sumber foto:internet
DISIPLIN BERPUASA DALAM PERSPEKTIF IMAN KRISTEN
Oleh: Juniati Yusuf
Pendahuluan
Kegiatan puasa tentunya tidak asing bagi masyarakat pada masa kini. Bahkan agama-agama yang tersebar di Dunia banyak yang menerapkan kegiatan puasa dalam ajaran agamanya. Begitu juga kekristenan, Gereja-gereja banyak menetapkan dan melakukan puasa dalam ajarannya. Dimana kegiatan puasa dilakukan oleh para pelayan Tuhan dan jemaat dalam Gereja tersebut.
Sekalipun puasa diyakini sebagai salah satu ajaran dalam kekristenan. Namun tidak sedikit orang juga yang melupakan dan mengabaikan pentingnya berpuasa. Dimana sebagian orang memiliki pandangan dan pemahaman puasa sebagai suatu kewajiban dengan melakukan disiplin. Disisi lain, beberapa orang juga masih kebingungan dan tidak tahu dengan memberikan pertanyaan yaitu: mengapa harus berpuasa? bagaimana sebenarnya puasa menurut agama Kristen? serta untuk apa berpuasa dilakukan?. Pertanyaan ini muncul dari pemikiran orang Kristen yang belum memahami puasa. Pada akhirnya, kebanyakan orang Kristen bahwa puasa hanyalah sebuah kegiatan yang dilakukan dengan tidak makan dan tidak minum, menahan diri dan menahan hawa nafsu. Pemahaman orang Kristen melakukan puasa hanya sebagian kecil orang saja atau orang kristen yang sama sekali tidak ingin berpuasa.
Kegiatan Puasa menerapkan suatu pengajaran yang wajib dilakukan. Dalam hal ini, puasa berhubungan dengan kegiatan yang melibatkan disiplin. Dengan kata lain, kegiatan ini disebut Disiplin Berpuasa. Oleh karena itu, penulis dalam paper ini akan menjelaskan makna puasa, bagaimana pandangan Alkitab mengenai puasa di dalam kekristenan. Selain itu, penulis juga akan menjelaskan tujuan berpuasa serta relevansinya bagi orang Kristen pada masa kini. Sehingga setiap orang Kristen dapat memahami dan melakukan disiplin berpuasa.Definisi Puasa
Secara umum, makna berpuasa merupakan suatu kegiatan tidak makan dan tidak minum. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpuasa diambil dari kata dasar “Puasa” adalah menghindari makan, minum, dsb, dengan sengaja (terutama bertalian dengan Agama). Puasa merupakan suatu ajaran yang ditetapkan berdasarkan agama-agama di Dunia. Orang-orang di luar keristenan memahami puasa dengan pandangan atau pemahaman yang berbeda. Pemahaman para penganut okultisme menngenai puasa ialah “Puasa bagi mereka merupakan cara penyiksaan diri dengan tidak makan dan tidak minum sehingga kuasa dan kekuatan gaib serta berhasil menciptakan atau membentuk benda-benda sakral dan mengandung kekuatan gaib (magis).”
Puasa dalam ajaran Kristen tidak hanya sebatas kegiatan tidak makan dan tidak minum atau hanya sebuah kegiatan menahan diri dari segala hal-hal lain. Melainkan kegiatan puasa yang lebih berpusat kepada Allah. Dalam bahasa Ibrani, kata “Puasa” diterjemahkan dengan kata ‘Tsum’ dan ‘Inna Nafsyo’ yang diartikan secara harafiah sebagai seseorang dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Sedangkan dalam bahasa Yunani, kata ‘Puasa’ diterjemahkan dengan kata ‘Nesteou’ yang berarti tanpa makanan atau lapar. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpuasa merupakan kegiatan tidak makan dan tidak minum dengan bertujuan untuk merendahkan diri di hadapan Tuhan.
Jenis-jenis Puasa
Menurut Perjanjian Lama
Kegiatan disiplin puasa telah dilakukan para tokoh Alkitab dalam perjalanan sejarah perjanjian lama. Alkitab Perjanjian Lama mencatat kegiatan orang Israel (Ibrani) berpuasa pada Hari Pendamaian. Orang Israel melakukan hal tersebut pada saat puasa, biasanya disertai dengan doa. Kegiatan ini dilakukan ketika orang-orang Israel masa-masa sulit yang dialami pada saat itu, seperti dilanda peperangan, kekeringan, kelaparan. Selain itu, ada beberapa tokoh Perjanjian Lama yang berpuasa. Masing-masing tokoh-tokoh melakukannya dengan cara, tujuan dan jenis puasanya yang berbeda. Diantaranya, tokoh Musa yang tidak makan dan tidak minum sama sekali selama 40 hari 40 malam ketika menghadap Allah di Gunung Sinai. Selanjutnya, Nehemia berdoa dan berpuasa untuk Yerusalem (Neh 1:4). Kemudian, Yoel yang menyuruh umat untuk bertobat dan berpuasa (Yl. 2:12). Sehingga dapat dilihat bahwa para tokoh Alkitab Perjanjian Lama melakukan puasa untuk meminta belas kasihan Allah ketika mengalami masa-masa sulit tersebut.
Menurut Perjanjian Baru
Yesus memberikan teladan dalam hal berpuasa yang tercatat di dalam Perjanjian Baru. Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus mengadakan puasa selama 40 hari 40 malam. Selain itu, Matius 6: 16-18, Yesus memberikan pengajaran mengenai puasa di atas Bukit. Yesus menjelaskan pengajaran-Nya dan mengharapkan murid-murid-Nya untuk berpuasa. Yesus tidak memberikan panduan spesifik kepada murid-murid-Nya mengenai cara-cara atau bagaimana berpuasa yang benar. Namun Yesus mengajarkan puasa yang berbeda dari pada puasa orang-orang Farisi.
Selain itu, berpuasa juga dilakukan oleh para rasul. Rasul Paulus juga pernah mempraktekkan disiplin berpuasa secara teratur. II Korintus 11:27, Paulus menyinggung bahwa puasa harus bersamaan dengan jerih payah dan bekerja berat, berjaga-jaga, kelaparan dan kehausan. Doa dan puasa juga merupakan penggerak penginjilan Paulus, rencana misi penginjilan. Paulus melakukan doa dan puasa bersama para pemimpin untuk menguatkan pergumulan dalam doa di Antiokhia. Dengan demikian kehidupan berpuasa merupakan sesuatu yang tidak asing pada zaman para rasul dalam kekristenan.
Dalam Sejarah
Sejarah juga mencatat terdapat beberapa tokoh juga melakukan disiplin berpuasa. Diantaranya Jonatan Edwards yang berpuasa selama 22 jam sebelum menyampaikan khotbahnya yang terkenal pada tahun 1859. Kemudian, ada juga tokoh-tokoh lainnya juga menerapkan disiplin berpuasa diantaranya, Martin Luther, Yohanes Calvin, John Knox, John Wesley, Jonathan Edwards, David Braineds, Charles Finney, dan Pendeta Hsi dari Cina. Sehingga tokoh-tokoh sejarawan juga dapat menerapkan disiplin berpuasa dalam kehidupannya.
Tujuan Berpuasa
Disiplin berpuasa tentunya dilakukan dengan tujuan yang berbeda. Namun, harus disadari bahwa tujuan utama seseorang berpuasa adalah “mencari hadirat Tuhan, merendahkan diri dan memohon ampun serta pemulihan dari Tuhan.” Sehingga hal itu merupakan puasa yang benar yang selalu berpusat kepada Tuhan. Dengan kata lain, tujuan utama berpuasa adalah merendahkan diri bukan hanya karena menginginkan sesuatu dari Tuhan, melainkan berpusat pada Tuhan sendiri. Menurut Richard dalam bukunya mengatakan “kadang-kadang kita begitu menekankan berbagai berkat dan keuntungan dari berpuasa sehingga kita cenderung mempercayai bahwa dengan berpuasa sedikit saja dunia ini bahkan Allah akan menuruti kemauan kita.”
Kemudian tujuan berpuasa adalah untuk memperlemah kekuatan daging seseorang. Kekuatan daging ialah mengendalikan keinginan-keinginan yang telah menjadi kelemahan diri seseorang. Selain itu, mengendalikan apa yang dimakan yang merujuk pada seseorang yang mengendalikan hidupnya demi maksud Allah. Seseorang dapat berusaha menahan lapar dan haus serta dapat mengetahui apa kehendak Allah di dalam hidupnya. Selain mengendalikan diri melalui makanan dan minuman, berpuasa mampu membantu seseorang memuncullkan emosi-emosi yang selama ini disembunyikan. Dengan berpuasa, seseorang seseorang dapat mengalami pemulihan dan transformasi dari emosi-emosi seseorang yang tersedia melalui Kristus.
Relevansi Puasa Masa Kini
Sama halnya seperti dahulu, puasa pada masa kini merupakan hal yang sangat penting. Namun, yang menjadi permasalahannya akhir-akhir ini disiplin berpuasa seakan tidak lagi terlalu dihiraukan. Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut Richard J Foster dalam bukunya:
“Hal berpuasa sudah mendapat nama buruk karena kebiasaan-kebiasaan yang berlebihan dari para pertapa pada Abad pertengahan. Dan juga propaganda yang sekarang ini terus menerus di sodorkan telah meyakinkan kita bahwa jika kita tidak makan sampai kenyang tiga kali sehari, dengan beberapa kali makanan ringan sebagai selingan, kita akan berada di ambang mati kelaparan.”
Sehingga tidak bisa kita pungkiri secara pasti bahwa ada banyak sekali pemikiran-pemikiran yang berpendapat demikian. Pemikiran-pemikiran seperti inilah merupakan sebuah pemikiran yang salah dan harus diubahkan.
Meskipun puasa dalam Alkitab tidak ada menyatakan kegiatan melakukan sesuatu hal yang wajib, namun puasa merupakan suatu disiplin yang mengharapkan agar seluruh umat Kristen dapat menerapkan puasa di dalam kehidupannya. Mengapa demikian? Karena berpuasa bisa menjadi salah satu pribadi melakukan cara untuk menguatkan secara rohani dan memberikan terobosan yang memungkinkan untuk terus menjalani kehidupan menuju kemenangan diri seseorang. Sehingga disiplin puasa tidak hanya diterapkan bagi orang-orang pilihan saja, melainkan orang-orang masa kristen masa kini dapat melakukan hal yang sama
Kesimpulan
Berpuasa merupakan suatu kegiatan disiplin yang harus dilakukan orang percaya di dalam kehidupan kekristenan. Sebelum melakukan disiplin berpuasa, kita perlu menyadari apakah tujuan sebenar dari berpuasa itu. Pemaham yang benar mengenai disiplin berpuasa akan membantu orang percaya untuk membangun hubungan yang lebih erat di dalam Tuhan. Di dalam kekristenan, tidak ditetapkan secara khusus bagaimana harus berpuasa tidak seperti agama yang lainnya. Namun, yang terpenting adalah tujuan berpuasa itu sendiri haruslah timbul dari keinginan diri sendiri dengan berpusat kepada Allah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bromiley, Geoffrey W. Theological Dictionary of The New Testament. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans, 1985.
Foster, Richard J. Tertib Rohani: Sudahkah anda Menapakinya?. Malang: Gandum Mas, 1996.
Kusuma, Surya. Okultisme: Antara Budaya vs Iman Kristen. Yogyakarta: ANDI, 2010.
Lee, Witness. Pelajaran-Hayat 2 Korintus. TK: Yasperin, 2020.
S, Markus. 546 Pertanyaan Yang Sering Ditanyakan Orang Kristen: Jawaban-jawaban Yang Akan Menguatkan. Yogyakarta: Andi, 2010.
Talan, Yesri. Pola Dasar Hidup Kristen; Kajian Teologis Terhadap Khotbah Yesus Di Bukit. Bengkulu: Permata Rafflesia, 2020.
Towns, Elmer L. Fasting For Spiritual Breakthrough: Mengalami Terobosan Rohani Lewat Berpuasa. Yogyakarta: ANDI, 2020.
Tuhumury, Petronella. Transformation Prayer Intercession Spiritual Warfere. Makassar: STT Jaffray, 2018.
Unarto, Erich. Seri Pelajaran Alkitab Praktis untuk Pribadi, Keluarga, dan Kelompok sel: Hidup Baru di dalam Kristus. Jakarta: Pustaka Sorgawi, 2007.
Jurnal
Sumiwi, Asih Rachmani Endang. “Pola Manajemen Penginjilan Paulus Menurut Kitab Kisah Para Rasul 9-28.” Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen 1, No. 2 (2020).