Psikologi Aliran Strukturalisme



ALIRAN STRUKTURALISME

Pendahuluan

Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia telah berilmu jiwa yaitu memikirkan secara khusus apa sebenarnya hakekat jiwa manusia itu, termasuk jiwa-jiwa makhluk lainnya. Pemikiran-pemikiran yang dilakukan orang-orang dahulu untuk memperoleh pengetahuan tentang hakekat jiwa tersebut ditempuh dengan cara berfilsafat. Dan hasil pemikiran filsafat pada zaman lampau ialah bahwa jiwa manusia itu dianggap sebagai sesuatu yang konstant dan tidak berubah-ubah dan jiwa demikian itu dapat dianalisa ke dalam unsur-unsurnya tersendiri yang masing-masing bekerja sendiri-sendiri terpisah satu dengan yang lainnya.

Psikologi Aliran Strukturalisme 

Sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di zaman modren ini, maka ilmu mengenai jiwa ini juga ikut berkembang. Hal ini juga didorong oleh para ilmuan yang semakin giat mengadakan penelitian terhadap kejiwaan manusia hingga pada akhirnya ilmu jiwa ini dipatenkan menjadi salah satu cabang ilmu pengetahuan yang disebut psikologi layaknya seperti ilmu pengetahuan yang lain. Namun, para ilmuan tidak puas hanya begitu saja, psikologi akhirnya melahirkan banyak aliran-aliran di dalamnya, dan salah satu dari aliran itu adalah strukturalisme.
Makalah ini akan membahas mengenai aliran strukturalisme ini, bagaimana sejarah lahirnya, tokoh-tokoh pendirinya, ajaran pokok daripada aliran ini, serta metode-metode yang digunakan didalamnya. Di akhir makalah ini juga penulis juga memberikan evaluasi, baik secara umum maupun secara khusus melalui firman Allah. Melalui makalah ini penulis berharap akan memberikan akan memberikan sumbangsih bagi pemahaman pembaca mengenai psikologi, khususnya aliran strukturalisme.
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Logos” yang berarti “ilmu pengetahuan” dan “Psyche” yang berarti “jiwa”.[1] Jadi, berdasarkan asal katanya maka psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai jiwa. Secara harafiah, Psikologi berarti ilmu jiwa. Dan secara umum, Psikologi berarti ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau tentang gejala-gejala jiwa.[2] Hal ini mencakup segala sesuatu yang berkaitan dengan kejiwaan manusia dan segala hubungannya dengan perilaku serta tindakan dari manusia itu, baik secara sadar maupun diluar tingkat kesadaran.
Psikologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang masih sangat mudah. Awal kelahirannya sebagai ilmu pengetahuan adalah bersumber dari filsafat. Psikologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari ilmu filsafat.[3]

Sejarah Singkat Psikologi sebagai Ilmu

Tahun 1879 dianggap sebagai tahun kelahiran psikologi sebagai ilmu. Ditandai dengan didirikannya laboratorium psikologi pertama oleh Wilhelm Wundt, seorang peneliti kebangsaan Jerman.[4] Semula psikologi merupakan hasil perkawinan ilmu filsafat dengan ilmu fisiologi. Kombinasi antara minat menjelaskan perilaku dan minat terhadap penggunaan metode ilmu-ilmu pengetahuan alam menyebabkan psikologi memisahkan diri menjadi ilmu tersendiri.
Psikologi sebagai ilmu ini kemudian diimport ke Amerika. Tahun 1881, G. Stanley Hall mendirikan laboratorium di Universitas Johns Hopkins sebagai laboratorium psikologi pertama di Amerika Serikat.

Aliran dalam Psikologi

Aliran Strukturalisme

Menurut Kamus Psikologi, Psikologi Strukturalisme adalah suatu sistem dari ilmu psikologi yang memusatkan perhatian pada pengalaman yang dialami di dalam alam sadar.[5] Sistem ini mencoba menguraikan pengalaman ke dalam bagian-bagian yang pokok, menetapkan hukum-hukum dengan mana bagian-bagian tersebut disatukan, dan menyelidiki struktur serta kadar keadaan mental melalui instropeksi.
Sejarah Singkat Aliran Strukturalisme
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang mandiri, pada masa itulah tercatat satu aliran psikologi yang disebut psikologi strukturalisme.[6] Tokoh pendiri dari aliran ini adalah Wilhem Wundt. Wundt mendirikan aliran strukturalisme ini didasarkan pada pendapat bahwa psikologi sudah seharusnya mempelajari jiwa dari segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut tersusun. Pendapat dan pandangan psikologi psikologi Wundt yang strukturalis dan eksperimentalis tersebut akibat aliran Asosiasi dari inggris disatu pihak dan dilain pihak terpengaruh aliran materialisme dari tokoh-tokoh fisika dan biolaogi yaitu Helmhots yang telah melatih kemampuan Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen.[7]

Tokoh Aliran Strukturalisme

Wilhelm Wundt

Wilhem Wundt (1832-1920) pada tahun 1879 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig Jerman, dan peristiwa ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri.[8] Aliran Srukturalisme menurut Wundt, mempelajari gejala kejiwaan manusia dengan mempelajari struktur dan isi jiwa orang tersebut terlebih dahulu.

Edward Bradfor Titchener

Titchener adalah seorang eksponen,pengurai dan penerang terkemuka aliran strukturalisme, ia adalah murid dari Wundt. Ia dan Wilhelm Wundt adalah pendiri dan sekaligus pelopor aliran psikologi strukturalisme. Psikologi Strukturalisme adalah satu sistem psikologi yang berasosiasi dengan cara mengajar Wundt dan Titchener

Ajaran Pokok Aliran Strukturalisme

Aliran ini beranggapan bahwa psikologi adalah pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya seperti kesadaran, proses-proses mental, psikolinguistik, emosi dan juga kemauan.[9] Kesadaran (Consciousness) menurut Wundt berkata bahwa kesadaran adalah sebuah realitas, dan itulah yang menjadi subjek masalah dalam psikologi. Sementara itu proses-proses mental adalah sebuah aktivitas otak, dan bukan materi. Dalam hal Psikolinguistik Wundt menunjukkan bahwa unit bahasa fundamental adalah kalimat bukan kata atau suara. Kalimat bukan hanya sebagai sebuah rangkaian kata atau suara, tapi juga sebagai keadaan mental khusus. Sementara suara, kata atau aturan tatabahasa hanya mempunyai makna jika dihubungkan dengan kalimat mental yang mendasarinya.
Menurut Wundt, manusia adalah makhluk emosional pertama. Semua aktivitas mental manusia mempunyai emosi dan emosi manusia selalu mendahului kognisi.[10] Hal menunjukkan dimana manusia berusaha memperoleh pengetahuan secara sadar dan mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Demikian juga dengan kemauan, menurut Wundt tindakan dari kehendak, “keputusan dan pilihan” begitu signifikan dalam memahami psikologi. Kemauan merupakan motivasi sejati dan aksi kemauan dimotivasi perilaku.

Metode dalam Aliran Strukturalisme

Metode Psikologi dalam aliran ini adalah introspeksi terhadap diri sendiri (Analisis introspektif).[11] Metode introspeksi yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen. Karena metode introspeksi ini, strukturalisme dapat juga disebut sebagai psikologi introspeksi (introspective psichology). Hal ini dilakukan dengan cara mengajak orang yang menjalani percobaan (pasien) untuk mengingat semua pengalaman-pengalamannya secara sadar. Kemudian setelah itu mereka akan ditanyakan mengapa itu terjadi, bagaimana itu terjadi, sehingga sipasien akan mengungkapkan apa yang dia dapatkan melalui ingatannya.

Tujuan Psikologi dalam Aliran Strukturalisme

Tujuan psikologi menurut aliran ini adalah menyelidiki apa, bagaimana, dan mengapa terjadi pengalaman atau kesadaran. Dalam konsep dan sistem ini, psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan.[12] Pertama, menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar. Kedua menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut. Dan yang ketiga adalah menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf.
Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa instropeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.
Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi. Oleh karena hal itu, maka Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak integritasnya.[13] Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Tehknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.

Evaluasi

Evaluasi Umum

Strukturalisme gagal, karena aliran ini menyajikan laporan objektif yang unggul mengenai keadaan-keadaan sensoris imajinatif atau gambaran khayalan, dan afektif dari kesadaran, tetapi aliran ini tidak mampu memperluas sampai sukses metodenya untuk mencakup tingkah laku anak-anak dan tidak mampu menyajikan tes mental dan studi behavioral mengenai cara belajar. Kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental.
Fungsionalisme memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Psikologi struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.


Evaluasi Khusus

Kunci untuk memahami psikologi kristen bisa dilihat dari Yer 17:9, rom 1:28-31. Kej 6:5. Kita buta terhadap keberdosaan kita sendiri. oleh karena itu kita perlu berdoa seperti raja Daud dalam Maz. 139:23. Rasul Paulus bukan saja mendorong orang Kristen untuk memeriksa dirinya (2 Kor 13:5), tetapi juga menegur orang lain. Amsal 14:8 berkata “mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang Cerdik ...” orang yang bijak dapat mengintropeksi diri sendiri. Kesadaran akan kebenaran tentang diri kita menghasilkan rasa sakit secara emosi, namun jika manusia dapat menerima kebenaran tentang dirinya dan dalam anugerah Allah menerima diri berharga di mata Kristus. Aliran ini memang baik mengetahui apa dan mengapa terjadi sesuatu di dalam pengalaman manusia melalui kesadaran dengan metode intropeksi diri. Akan tetapi tanpa Roh Kudus manusia tidak akan memperoleh kesadaran akan keberdosaannya dan bahkan akan keberadaannya (Yoh.16:7-11). Oleh karena itu dalam psikologi ini untuk menerapkannya kepada jemaat harus juga mengikutsertakan Tuhan di dalam konseling. Intinya adalah kita harus selalu memberikan tempat bagi Roh Kudus untuk memberikan kesadaran dan pemulihan jiwa sipasien.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Sumber Buku-Buku

Ahmadi, H. Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta 2009.
Kartono, Kartini Psikologi Umum. Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1996.
Kartono,Kartini. Kamus Psikologi. Bandung: Penerbit Pionir Jaya, 1987.
Sobur, Alex. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah . Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2009.
Sutarlinah, Sukadji. Buku Materi Pokok “Pengantar Psikologi” . Jakarta: Penerbit Karunika, 1986.
Internet
Fahmi, Ahmad. Psikologi Umum 1. Internet diambil dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/psikologi-umum-1-311195.html. Diakses tanggal 26 Agustus 2014.
Ladidiaus, Naisaban. Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya (e-book)
Nery. Strukturalisme. Internet diambil dari http://nerys2.wordpress.com/strukturalisme/ Diakses tanggal 26 Agustus 2014.
Valalangi, Lest. Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-Alirannya; Internet diambil dari http://www.academia.edu/5350095/Sejarah_Perkembangan_Psikologi_dan_Aliran-alirannya_Pendahuluan. Diakses tanggal 26 Agustus 2014.


[1] H. Abu, Ahmadi, Psikologi Umum (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta 2009), 1

[2]Ibid., 2

[3] Kartini kartono, Psikologi Umum (Bandung: Penerbit Mandar Maju, 1996), 1.

[4] Sukadji Sutarlinah, Buku Materi Pokok “Pengantar Psikologi” (Jakarta: Penerbit Karunika, 1986), 17.

[5] Kartini Kartono, Kamus Psikologi (Bandung: Penerbit Pionir Jaya, 1987), 491.

[6] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah (Bandung: Penerbit Pustaka Setia, 2009), 103-4.

[7]Lest Valalangi, Sejarah Perkembangan Psikologi dan Aliran-Alirannya; internet diambil dari http://www.academia.edu/5350095/Sejarah_Perkembangan_Psikologi_dan_Aliran-alirannya_Pendahuluan diakses tanggal 26 Agustus 2014.

[8]Ahmad Fahmi, Psikologi Umum 1, diambil dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/02/psikologi-umum-1-311195.html diakses tanggal 26 Agustus 2014.

[9] Naisaban Ladidiaus, Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya (e-book)

[10] Kognisi adalah kegiatan memperoleh pengetahuan (termasuk kesadaran atau perasaan) atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia :edisi kedua (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), 511.

[11] Sobur, 104.

[12] Ladidiaus.

[13]Nery, Strukturalisme; internet diambil dari http://nerys2.wordpress.com/strukturalisme/ diakses tanggal 26 Agustus 2014.

No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.