Oikumenikal dan evangelical






JABATAN/PELAYANAN GEREJA (MINISTRY) MENURUT EKUMENIKAL DAN EVANGELIKAL

Pendahuluan
            Pada masa sekarang ini di dalam gereja ada banyak perbedaan yang terjadi diantara gereja yang satu dengan yang lainnya.  Salah satu dari perbedaan itu adalah di dalam system jabatan dan pelayanan gereja atau yang sering disebut dengan tata gereja.  Hal ini terjadi oleh karena perbedaan pemahaman dan juga situasi yang dimana setiap gereja itu didirikan.  Salah satu contoh perbedaan yang diakibatkan oleh pemahaman adalah antara kaum ekumenikal dengan kaum evangelical.  Kedua kubu ini memiliki perbedaan yang mencolok di dalam system ketatagerajaan yang mereka terapkan. 
Oleh karena itu makalah ini akan membahas perbedaan system tata gereja yang diterapkan oleh kaum ekumenikal dan kaum evangelical.  Di dalamnya juga akan dibahas mengenai latar belakang kedua paham ini dan mengapa mereka menggunakan system tata gereja yang berbeda.  Melalui makalah ini penulis berharap kedua perbedaan ini akan semakin jelas dan pembaca bisa belajar untuk menerapkan system tata gereja yang seperti apa yang akan lebih tepat di gunakan di dalam gereja masa kini. 
Asal-usul Gereja
Gereja ada disebabkan oleh karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya (Matius 16:18-19).  Mereka dipanggil dalam persekutuan dengan Dia, yaitu Gereja.[1]  Jadi, wujud gereja ialah pertama-tama: persekutuan dengan Kristus.  Persekutuan dengan Kristus berarti pula persekutuan dengan manusia lain (sesama).
Wujud Gereja Kristen belum cukup diartikan dengan persekutuan itu saja, namun perlu ditekankan juga pada tugas atau amanat gereja (Matius 28:19;KPR 1:8 ).[2]  Gereja lahir pada hari turunnya Roh Kudus atau yang dikenal dengan hari Pentakosta (KPR 2).[3]  Murid-murid dipenuhi dengan Roh Kudus sehingga mereka berani bersaksi tentang Kristus.  Ketika itu juga amanat Yesus Kristus lahir pula di dalam hati para murid-murid yakni untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia.  Dari hal inilah lahir gereja yang sering disebut dengan gereja mula-mula.  Gereja mula-mula ini bertumbuh sangat pesat
Organisasi Gereja Mula-mula
Pada awalnya  pimpinan gereja diamanatkan kepada rasul-rasulBukan saja saksi-saksi kebangkitan Yesus, tetapi juga utusan-utusan Injil, pengajar-pengajar, nabi-nabi.  Mereka tidak terikat kepada satu jemaat saja, mereka tidak dipilih, melainkan dengan sendirinya dihormati dan diakui kuasanya dalam jemaat karena karunia yang mereka miliki.[4]  Utusan Injil yang mengedari semua negeri, pengajar, guru-guru agama, yg menafsirkan Alkitab, spt ahli-ahli Taurat dalam agama Yahudi Nabi-nabi yang menerima karunia Roh.  Lama-kelamaan penggembalaan jemaat beralih dari golongan rasul, pengajar dan nabi, kepada kaum awam yang telah dimuridkan oleh karena murid-murid yang terus dimenangkan dan menjadi percaya kepada Kristus dan menjadi pengikut.[5]
Ada penatua-penatua (presbiter) dalam tiap-tiap jemaat  Dari antaranya dipilih orang yang diberi tugas mengamat-amati jemaat (episkopos atau uskup, artinya penilik)  Presbiteros dan episkopos ini dibantu oleh diakonos atau pelayan yang fungsinya adalah melayani orang sakit, memungut uang derma dan menjaga rumah kebaktian.
Periodisasi Gereja
Masa periode perkembangan gereja menurut De Jonge dapat dibagi menjadi tiga periode yaitu: Gereja Kuno 30-590, Gereja pada Abad Pertengahan 590-1517, Gereja pada Zaman Baru 1517-Sekarang.[6]
Gereja Kuno 30-590
Gereja muncul di tengah-tengah kebudayaan Helenisme, bentuk organisasi gereja dikembangkan dalam organisasi rumah-rumah ibadah Yahudi yang dipimpin oleh majelis atau penatua (presbyteros).[7]  Dalam perhimpunan-perhimpunan waktu itu dipimpin oleh episkop (uskup), yang dibantu oleh beberapa orang pembantu atau pelayan (diakonos)
Tata gereja yang menjadi hasil perkembangan ini diterima di seluruh gereja dan disebut dengan tata gereja episkopal.  Uskup dianggap lebih tinggi dari presbyteros, dua-duanya lebih tinggi dari diakonos.  Setiap jemaat atau gereja dipimpin oleh episkopos yang dipilih dari antara para presbyterosTugas episkopos : mengatur kehidupan jemaat, memimpin ibadah dan melayani sakramen-sakramen sementara tugas presbyteros turut memimpin jemaat dan melayani sakramen (di bawah pimpinan uskup) dan tugas diakonos : membantu uskup dan imam, melayankan khususnya pada pemberitaan Firman dan meja Perjamuan Kudus, memberikan diakonia kepada orang sakit dan miskin.
Abad Pertengahan 590-1517
Pada awal abad pertengahan, agama Kristen mulai disebar ke batas-batas utara dan timur laut benua Eropa.  Sedangkan di Timur Tengah dan Afrika Utara, gereja diancam oleh serbuan dari pihak Islam.[8]  Mulai periode ini, gereja di Barat dan di Timur menjalankan sejarahnya masing-masing secara tersendiri.  Di Barat, batas antara dunia Islam dan dunia Kristen stabil, tetapi di Timur, ancaman Islam terus-menerus terasa.
Pada awal abad pertengahan perkembangan dogma melalui konsili-konsili oikumenis diselesaikan.  Sejak saat itu ajaran di gereja Timur tidak pernah diubah lagi.  Untuk gereja Barat, khususnya mengenai Trinitas dan Kristologia, merupakan dasar ajaran yang tidak diubah tetapi ditambah dengan beberapa ajaran lain.  Sejak itu kita dapat melihat perbedaaan kedua gereja ini, yang masing-masing mempunyai corak dan sejarah tersendiri. 
Di Eropa Barat, gereja dinamakan Gereja Roma Katolik, yang dipimpin oleh uskup kota Roma, pusat gereja, yang sudah lama disebut Paus.  Paus tidak hanya berfungsi sebagai kepala gereja tetapi juga sebagai pemimpin masyarakat.  Pada umumnya gereja di Barat tidak memainkan peranan di bidang agama saja, tetapi juga di bidang politik dan kebudayaan sehingga dapat dikatakan Gereja Roma Katolik menentukan seluruh kehidupan masyarakat.
Di Timur, dimana kekaisaran Romawi tidak hilang, peranan gereja lebih terbatas pada bidang rohani saja.  Ibukota kekaisaran, Konstantinopel adalah pusat gereja Timur.
Uskup Konstantinopel (yang disebut patriarkh) tidak dapat memainkan peranan yang menentukan segala sesuatu di gereja seperti yang dimainkan oleh Paus.  Kuasanya dikendalikan oleh kaisar Kekaisaran Romawi Timur, dan pada pihak lain oleh uskup-uskup penting terutama dari Alexandria dan Antiokhia.  Gereja Timur dinamakan Gereja Ortodoks.
Gereja Zaman Baru (1517-Sekarang)
Sesudah abad pertengahan, kesatuan gereja di Barat dipecahkan,sehingga kemudian terlihat adanya beberapa gereja.  Kelompok-kelompok gereja ini terpisah dari Gereja Roma Katolik, yang juga menentukan kehidupan di Eropa pada banyak bidang.  Sesudah abad pertengahan, gereja mulai disebarkan ke seluruh dunia, pertama-tama Gereja Roma Katolik, kemudian juga gereja-gereja Protestan.

Jabatan Gereja Menurut  Oikumenikal
Latar Belakang Oikumenikal
Ekumenisme (kadang-kadang dieja oikoumenisme, oikumenisme) berasal dari bahasa Yunani oikos (=rumah) dan menein (=tinggal), sehingga oikoumene berarti "rumah yang ditinggali" atau "dunia yang didiami".[9]  Hal ini berdasar dari ucapan Yesus dalam Yohanes 17:11,21-23.  Dalam pengertiannya yang paling luas, ekumenisme berarti inisiatif keagamaan menuju keesaan di seluruh dunia.  Tujuan yang lebih terbatas dari ekumenisme adalah peningkatan kerja sama dan saling pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok agama atau denominasi di dalam agama yang sama.[10]
Kata “oikumene” ini merupakan padanan (sinonim) dari kata lain sebagai ungkapan dalam gereja, misal, “Katolik”  (Latin:chatolika) dan “Universal”.[11]  Ketiganya mengacu pada pengertian yang sama, yaitu menunjuk pada ruang lingkup hakikat dan tugas gerejani yang meliputi seluruh dunia dan menyangkut semua manusia.  Namun bagi kaum Injili, Oikumene berarti kesatuan “orang-orang percaya” yaitu mereka yang sudah lahir baru,kesatuan ini bukan secara organisasi melainkan secara rohani.[12]  Jadi paham oikumenikal muncul dari gerakan oikumene, sedangkan gerakan evangelikal muncul dari paham Injili. Kaum oikumenikal adalah gabungan Katolik , Anglikan dan Protestan oikumenikal (GPIB,HKBP dan kawan2) dalam payung PGI, sementara kaum Injili (Protestan Injili) lebih cenderung kepada kaum marjinal dan dispensasional berada dibawah payung PII .
Sejak periode 1960-an dalam pergerakan Misi Kristen, jurang antara Oikumenikalisme dan Evangelikalisme terlihat melebar dengan kompetisi yang semakin meningkat, baik dalam konferensi-konferensi maupun cara-cara bermisi.  Keterpisahan Gereja-gereja Oikumenikal dan Evangelikal disebabkan juga oleh berbagai hal yang lain, seperti metode dan teologi mereka.[13]  Gereja- gereja Oikumenikal cenderung lebih menitikberatkan pada dimensi sosial atau antroposentrisme dari Injil, dalam artian keselamatan itu berdampak sosial dan kemanusiaan secara keseluruhan.  Sedangkan Gereja-gereja Evangelikal cenderung lebih menitikberatkan dimensi spiritual individu-individu dari Injil, dalam artian bahwa pertobatan dan kesalehan pribadi merupakan kunci keselamatan.  Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dari segi teologi baik menyangkut pemahaman akan misi, ataupun masalah-masalah khusus seperti soal Roh Kudus dan pekerjaan-Nya, baptisan, pemahaman akan karunia-karunia dan lain sebagainya.
Jabatan Dalam Gereja
Sistem pemerintahan gereja, secara umum, dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu kongregasional (congregational), episkopal (episcopal) dan presbiterian (prebyterian).
Kelompok oikumenikal menggunakan sistem pemerintahan  episkopal (episcopal).[14]
Nama episkopal berasal dari kata Yunani episkopos yang berarti “overseer/ penilik” (kata ini juga diterjemahkan menjadi bishop dan uskup) dan menyatakan bahwa gereja diatur dan dipimpin oleh (para) bishop atau uskup.[15]  Dalam sistem pemerintahan gereja episkopal, otoritas dan kewenangan terletak pada bishop yang mengawasi sekelompok gereja, bukan hanya satu gereja lokal.  Bishop adalah orang yang memiliki otoritas  untuk menahbiskan ministers atau imam (priest).  
Katolik Roma mengatakan bahwa kewenangan bishop atau uskup ini diperoleh melalui suksesi apostolik dari rasul-rasul pertama. Jadi kuasa itu dilanjutkan secara estafet oleh bishop berdasarkan Matius 16:18-19.[16]  Gereja katolik Roma (GKR) sejak abad ke-2 uskup di Roma didasarkan pada pendapat bahwa uskup Roma adalah pewaris takhta rasuli, dalam hal ini rasul Petrus (Paus pertama).  Dalam arti jabatan sebagai pemimpin gereja berasal langsung dari Kristus, ini didasarkan akan pemahaman mereka terhadap Mat. 16:18-19.
Pada abad pertengahan di Gereja Katholik Roma memiliki pemahaman bahwa gereja adalah dilihat sebagai lembaga di mana penjabat atau klerus membagikan keselamatan kepada kaum awam, bahkan kata gereja menjadi hampir sama dengan hierarki, korps pejabat-pejabat gerejawi.[17]  Jabatan Paus menjadi dasar gereja dan juga memiliki pemahaman bahwa Paus mempunyai kedudukan khusus di tengah-tengah semua uskup gereja Katolik dan melambangkan dirinya sebagai keesaan gereja.  Pauslah yang merupakan pejabat tertinggi lalu pejabat yang menyusul di bawahnya yaitu jabatan Imam atau klerus yang bisa diperkenankan memberitakan firman dan melayankan sakramen.[18]  Kaum awam mereka tidak berhak untuk membaca dan memberikan firman serta melayankan sakramen. Serta dalam GKR bahwa kekuasaan gerejawi terletak di atas kekuasaan duniawi dan hanya pauslah yang berhak menafsir Alkitab serta yang berhak memanggil konsili adalah hanya Paus.  Seluruh kaum awam  berada di bawah kekuasaannya, ini adalah tuntutan dari Paus sendiri yang bertujuan untuk mempertahakan dirinya dan supaya pada saat itu tidak menafsirkan dan tidak membaca apa yang menjadi isi Alkitab.
Gereja Methodis dan Lutheran tidak mengakui otoritas melalui suksesi apostolik seperti Katolik.  Luther  mengatakan bahwa pemisahan ini merupakan suatu akal yang direka-reka oleh orang-orang lihai saja.[19]  Karena yang sebenarnya semua orang Kristen tanpa kecuali benar-benar dan sungguh-sungguh termasuk golongan rohaniawan dan tidak ada perbedaan dalam hal kedudukan Kristen.  Semuanya itu bersifat rohani kedudukannya dan semuanya sungguh-sungguh Imam. Sebab semua mempunyai kesibukan tangan dan pekerjaan bahwa semua orang dapat dipilih untuk bertindak sebagai Imam dan Uskup.
Berdasarkan penelitian Alkitab , Luther melihat secara hakiki bahwa tidak ada pemisahan antara jabatan-jabatan gerejawi khususnya dalam kitab Ibrani 4- dan 1 Petrus.
Menurut Luther bahwa jabatan Imam di dalam Perjanjian Lama telah disempurnakan dan digenapi, sekaligus diakhiri oleh Tuhan Yesus Kristus yaitu Imam Besar Agung. Dengan kematian dan kebangkitan Kristus maka manusia tidak lagi membutuhkan manusia lain untuk berperan sebagai Imam yang merupakan perantaraan mereka dengan Tuhan dalam memanjatkan doa permohonan, doa pengakuan dosa maupun mempersembahkan korban tetapi Yesus Kristus telah menjadi Imam sekaligus korban yang paling sempurna sekali untuk selama-lamanya.[20]  Berdasarkan Imamat dan pengorbanan Kristus maka semua orang yang percaya adalah Imam. Inilah yang disebut “imamat am” semua orang percaya itu.
Dalam tata gereja Luther tidak banyak memberi perhatian kepada penyusunan tata gereja karena ia tidak melihat adanya petunjuk Alkitab tentang tata dan sistem pamerintahan gereja yang baku.[21] Tetapi ia lebih memikirkan gereja sebagai persekutuan orang-orang beriman yang telah diselamatkan oleh kasih karunia kasih Kristus.  Luther tidak banyak mengemukakan pikiran dan nasehat tentang struktur dan sistem pemerintahan gereja yang paling cocok untuk gereja baru atau Luther tidak pernah merencanakan pembentukan gereja baru dan penyusunan sistem organisasi gereja yang baru.  Oleh karena itu golongan protestan Lutheran masih tetap menggunakan system pemerintahan episkopal.
Jabatan Pelayanan Menurut Evangelical
Evangelical berasal dari kata Yunani “euanggelion” yang mempunyai arti “kabar baik”.[22]  KJV: kata ini diterjemahkan sebagai “Gospel”  Menurut Alkitab, penggunaan kata ini mengungkapkan pengalaman keagamaan yang mempunyai keistimewaan dan menitikberatkan pada pengalaman keselamatan dan kehidupan rohani yang bersifat pribadi.  Evangelical digunakan untuk golongan protestan, sekaligus membedakan diri dengan Roma Katolik.
Ajaran Pokok
Kaum Injili menekankan kewibawaan mutlak Alkitab sebagai Firman Allah yang tertulis yang telah diilihamkan sepenuhnya oleh Allah, pentingnya kelahiran baru dan pengudusan hidup sebagai tanda yang nyata dalam kehidupan seorang Kristen, juga menekankan bahwa keselamatan dan kehidupan rohani secara pribadi itu lebih penting daripada pelayanan sosial atau kiprah dalam politik, meski tidak harus jatuh ke dalam sikap anti-intelektual.[23]  Kaum Injili lebih bersikap konstruktif yang tidak memandang kebudayaan dan ilmu pengetahuan sebagai musuh-musuh iman tetapi sebagai sarana meningkatkan kualitas kehidupan seorang Kristen.



Sistem Pemerintahan Gerejawi Injili
Kaum Evangelikal menggunakan sistem pemerintahan gereja jenis Kongregasional.[24] Kaum kongregasional memiliki pemikiran doktrinal Calvinis, yang berbeda hanyalah sistem pemerintahan gerejawi saja.  Orang pertama yang menyebarkan ide kongregasional di Inggris adalah Robert Browne.  Karena dianggap telah melakukan penyimpangan sistem pemerintahan gereja, Browne dijebloskan dalam penjara.  Setelah dibebaskan, dia beserta mayoritas jemaatnya melarikan diri ke Middleburgh di Belanda untuk berlindung.  Sementara di Middleburg, Browne menerbitkan buku berjudul A Book which Sheweth the Life and Manners of All True Christians, yang di dalamnya memberikan penjelasan mengenai asas-asas Kongregasional (yang hingga kini dianut oleh kaum kongregasional).
Ide-ide utama Kongregasionalisme adalah: setiap Gereja lokal memiliki pemerintahan sendiri.[25]  Gereja memilih pendeta, guru, para penatua, dan para diaken itu sendiri.  Gereja-gereja tidak memiliki otoritas atas satu sama lain, tetapi itu merupakan keistimewaan mereka dan gereja berkewajiban untuk saling menolong satu sama lain.  Hal yang sangat diinginkan adalah bahwa ada waktu-waktu tertentu untuk mengadakan pertemuan yang di dalamnya semua gereja terwakilkan, dan masalah-masalah kepedulian terhadap semua gereja mendapat perhatian dan dibahas secara serius.
Pada umumnya gereja-gereja yang terhimpun dalam Persekutuan Injili Indonesia  menggunakan sistem pemerintahan Kongregasional.  Gereja-gereja yang terhimpun dalam PII: GBI. GKRI, GEKARI, GISI, dll.  GSJA (Gereja Sidang Jemaat Allah) merupakan salah satu gereja yang menggunakan sistem pemeritahan gerejawi kongregasional.  Struktur Organisasi GSJA terdiri dari: Kongres, Majelis Pusat, BPP (Badan Pengurus Pusat), Departemen-Departemen,Badan Pengurus Daerah, Badan Pengurus Wilayah dan Gereja Lokal.
Kesimpulan:
Sistem jabatan Oikumenikal mengambil bentuk Episkopal dimana jabatan sdipegang oleh satu orang yang berkuasa yang dipilih berdasarkan rapat sinode besar, sedangkan sistem jabatan pada Evangelikal mengambil bentuk Kongregasional yang lebih memberikan otonomi kepada gereja-gereja lokal untuk memerintah dan mengatur gereja masing-masing.























Daftar Pustaka
A.P. Budiyono Hd, Pengetahuan Praktis tentang gereja Kristen Katolik.
Aritonang, Jan S. Berbagai Aliran di dalam dan Sekitar Gereja.  Jakarta: Gunung Mulia, 2008.
Aritonang,Jan Sihar.  Garis-Garis Besar Sejarah RefomasiJakarta:Jurnal Info Media, 2007.
B.K, Kuiper.  The Church in History.  Malang: penerbit Gandum Mas, 2010.
Banawiratma, J.B. et al.  Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis.  Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1997.
Berkhof H. dan I. H. Enklaar, Sejarah GerejaJakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
De Jonge, Christian dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?  Jakarta:BPK-GM,2008.
De Jonge, Christian.  Pembimbing ke dalam Sejarah GerejaJakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
Diambil dari http://www.studialkitab.com/2010/05/sistem-pemerintahan-dan-jabatan-gereja.html diakses 19/04/2014.
Van de End, Th.  Harta Dalam BejanaJakarta: BPK-GM, 2007.
Wellem,F.D Riwayat Hidup  Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah GerejaJakarta:BPK-GM,1998.



[1] H. Berkhof dan I. H. Enklaar, Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), vii.
[2] Berkhof dan Enklaar, 7.
[3] Ibid.
[4] Ibid, 10
[5] Ibid., 11.
[6] De Jonge, Pembimbing ke dalam Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986), 49
[7] Ibid., 53-54
[8] Ibid., 60-61.
[9] Sumber:Diktat Kuliah
[10] J.B. Banawiratma et al, Tempat dan Arah Gerakan Oikumenis (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1997), 18.
[11] Ibid., 30.
[12] Ibid.
[14] Diambil dari http://www.studialkitab.com/2010/05/sistem-pemerintahan-dan-jabatan-gereja.html diakses 19/04/2014.
[15] A.P. Budiyono Hd, Pengetahuan Praktis tentang gereja Kristen Katolik.
[16] Jan Sihar Aritonang, Garis-Garis Besar Sejarah Refomasi, (Jakarta:Jurnal Info Media, 2007), 105
[17] Christian de Jonge dan Jan S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja?, (Jakarta:BPK-GM,2008), 23
[18] F.D. Wellem, Riwayat Hidup  Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, (Jakarta:BPK-GM,1998), 172.
[19] Th. Van de End, Harta Dalam Bejana, (Jakarta: BPK-GM, 2007), 172.
[20] Aritonang., 160.
[21] Ibid.
[23] Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran di dalam dan Sekitar Gereja (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 142.
[25] Kuiper B.K.  The Church in History.  Malang: penerbit Gandum mas, 2010.

1 comment:

  1. Terimakasih atas materinya, Tuhan memberkati selaly

    ReplyDelete

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.