi Veda itu semuanya bersangkutan
dengan upacara agama, terutama korban.
Korban itu disebut brahma,
ahli korban disebut brahmana. Berhubung dengan upacara-upacara pengorbanan
ini, Veda itu digolong-golongkan menjadi empat golongan : 1. Rig-Veda inilah yang tertua dari semua
Veda, bensi pujian. 2. Sama
-Veda ; berisi nyanyian-nyanyian yang dinyanyikan oleh utgatar,
waktu orang menyediakan minuman untuk koi ban yang amat penting itu. 3. Yajur- Veda j
berisi mantra-mantra dalam bentuk prosa, biasa dipergunakan dalam pengorbanan
yang sebenarnya, dan 4 Atharva –Veda:
berisi uraian dan doa-doa yang harus dikenal para brahmana.
II.
Brahmanisme
golongan
ini amat disegani orang. Tingkatan
brahmana ini dalam masyarakat Hindu merupakan yang tertinggi. Adapun seluruh masyarakat terbagi atas empat
tingkat : kasta,
yaitu : brahmana,
ksatria, vaisya, dan sudra. Keempat tingkatan ini bukanlah
tingkatan masyarakat belaka yang ditentukan oleh bermacam-macam kedudukan,
tetapi yang menentukan tingkatan itu kelahiran, sehingga bagaimana orang
berusaha sekalipun, taklah ia dapat beralih dari satu kasta ke kasta yang lain. Brahmana memiliki tugas yang penting. Karena tugasnya yang berat dan penting ini mereka diberi didikan
seperlunya dan dalam hidupnya memang mempunyai kesempatan untuk berpikir.
Berhubung dengan didikannya adalah empat tingkatan hidup bagi brahmana, yang
disebut asrama.
1.
Waktu seorang brahmana masih belum dewasa,
kalau ia harus mencari ilmu, berguru kepada orang lain, ia disebut brahma
carin. Tugasnya mencari pengetahuan sejati, maka dari itu harus
mempelajari Veda dan mendalami seluk-beluk upacara pengorbanan.
2.
Setelah ia dianggap dalam asrama pertama
itu tammat, maka ia meningkat kebagian kedua yang disebut
grihastha. Dalam pada itu haruslah ia membentuk keluarga serta
melakukan kewajiban bapa dengan tertibnya berkorban dan mendalami Veda lebih
lanjut. Salah satu wajib yang utama : ia harus mempunyai anak laki-laki, yang
akan dapat meneruskan tugasnya menjadi pengantar korban.
3.
Maka jika sudah beranak cucu, datanglah
masa yang ketiga Vanajirastha. Pergilah ia meninggalkan
rumah dan keluarganya masuk hutan untuk bertapa.
4.
Asrama yang tertinggi menunjukkan seorang
brahmana sebagai sannyasin, artinya orang yang telah
meninggalkan se- gala sesuatunya. Baik kekayaannya, maupun tanda kastanya telah
tidak dihiraukan lagi, ia hanya bertugas untuk melakukan latihan rohani.
Ada
tiga kelompok warisan tertulis dari para brahmana yaitu:
1.
Brahmana,
2.
Arnyaka
3.
Upanishad
Beberapa
aliran
1.
Vedanta
Kata Vedanta itu sebenarnya berarti akhir dan
kesudahan Veda. Adapun Vedanta ini meneruskan dengan lurus pikiran apa yang
sudah ditempuh oleh filsuf-filsuf jaman dahulu, jaman Upanishad. Vedanta mengingkari sepenuhnya dunia indra. Dunia ini maya dan maya belaka. Supaya manusia
bebas dari maya ini, haruslah ia melakukan pekerjaan yang baik mengalahkan hawa
nafsunya, kleca
dan dengan demikian ia dapat menyiapkan dirinya untuk pengetahuan sejati atau
yang sempurna, ini tidaklah lain daripada pengetahuan atas kesatuannya dengan
brahma, keyakinan bahwa atman itu brahma. Tetapi pengetahuan ini tidak tercapai
oleh jalan pikiran, melainkan berdasarkan atas intuisi, pengetahuan langsung
yang umumnya di sebut gnosis. Oleh
karena itu jalan kebebasan ini melalui pengetahuan, maka ajaran ini disebut Janna Marga.
2.
Samkhya
Aliran
yang amat besar pengaruhnya dalam alam pikir Indonesia ialah
Samkhya. Aliran ini menerima adanya
materi, bahan. Anehnya : bahan ini bakalah adanya. Jika Vedanta dalam
pandangan-dunianya serta segala yang ada itu harus disebut monistis, karena
hanya menerima satu realitas saja, aliran Samkhya ini dapat disebut dualistis.
Menurut Samkhya ada itu terdiri dari paduan bahan (prakritri) dan
jiwa
(purusha). Purusha masuk, atau harus dikatakan terdapat dalam
prakritri dan karena paduan ini adalah alam. Bagi manusia demikian pulalah
halnya. Ada empat ikatan antara purusha
dengan prakritrinya, disebut guna. Keempat guna ini bermacam-macam
sifatnya. Yang pertama bersifat halus dan terang, kedua bersifat gerak dan pemarah,
ketiga bersifat gelap dan yang keempat bersifat berat.
3.
Yoga
Yoga
bukanlah aliran filsafat tersendiri, melainkan cara atau untuk mencapai
kebahagiaan yang sempurna. Orang yang
melakukan Yoga ini disebut Yogin. Menurut
Yoga jalan pertama yang harus ditempuh orang yang hendak mencari kebebasan
ialah : ia harus menguasai diri sendiri, ia harus
mengalahkan segala hawa nafsunya dengan hidup yang sederhana dan mumi. Setelah
itu barulah latihan Yoga yang sebenarnya dapat dimulai, maka duduklah orang
dengan sikap yang baik dan tertentukan; diaturnya jalan nafasnya dengan
ketertiban yang mengagumkan. Setelah latihan nafas ini berikutlah latihan indra
kelima : semua indra ditutup dan dilakukan pemusatan renungan kepada buku suci.
Pemusatan renungan, ini disebut dhyana. Jika
ia sudah melewati dhyana ini maka akan sampailah ia kepada sarnmihi, yaitu masuk dan bersatu dengan yang
tertinggi (brahma).
III.
Budisme
Pusat aliran ini
didasarkan atas keyakinan bahwa segala sesuatunya yang ada di dunia ini
terliput! oleh sengsara. Adapun sengsara itu mempunyai satu sebab, yaitu cinta
(dalam arti sebenarnya dan seluas luasnya, dari "ingin" sampai
"berusaha mencapai") yang disebut trisna. Trisna ini
akibat kekeliruan atau ketidak-tahuan (avidya). Sebab itu, jika kita hendak
bebas, haruslah kita membelakang ketidak-tahuan itu serta menghadap
pengetahuan. Jalan ke arah kebebasan selalu melalui pengetahuan, melalui
kebenaran. Adapun yang harus diketahui
ini ialah sikap empat ajaran SANG BUDA. Buda artinya : yang telah mencapai bodhi,
yaitu penerangan dan yang dimaksudkan ialah : guru yang mempunyai seluruh
penerangan, mempunyai seluruh kebenaran; kebenaran dan pengetahuan yang
sejati. Jika orang sudah mempunyai
pengetahuan dan kebenaran yang sejati ini, maka dapatlah ia mempunyai sikap
yang baik, sila terhadap segala sesuatu. Sila yang pertama dan utama sebagai dasar
ialah yang disebut ahimsa, kehalusan. Orang tidak
mempergunakan kekerasan dan kekuatan atau perkosaan, baik dalam tindakan maupun
dalam percakapan.
#Filsafat Eropa
I.
Abad Permulaan
Oleh karena agama itu
meliputi keseluruhan manusia dan dapat difahami pula,bahwa bagi orang yang
beragama, agama itu sesuatu yang amat utama, dapat juga di pahami, bahwa dalam
kalangan orang-orang di Eropa yang menganut agama baru ini dalam alam pikiran
mereka ada unsur baru pula. Adapun unsur ini ialah unsur firman Tuhan atau
wahyu. Dalam filsafat Yunani orang memang sengaja, hendak mencari kebijaksanaan
melalui budi belaka, serta bagi orang orang Katolik itu, orang Yunmi termkah tidak berfilsafat menurut atau berdasarkan wahyu, karena mereka
tak kenal akan wahyu sejati, sebab ketika itu
wahyu Injil memang belum diturunkan.
Walaupun demikian haruslah diakui, bahwa filsafat Yunani memang menghasilkan. suatu pandangan hidup
atau pandangan dunia. Dalam masa ini ada
dua aliran yang muncul yaitu, 1. ada yang menolak filsafat Yunani dan 2) ada
pula yang dapat menerima filsafat Yunani itu sebagai kebijaksanaan manusia.
Patristik
Aliran
dalam abad permulaan di Eropa ini disebut dalam sejarah: “patristik”
Dua
orang tokoh dari abad permulaan yang dipandang sebagai wakil dari aliran
patristik ialah:
1.
Tertulianus
la
dilahirkan di kaitago dan kemudian memeluk agama Kristen di Roma.
Menurut dia filsafat (Yunani) telah dtganti oleh wahyu, ke benaran dan
kebijaksanaan itu hanya teidapat dalam Kitab Suci. Sebaliknya TERTULIANUS toh
tidak mengingkari daya budi sama sekali. Budi dapat juga mencapai kebenaran Menurut
dia budi misalnya dapat mengetahui adanya Tuhan serta jiwa yang
tak kena mati. Pendapatnya tentang kerohanian tidak terlalu te rang, ia
terpengaruhi oleh pendapat stoa yang materialistis.
2.
Agustinus.
Ajaran AGUSTINUS (354-430) lebih memperlihatkan sistim
yang merupakan keseluruhan. Waktu mudanya ia menyelami filsafat yang
bermacam-macam coraknya. Dalam agama pun ia mengenal beraneka aliran. Baru ketika ia berumur 33 tahun menjadi Katolik. Buku-buku yang ditulisnya tidaklah
semata-mata memuat filsafat, tetapi terutama merupakan penerangan agama. Dalam
pada itu nampak juga pendapat filsafatnya.
Buku yang ditulisnya antara lain adalah:
1.
Logika
Dalam logikanya AGUSTINUS
memerangi skepsis. Skepsis itu, menurut pendapatnya, mengandung pertentangan,
mengandung kemustahilan. Skepsis menganjurkan segala keragu-raguan tentang
segala- galanya. Tetapi barangsiapa ragu-ragu, walaupun katanya tentang segala
sesuatu, tentulah ia tak ragu-ragu tentang keragu- raguannya. Lain daripada itu
siapa berpikir, tentulah ia ada. Jadi ada kepastian padanya (dalam skepsis itu
sendiri), yaitu kepastian tentang ragu-ragu dan tentang ada. Realitas itu haruslah rohani dan merupakan
pesona, sumber segala hidup dan berpikir.
Realitas itu ialah Tuhan sendiri.
2.
Antropologi dan Etika
Apakah manusia itu?
Pertanyaan ini dijawab oleh AGUSTINUS demikian: menurut badannya manusia itu
termasuk alam jasmani, tetapi karena jiwanya ia termasuk rohani. Oleh karena ia
jasmani, terikatlah ia , harus mengalami perubahan., sengsara dan terlibat
dalam waktu. Kejahatan atau dosa itu
terletak pada kehendak yang bebas itu. Jika kehendak itu memilih yang jasmani
serta dengan demikian memustahilkan jalannya kepada Tuhan, maka berdosalah ia.
Jadi dosa atau jahat itu berdasarkan atas ketiadaan yang baik.' Demikianlah pendapat AGUSTINUS.
II.
Abad Pertengahan
Pada tahun 529
Sekolah-sekolah filsafat pertengahan. di Atena yang resmi mengajarkan
aliran Yunani kuno ditutup oleh kaisar JUSTIN!ANUS. Sejak itu harus
dikatakan bahwa dengan resmi tertutuplah sumber Yunani yang mengalirkan
filsafat. Sebelum penutupan resmi ini sebenarnya sudah tidak ada filsuf yang kenamaan.
Jadi baik resmi maupun tidak resmi boleh dikatakan sudah habislah jaman filsafat
Yunani.
Scholastik
Pembesar-pembesar gereja
mendirikan sekolah-sekolah itu, pun raja-raja tidak mau ketinggalan. Yang
diajarkan pada sekolah itu masih berdasarkan yang lama, bahkan mata
pelajarannya pun masih merupakan yang lama, yang disebut artes liberales (seni
merdeka). Artes ini dulu memang menjadi mata pelajaran di
Yunani dan Roma. Adalah tujuh macam artes : grammatica, dialéctica, rhetorica, geometría, aritmatica, astronomía, música. Dealectica itu nama
bagian filsafat yang ketika itu terutama menyelidiki isi budi dan bahan serta
hukum-hukumnya, jadi yang sekarang juga disebut orang logika : dialéctica ini
meliputi seluruh filsafat. Dengan demikian pada sekolah-sekolah tersebut di
atas berkembang aliran filsafat yang lain dari yang dulu. Adapun aliran
filsafat yang baru itu disebut scholastik
Puncak Scholastik
Tomisme
Thomas
adalah ahli pikir abad ke 13, dilahirkan dekat kota Aquino, pada tahun
1225. Sebab itu biasa juga ia disebut
Thomas Aquinas. Masa mudanya ia menjadi
murid Albertus di Paris. Kemudian ia
mengikuti jejak gurunya yang menjadi pembesar Ordonya di Jerman dan
sekembalinya di Paris ia mengajar di perguruan tinggi. Tidak hanya di Paris saja ia mengajar,
melainkan di kota-kota lainnya. Menurut
Thomas Tuhan menciptakan segala sesuatunya itu tanpa mempergunakan bahan. Oleh karena Tuhan itu maha baik, kebaikan
yang sempurna, maka segala sesuatunya yang ikut serta dengan Dia itupun baik
juga, karena mengikuti kebaikan Tuhan.
Sebab itu tak adalah dalam dunia unsur jahat dan unsur baik.
III.
Filsafat Modren
Rasionalisme
Orang yang amat besar
pengaruhnya dalam abad-abad sesudah hidupnya ialah seorang Prancis bernama
DESCARTES (CARTESIUS), dilahirkan pada tahun 1596. Ia menerima didikan
scholastik, tetapi tak puaslah ia akan ajarannya dan metodosnya. Ia mengembara
ke Nederland kemudian ke Swedia dan pada tahun 1650 meninggallah ia di sana.
Tulisan yang ditinggalkan amat banyak, yang amat mashur ialah Descour
de la me- thode
(1637), Meditationes de prima philosophia (1641), Ttaite des passions
(1649). Sesudah meninggal dunia ;
Regula ad direc- tionem ingenijf.
Empirisme
Sementara itu ilmu terus
maju, hasil penyelidikannya dapat menolong umat manusia, kemajuan dianggap
orang tak berhingga. Anggapan orang terhadap filsafat amat berkurang, sebab dianggap sesuatu yang tak berguna
untuk hidup. Ternyata dalam ilmu, pengetahuan yang berguna, pasti dan benar itu diperoleh orang
melalui indranya. Empirilah yang memegang peranan amat penting bagi
pengetahuan, malahan barangkah satu-satunya dasar serta sumber pengetahuan.
Filsafat yang muncul dari pendapat
di atas itu disebut empirisme. Para pendewa pengalaman ini sebetulnya tidak mau berfilsafat,
akan tetapi ada juga yang
berfilsafat serta mengadakan sistim. Di bawah ini beberapa tokohnya yaitu:
1.
Francis Bacon, Dari mudanya B A C O N
(1210-1292),sudah mempunyai minat terhadap filsafat. Akan tetapi waktu dewasa
ia menjabat pangkat-pangkat yang tinggi di kerajaan Inggris. Kemudian malahan
diangkat dalam golongan bangsawan. Setelah ia terpaksa berhenti dari jabatannya
yang tinggi, barulah ia mulai menuliskan filsafatnya.
2.
Thomas Hobbes (1588-1679), anak seorang
pendeta, minatnya dari semula terarahkan kepada kesusasteraan dan filsafat.
Terutama ia mengikuti nominal isme. Bukanlah yang abstrak dan umum yang
sungguh-sungguh ada. Pengertian umum itu hanya nama belaka, yang sesungguhnya
ada ialah hal sendiri. Adapun hal ini hanya tercapai pengenalannya dengan
persentuhan indra. Hanya kalau dapat disentuh dengan indra itulah su- atu
tanda kebenaran dan kesungguhannya. Pengetahuan kita tak mengatasi pengindraan
: dengan kata lain, pengetahuan yang benar hanyalah pengetahuan indra saja,
lain tidak. Ada yang menyebut HOBBES itu, menganut sensualisme, karena ia amat
mengutamakan sensus (indra) dalam pengetahuan Itu benar juga. Tetapi dalam
hubungan ini tentulah ia dapat dianggap salah satu dari penganut empirisme,
yang mengatakan bahwa persentuhan dengan indra (empiri) itulah yang menjadi
pangkal dan sumber pengetahuan.
3.
John Locke (1632-1704), Anak seorang ahli
hukum. Walaupun sebenarnya suka akan teologi dan filsafat, akan tetapi karena
keadaan ketika itu menyulitkannya, ia belajar untuk dokter serta penyelidikan
kimia. LOCKE hendak
menyelidiki kemampuan pengetahuan manusia sampai ke manakah ia dapat mencapai
kebenaran dan bagaimanakah mencapainya itu. Dalam pada itu ia menerima seperti
DESCARTES dualisme
: Substansi yang berpikir dan yang berkeluasan : dunia jiwa dan dunia bahan.Ia
mempergunakan istilah sensation dan reflection. Reflection itu pengenalan intuitif
serta memberi pengetahuan kepada manusia lebih baik, lebih penuh daripada sensation. Sensation merupakan sesuatu
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar, tetapi tak dapat meraihnya dan tak
dapat mengerti sesungguhnya. Tetapi tanpa sensation manusia tak dapat juga
suatu pengetahuan. Tiap-tiap pengetahuan itu terjadi dari kerjasama antara sensation dan reflection. Tetapi haruslah ia mulai
dengan sensation, sebab
jiwa manusia itu waktu dilahirkan merupakan yang bersih tabula rasa, tak ada bekal dari siapa
pun yang merupakan ideae innatae. Demikian dalam hal ini ia bertentangan dengan
DESCARTES.
4.
David Hume (1711-1776), menjadi terkenal
oleh bukunya yang disebutnya, An Enquiry concerning Human Understanding. Waktu mudanya ia juga berpolitik
tetapi tak terlalu mendapat sukses. Dalam filsafatnya ia merupakan empiris yang
konsekwen. Ia menganalisa pengertian Substansi. Seluruh pengetahuan itu tak
lain dari jumlah pengalaman kita. Dalam budi kita tak ada suatu idea yang tidak sesuai dengan impression yang disebabkan
"hal" di luar kita. Apa saja yang merupakan pengetahuan itu hanya
disebabkan oleh pengalaman. "Halnya sendiri tak dapat kita kenal, kita
hanya mendapat impression itu.
Adapun yang bersentuhan dengan indra kita itu sifat-sifat atau gejala-gejala
dari hal tersebut. Yang menyebabkan kita mempunyai pengertian sesuatu yang
tetap — Substansi — itu tidak lain dari perulangan pengalaman yang demikian
acapkalinya, sehingga kita menganggap mempunyai pengertian tentang suatu hal,
tetapi sebetulnya tak adalah itu. Substansi itu hanya anggapan, khayal,
sebenarnya tak ada!
Kriticisme
Pada
rasionalisme dan emperisme ada pertentangan yang jelas antara budi dan
pengalaman, manakah yang sebenarnya sumber pengetahuan, manakah pengetahuan
yang benar? Salah satu tokohnya adalah Immanuel Kant (1724-1804).
IV.
Filsafat Dewasa Ini
Pengaruh KANT bukan main
besarnya dalam alam pikiran terutama di Jerman. Masih semasa dengan KANT ada beberapa muridnya
yang melanjutkan sistim KANT ini dengan metode dan pendapatnya sendiri. Timbul
di Jerman bermacam-macam sistim yang di Eropa pengaruhnya boleh dikatakan sampai
dewasa ini.
1.
Idelisme
KANT dalam sistimnya
memberi keterangan tentang kemampuan budi mencapai pengetahuan : ia mengatakan
sampai di mana kemampuan budi itu.
Dengan terang dikatakannya, bahwa dengan budi murni orang tak mungkin
mengenal yang di luar pengalaman, karena pengetahuan budi itu selalu mulai
dengan pengalaman; metafisika murni tak mungkin!
2.
Tradisionalisme
Perkembangan filsafat di
Perancis agak berlainan. Di sana orang mengalami revolusi yang amat hebat.
Apa-apa yang dahulu dianggap suci dan baik ditumbangkan dan timbullah pengingkaran
atas wahyu dan agama. Ada beberapa orang yang menga takan sebagai reaksi, bahwa kegoncangan dalam kesuslaan dan
kepercayaan ini karena orang meridewa-dewakan budi auu rasio.
Maka dan itu haruslah orang kembali
serta percaya sepentifi nya pada
yang sudah-sudah atau tradisi. Tradisi
itulah yang harus menjadi pegangan dan itu saja yang dapat
memberikan kepastian
kepada pikiran; Tokoh tokoh tradisionalisme : L. DEBONALD
(1754 - 1840) dan F. DE LAMENNAlS (1782 - 1854).
3.
Positivisme.
Sementara itu
timbullah di Perancis juga aliran yang disebut orang positivisme, yang ditokohi
oleh A COMTE (1798— 1857). Menurut dia supaya ada masyarakat baru yang teratur,
haruslah lebih dulu diperbaiki jiwa atau budi. Adapun bud: itu menurut COMTE
mengalami tiga tingkatan, dan tingkatan itu terdapat juga pada hidup tiap-tiap
manusia, pun pada sejarah ilmu semua. Tingkat pertama ialah tingkat teologi,
yang menerangkan se- gala-galanya dengan pengaruh dan sebab-sebab yang melebihi
kodrat; tingkat kedua ialah tingkat metafisika yang hendak menerangkan segala
sesuatunya melalui abstraksi; tingkatan yang ketiga ialah tingkatan positif
yang hanya menghiraiikan vant sungguh-sungguh serta sebab-akibat yang sudah
tertentukan. Masa sekarang ini (masa
COMTE) haruslah mengabadikan ilmu yang disebutnya positif. Di samping
matematika fisika dan biologia dalam ilmu kemasyarakatan pun semangat positif
ini harus dimasukkan. Apa-apa yang tidak positif itu tidak dapat kita alami
dan dalam pada itu baiklah orang mengatakan, bahwa ia tidak tahu saja. Dalam ilmu-ilmu lain seperti ilmu jiwa,
sejarah politik dan ke- susasteraan positivisme ini dijadikan dasar juga,
lebih-lebih oleh H.TAINE (1828-1893). Dalam sosiologi yang mendasarkan asasnya
atas positivisme ialah Emille Durkheim (1858-1917).
4.
Evolusionisme
Seorang
yang dalam ilmu amat banyak pengaruhnya hingga sekarang ialah ahli Biologi
Darwin (1809-1882). Ia memajukan dan
mempertahankan teori perkembangan untuk segala sesuatu, baik juga kepada
manusia. Tetapi Darwin tidak
berfilsafat, tetapi Herbert Spencerlah (1820-1903) yang berfilsafat berdasrkan
evolusionosme. Bukunya yang terkenal: System of synthetik philosophy.
Bukan ada, demikian
uraiannya, yang dapat dikenal, melainkan menjadi. Ilmu merupakan sebagaian dari pengetahuan menjadi itu, sedangkan filsafat
merupakan keseluruhannya.
5.
Materialisme
Tokohnya
di Perancis dipelopori oleh Lamettrie (1709-1751), sementara di Jerman ditokohi
oleh Feuerbach, Vogt dan Buchner serta Molenschott. Begi Lamettrie manusia itu tidak lain
daripada mesin, begitu pula halnya dengan binatang, sehingga tak ada bedanya
manusia dan binatang. Ia mengingkari
prinsip hidup pada umumnya. Ia mencoba
membuktikan, bahwa bahan tanpa jiwa mungkin hidup (bergerak), sedangkan jiwa
tanpa bahan (badan) tak mungkin ada.
6.
Neokantianisme
Walaupun
di atas dikatakan seakan-akan hanya materialisme saja yang meraja lela, tetapi
akan kelirulah orang, jika ia mengira, bahwa disampingnya tak ada aliran lain
yang besar juga pengaruhnya. Kebalikan dari materialisme, yaitu idealisme juga
mendapat perhatian besar dari pihak ahli pikir. Idealisme ini terutama nampak
pada murid-murid KANT dan mengadakan gerakan kembali kepada KANT, dan gerakan
inilah yang dalam sejarah filsafat disebut Neokantianisme.
7.
Pragmatisme
Tokohnya
adalah Hans Vaihinger (1852-1933), CH. S. Peirce (1839-1914), John Dewey
(1858-1952) dan William James (1842-1910). Bagi John Dewey tak adalah sesuatu yang
tetap. Pengaruhnya tidak hanya di
Amerika, melainkan meluap juga ke Eropa (Ferdinand schiller (1864-1937) dan
Georges santayana (lahir 1863).
8.
Realisme Kritis
Muncul
sebagai reaksi terhadap interpretasi Kant yang mengingkari Ding an sich, serta
realitas dijadikan ciptaan budi (subyek) semata-mata. Tokoh-tokohnya adalah Wundt, Kulpe dan E. Von
Hartmann. Bukti-bukti adanya realitas
yang objektif ini adalah:
1.
Apa-apa yang terdapat pada pengalaman
dalam dan luar itu memberikan sebab yang harus berupa realitas (bukti causal).
2.
Pengalaman yang tidak kita kehendaki
sendiri (jadi bukan fantasi) tak mungkin, jika tak ada hal-hal di luar kita
(bukti substrat).
3.
Adanyaa hal-hal sebelum ada pengalaman dan
terus adanya sesudah pengalaman itu mengharuskan adanya hal-hal itu tidak
tergantung dari pengalaman (bukti continuitas).
Begitu menurut Kulpe haruslah ada realitas yang obyektif.
9.
Neohegealianisme
Pada
pertengahan abad ke 19 hegelianisme amat mundur di Eropa. Dalam pada itu mereka menyatakan, bahwa Hegel
merupakan penyempurnaan.
10. Filsafat
hidup
Timbul
sebagai reaksi dari idealisme dan positivisme.
Di Perancis diwakili oleh Bergson dan di Jerman diwakili oleh
Dilthey. Henry Bergson lahir dari
keturunan yahudi dengan percampuran darah Polandia dan Irlandia dilahirkan di Paris
pada tahun 1859 dan meninggal dunia di Paris pada tahun 1941. Tokoh yang lain adalah Maurice Blondel
(1861-1949).
11. Fenomenologi
Fenomenologi
itu ciptaan Husserl (1859-1938). Ia
sendiri terpengaruh oleh Brentano (1838-1917).
Disamping Husserl adalah juga filsuf fenomenologi, yaitu Max Scheler
(1874-1928). Ia juga mengikuti metode
Husserl tetapi yang diutamakannya ialah penyelidikan secara fenomenologis etika
dan filsafat agama. Nicolai Hartman
(1882-1950) juga dapat dimasukkan dalam aliran fenomenologi. Menurutnya ternyatalah dari analisa
fenomenologis bahwa pada pengetahuan (tahu) subjek dan obyek itu
berhadap-hadapan. Obyek menentukan sifat
pengetahuan
12. Existensialisme
Tak adalah aliran
filsafat yang sekarang ini menjadi buah mulut orang seperti filsafat existensi
atau existensialisme. Amat sukar mengatakan apa existensialisme itu karena di
dalamnya terkandung beberapa aliran yang sungguh-sungguh tidak sama. Pengaruh
yang mengenai aliran ini bermacam-macam juga. Dalam keterangan yang amat
sederhana ini akan kami majukan sifat-sifat umum bagi penganut-penganut yang
dinamai orang existensialisme itu;
1.
Orang
menyungguhkan dirinya (e:visiere) dalam kesungguhan yang tertentu.
2. Orang harus
berhubungan dengan dunia.
3.
Orang
merupakan kesatuan sebelum ada perpisahan antara jiwa
dan badannya.
4.
Orang
berhubungan dengan ada
Yang
menjadi tujuannya ialah mengerti akan realitas seluruhnya: untuk menyadari
apakah sebenarnya mengerti itu, maka orang harus mempunyai pengetahuan tentang
manusia, yang tahu itu. Beberapa bapa
eksistensialisme adalah:
1.
Kierkegaard (1813-1855), ia bukan seorang
ahli filsafat akan tetapi teolog. Dalam
buku-bukunya dipergunakan untuk pertama kalinya kata existensi dalam
arti iaindari yang sudah lazim. Dalam filsafat Scholastik misalnya,
kata existensi
ini
sekali-kali tidak asing. Istilah ini dipakai untuk membedakan daripada
essensi. Dalam tingkat macam atau species adalah existensi yang
menjadi prinsip kesungguhan, adapun yang merupakan prinsip kemungkinan belaka
dalam tingkatan macam itu ialah essensinya. Manusia itu manusia karena
essensinya adapun ia sungguh-sungguh ada-karena existensinya. Jadi
lain benarlah arti existensi Scholastik dari arti existensi dalam
filsafat existensi. Bagi KIERKEGAARD existensi berarti
:
kepenuhan ada dalam mana individu karena persetujuannya dan
kemauannya yang merdeka, yaitu karena sikapnya terhadap manusia dan barang lain, menjadikan dirinya subyek yang
kongkrit yang ada pada tiap-tiap saat. Ia berpendapat demikian, karena menurut
dia kebenaran itu tidaklah terdapat pada suatu sistim yang umum
melainkan ada yang kongkrit, dalam existensi yang individuil. Maka menurut
KIERKEGAARD dalam existensi kita (manusia) itu ternyatalah, bahwa kita itu
merasa bersalah (berdosa) terhadap Tuhan. Existensi manusia ialah berdosa ( ada
yang mempunyai dosa).-Hanya kepercayaan kepada Kristus dapat menolong kita
mengatasi takut dan putus asa kita yang disebabkan oleh kedosaan pada kita.
Tetapi untuk kepercayaan kepada Kristus itu barulah kita berani juga bertaruh
segala-galanya. Pemandangan umum dari ahli filsafat dan ahli agama ada di luar
realitas kongkrit yang saya hidupi itu, jadi di luar existensi dan tak sanggup
menolong saya sedikitpun jua.
2.
Martin Heidegger (lahir 1889), menerangkan
dalam analisanya, bahwa existensi manusia yang disebutnya “dasein” itulah yang
diangggap menjadi permulaan yang benar untuk ontologia atau pengetahua
(filsafat) tentang ada. Jalan pikiran Heidegger adalah : ada nampak pada eksistensi aku dalam anasir dasar yang tertentu,
yang disebutnya existenzialen, misalnya
sebagai ada didunia.
3.
Karl Jaspers (lahir 1883), ia lebih setia
kepada Keirkegaard dalam penolakannya aturan umum apa saja, sedangkan
pengertiannya tentang Tuhan tidak terang dan selalu penuh kebimbangan. Yang dipentingkan olehnya ialah, bahwa
individu itu tak dapat dicapai dan dimengerti dari yang umum, melainkan
haruslah diterangi dari dirinya sendiri sebagai seorang ini dalam keadannya
yang satu dan ada dalam sejarah ini.
4.
Gabriel Marcel (lahir 1889), Tulisannya
yang terkenal : Journal métaphysique (1927) dan Le mystere de L'Etre (1951). Ia menyelidiki inti Manusia. Adapun manusia itu tidak mungkin ditunjuk
dengan cara yang satu macam saja, karena sifatnya yang utama ialah: ia selalu
membentuk dirinya dengan kemerdekaannya.
Itu tidak berarti bahwa manusia itu ada seorang diri saja, melainkan ia
ada karena ada di dunia.
5.
Paul Sartre (lahir 1905), Bukunya yang
terkenal L 'etre et le neant
(1943). Jika diadakan penyelidikan secara fenomenologis maka nyatalah demikian
SARTRE, bahwa ada itu terdiri atas dua, yaitu ada-pada-sendirinya, (l'etre-en-soi) dan ada
bagi sendirinya (l'etre-pour soi). Ada
pada sendirinya ini ialah ada pada hal-hal
jasmani. Ada ini tak mempunyai penentuan lebih lanjut. Adapun ada-
bagi sendirinya ini ialah kesadaran. Kesadaran ini mempunyai
sifat intensionalitas; ia selalu terarahkan kepada yang lain. Kesadaran
itu sama saja dengan terarahkan kepada yang lain itu. Dalam pada itu ia sadar
(tahu) bahwa ia itu bukan yang lain itu. Kesadaran yang demikian itu disebut
SARTRE peniadaan (nean- tisation). Di luar peniadaan itu hanya nihil; ibulah ada yang menimbulkan nihil di dunia.
13. Neotomisme
Aliran katolik?
Ada yang mengatakan, bahwa tomisme itu filsafat resmi Gereja Katolik, yang diharuskan bagi semua penganut agama Katolik itu. Itu tidak benar. Bagi pendidikan pegawai-pegawai
Gereja Katolik dulu benar tomisme itu diharuskan. Gereja Katolik menganjurkan
menyelidiki tomisme, tetapi sekali-kali tidak mengharuskannya bagi ahli pikir
Katolik. Maka dari itu tidak sedikit juga orang
Katolik yang tidak menganut tomisme. Sebaliknya ada juga yang bukan Katolik
tetapi menganut tomisme, misalnya MORTIMER ADLER dan EL. MASCALL dan AUSTIN
FARRER. Pengaruh tomisme terhadap
aliran-aliran lain memang tidak sedikit. Timbulnya metafisika, etika dan ontologia
sebenarnya karena pengaruh tomisme. Banyak juga tokoh tomisme yang sekarang ini
berhubungan dengan lingkungan di luar tomisme.
Sekarang ini masih ada banyak sekali penganut tomisme. Aliran ini ada
juga disebut scholastik. Menurut istilah jaman sekarang aliran ini disebut juga
neotomisme. Dalam pada itu ada tiga jurusan atau
tiga cabang dalam kesatuannya :
1.
Aliran
pertama menganggap, bahwa ajaran THOMAS sudahlah sempurna,
sehingga tomisme hanya mempunyai tugas menerangkan ajaran THOMAS itu. Keterangan-keterangannya haruslah sesuai
dengan jamannya (modern). Seorang tokoh dari aliran ini ialah R.
GARRIGOU—LAGRANGE (lahir 1877).
2.
Cabang
kedua mengatakan, bahwa hasil pikiran THOMAS dalam
ontologi sudahlah sempurna dan tidak dapat diubah lagi. Akan tetapi pada masa
ini ada beberapa soal yang pada masa THOMAS belum
dipersoalkan. Sehingga neotomisme menyelidiki soal-soal itu atas dasar tomisme. Tokoh yang amat terkenal dalam hal ini Jaques
Maritain (lahir 1882).
3.
Cabang
yang terbesar ialah cabang yang ketiga, yang mengatkan bahwa filsafat Thomas
dalam garis besarnya memang harus diikuti, serta filsafat itu memang amat
berguna serta subur bagi dewasa ini, tetapi tidaklah filsafat Thomas itu sudah
sempurna serta sudah mencapai jawab atas segala pertanyaan.
Bibliografy: Poedjawijatna, Pembimbing Ke Arah Alam Filsafat (Jakarta: Pustaka Sarjana, PT
Pembangunan, 1980.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.