Terapi Agape Sekilas Pandang
Pendekatan Terapi Agape
Ada enam asumsi dasar yang dibuat dalam terapi atau konseling Agape yaitu: Pertama, kebenaran itu satu, menyeluruh dan lengkap, kedua, kebenaran dinyatakan kepada manusia oleh Allah melalui alam, Alkitab, dan Anak-Nya, Yesus Kristus. Ketiga, Alkitab adalah otoritas bagi iman dan tingkah laku, keempat, manusia diciptakan oleh Allah dalam gambar-Nya, tetapi menjadi berdosa dengan melakukan pelanggaran yang disengaja dan memisahkan diri dari Allah. Kelima, Yesus Kristus telah menyediakan bagi manusia pengampunan dosa dan pendamaian dengan Allah melalui kematian dan kebangkitan-Nya dan yang keenam adalah Yesus menyatakan kebenaran kepada kita dengan cara yang berkesinambungan melalui pekerjaan dan pribadi Roh Kudus. Ia adalah Roh Kebenaran untuk membimbing kita ke dalam seluruh kebenaran.
Terapi Agape mempertimbangkan kebenaran yang harmonis dengan kebenaran yang Alkitabiah. Terapi Agape mengakui bahwa sebagian besar sistem konseling didasarkan pada beberapa kebenaran yang Alkitabiah, tetapi tidak satupun yang secara lengkap berada di dalam lingkaran kebenaran. Dalam hal ini disebut integrasi yaitu menggabungkan bagian-bagian dari beberapa model psikologi dalam konseling, yaitu: Terapi Realitas, Terapi Integritas, Terapi Emosi-Rasional, Terapi Agape, Terapi Analisa Transaksional, Psikoanalisis atau Freud.
Agape adalah “kebajikan yang tidak dapat ditaklukkan, kehendak baik yang tidak dapat dikalahkan.” Hal itu adalah prinsip bagi hidup yang harus dipertimbangkan –merupakan prinsip pikiran, penaklukkan dan pencapaian kehendak yang penuh pertimbangan. Oleh karena itu Terapi Agape atau konseling Agape adalah sebuah hubungan Agape di antara dua atau lebih orang yang di dalamnya gembala atau konselor berusaha untuk menggunakan sumber-sumber ilahi dan manusiawi yang tersedia baginya untuk membawa pembaharuan, kesembuhan, keutuhan dan kedewasaan bagi konsele. Terapi Agape ini dapat dilakukan oleh semua orang percaya dengan dasar kasih agape dari Allah.
Objek: Manusia
Manusia dari cara pandang Allah mengatakan: “Allah adalah pencipta, Juruselamat, dan Tuhan melalui karya penebusan Yesus Kristus, manusia adalah sebagai objek dari kasih Allah. Dari sudut pandang humanistik, Freud mengidentifikasikan konsep kepribadian manusia menjadi tiga: id, ego, dan superego. Sementara itu terapi Agape berkata bahwa kepribadian adalah “suatu pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikis-fisik-rohani-sosial di dalam diri manusia yang menentukan karakteristik tingkah laku dan pikirannya. Ada tujuh karakteristik manusia yaitu, desain Allah, berorieentasi pada kebutuhan, Rasional, bertanggung jawab, bermoral, bertujuan dan sanggup berubah. Ada tiga konsep kepribadian manusia yaitu, konsep fisik, konsep psikologi, konsep rohani.
Paraprofesional dan Tim Penolong
Dalam hal konseling, kaum awam dalam gereja juga dapat dilibatkan menjadi konselor. Semua orang dalam gereja dapat dilatih untuk mengerjakan hal-hal yang sangat cakap untuk mereka kerjakan. Ada lima hal yang membuat orang, banyak masalah dalam mengasihi sesama kita yaitu takut gagal, takut terbongkar rahasianya, takut kedekatan, takut terluka secara fisik dan takut melanggar tradisi. Yesus juga memberikan model pelayanan ini bagi kita yaitu, Ia memanggil murid-muridNya, Ia mengajar mereka, Ia mengutus mereka dan Ia mengawasi mereka. Tiga tugas pelayanan yang efektif yaitu, memberikan pengarahan, bersaksi, dan mempraktekkan kasih. Dalam mengawasi konsele kita perlu menyediakan jarak emosional, menyediakan kesadaran yang lebih besar dan menyediakan dukungan.
Terapi Agape: Tujuan
Peranan Hati Nurani
Kepribadian adalah totalitas dari sebuah perilaku seseorang dan kecenderungan-kecenderungan emosional. Kepribadian adalah pengorganisasian yang dinamis dari sistem-sistem psikologis, fisik dan rohani di dalam seseorang, yang menentukan karakteristik perilaku dan pikirannya. Sementara kedewasaan adalah proses dinamis dari pemahaman arti dari kehidupan dan menyadari sebuah keseimbangan diantara aspek-aspek fisik, sosial, psikologis dan rohani dari kehidupan itu. Hal itu memampukan seseorang untuk menyadari kepuasan akan kebutuhan-kebutuhannya, hidup di dalam keharmonisan dengan dirinya sendiri, lingkungannya, sesamanya dan penciptanya, dan dapat membuat sebuah kontribusi yaang berarti bagi kehidupan orang lain dan Kerajaan Allah. Hati nurani berhubungan dengan kedewasaan, dan juga sebagai saksi. Hati nurani adalah sebuah fungsi moral universal dalam manusia yang memberikan kesaksian untuk kesesuaian perilakunya dan sistem nilai moralnya. Ketidaksesuaian atau pelanggaran dari sistem nilai moral manusia dialami sebagai perasaan bersalah atau luka psikis. Oleh karena itu ada dua jenis perasaan bersalah, yaitu perasaan bersalah neurotik dan perasaan bersalah subjektif. Ada tujuh prinsip-prinsip dasar bagi para konselor yang perlu diperhatikan ketika berhubungan dengan hati nurani yaitu, sifat dasar dan fungsi hati nurani, klasifikasi hati nurani, pelanggaran terhadap hati nurani, penyembuhan terhadap hati nurani, penyebab-penyebab sakit yang lainnya, sistem nilai moral, fungsi pikiran.
Agape dan Tujuan Konseling Kristen
Terapi adalah sebuah kata yang berarti “memberikan kepedulian atau perhatian atau pertolongan kepada seseorang yang sakit dan sedang terluka. Terapi Agape adalah “sebuah hubungan” karena kita tidak dapat mengasihi tanpa adanya sebuah hubungan-“diantara dua orang atau lebih dimana konselor memakai semua sumber-sumber yang tersedia baginya yaitu sumber-sumber ilahi dan manusia. Empat hal pentingnya Agape dalam psikologi yaitu, 1. terapi Agape melibatkan keseluruhan pribadi, semua hubungan-hubungannya dan keseluruhan kehidupannya, 2. Agape mengubah kehidupan, 3. Agape adalah sumber ilahi,namun juga menempatkan tanggung jawab pada orang-orang yang terlibat, baik konselor ataupun konsele, 4. Agape adalah ekspresi tertinggi dari kedewasaan. Tujuan dari konseling adalah pembaharuan, kesembuhan, keutuhan dan kedewasaan. Hal yang sama Yesus gunakan yaitu, Yesus melihat manusia sebagaimana manusia itu adanya, Yesus masuk ke dalam penderitaan-penderitaan mereka dengan belas kasihan dan kemurahan hati, Yesus menggunakan sumber-sumber manusia dan ilahi.
Gaya Hidup Agape
Dosa mengakibatkan keberadaan manusia jauh dari Allah, diri sendiri, dan orang lain. komitmen gaya hidup Agape memampukan manusia untuk menyadari peningkatan potensi alaminya. Gaya hidup agape tergantung pada sebuah konsep Allah yang realistik. Ada lima prinsip mengenai konsep Allah, yaitu: 1. Konsep seseorang mengenai Allah adalah sebuah ekspresi dari keinginan alaminya untuk mengenal Allah, 2. Konsep seseorang mengenal Allah menentukan bagaimana ia berhubungan dengan Allah dan menentukan gaya hidup yang dihasilkannya, 3. Konsep seseorang mengenai Allah dapat berakar di dalam kepercayaan atau ketidakpercayaan, 4. Konsep Allah yang berakar di dalam ketidakpercayaan mengahsilkan pikiran-pikiran yang tidak rasional mengenai Allah- merasa bahwa Dia tidak mengasihi atau tidak peduli- dan sebuah hubungan yang tidak ada hubungan pribadi, tidak ada kepekaan, serta tidak ada kesanggupan, 5. Konsep seseorang mengenai Allah dapat berubah. Sementara itu konsep diri adalah “gambaran mental yang dimiliki seseorang akan dirinya sendiri. Empat prinsip penting dalam konsep diri, yaitu, sebuah konsep diri yang negatif sering menyebabkan seseorang mengalami salah satu atau lebih dari hal-hal berikut: pertama, kehancuran di dalam hubungan-hubungannya,sebuah perasaan mengenai keamanan yang salah, perbudakan emosional, tidak peka terhadap orang lain, dan kerusakan akan realitas. Kedua, sebuah konsep diri yang positif adalah sebuah tanda dari kedewasaan yang memberikan seseorang perasaan bernilai dengan kebebasan untuk bertumbuh dan mengasihi. Ketiga, konsep diri adalah sebuah produk dari berita (berita yang betul atau yang tidak betul) yang kita percaya tentang diri kita sendiri. Keempat, seseorang dapat mengembangkan sebuah konsep diri yang sehat dan memiliki agape atau kasih ilahi bagi dirinya sendiri dengan mengambil langkah untuk percaya akan siapa diri kita menurut pandangan Allah.
Terapi Agape: Proses
Sumber-sumber Manusia dan Ilahi
Sumber-sumber manusiawi terdiri dari konselor, konsele, orang-oraang penting, dan tim profesional. Empat hal yang perlu dimiliki oleh konselor agape yaitu, konselor sendiri perlu untuk mengalami agape, konselor perlu memiliki kehidupan yang bergaya hidup agape, konselor perlu alami kemampuan untuk mengkomunikasikan kasih agape secara efektif, dan konselor harus membangun sebuah perencanaan terapeutik. Tiga hal yang menjadi pedoman untuk bekerja dengan tim prosfesional yaitu, membangun sebuah persahabatan, mengenal pendekatan mereka, dan membangun sebuah hubungan kerja. Sementara itu sumber-sumber ilahi meliputi Yesus Kristus, Roh Kudus (Penghibur), Firman Allah (Alkitab), doa, hubungan agape dan puasa.
Komunitas yang efektif
Komunikasi yang efektif adalah sebuah proses (verbal dan non verbal) dari sebuah hubungan agape yang memampukan dua orang atau lebih untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya dalam kebenaran dan dalam kasih pada tingkatan rohani, psikologis, dan fisik dari kehidupan. Ini disebut “komunikasi agape.” Karakteristik-karakteristik komunikasi yang efektif adalah sederhana, realistis, kongruen (sepadan/sebangun), bertanggung jawab, mempercayai, mempelajari, berdasarkan pengalaman, dan berorientasi pada orang secara menyeluruh. Untuk meningkatkan komunikasi maka kita harus mendengarkan secara aktif, komunikasi secara langsung, menyelesaikan masalah-masalah. Mendengar secara aktif adalah mendengar dengan sangat baik kepada isi dan perasaan agar orang lain mengetahui bahwa ia telah di dengarkan. Sebuah pesan dalam komunikasi langsung adalah menggambarkan tingku laku, mengenai dan menyatakan perasaan-perasaan, dan menyatakan tingkah laku yang diinginkan.
Wawancara Pertama
Dalam wawancara pertama penting dilakukan adalah membangun hubungan. Hubungan agape dapat didemonstrasikan dengan memperlihatkan:1) kemurnian atau ketulusan 2) kehangatan yang tidak menguasai, 3)empati yang tepat, 4) pengharapan, 5) kejujuran, 6)motivasi konsele, 7)komunikasi yang efektif, 8) struktur, 9) batasan-batasan komunikasi, 10) penggunaan semua sumber-sumber (sumber manusiawi dan sumber ilahi). Dalam membangun perencanaan terapeutik ada tiga fase yang perlu dilakukan yaitu fase pertama adalah mengumpulkan keterangan, fase kedua membeerikan keterangan daan fase ketiga adalah membuat sebuah perjanjian.
Terapi Agape: Menerapkan Pelayanan
Pelayanan Kepada Suami-Istri
Pernikahan adalah sebuah proses percampuran dua hal yang berbeda secara bersama-sama. Unsur-usur yang harus ada dalam pernikahan adalah kasih dan struktur otoritas. Kasih adalah sebuah kondisi tetap ketika orang lain yang sedang berada dalam keadaan baik dan aman itu merupakan hal yang penting seperti bagi diri anda sendiri. Dalam proses pernikahan biasanya akan terjadi empat fase secara silih berganti yaitu: fase pembentukan, fase badai, fase norma, dan fase penampilan.
Pelayanan Kepada Orang yang ada Dalam Situasi yang Mengancam
Kasih karunia adalah kemurahan untuk orang-orang berdosa, pertolongan ditempat-tempat yang terberat, dan segala sesuatu yang tidak ada sesuatu apapun. Hal sama dengan kebaikan hati Allah bagi yang yang tidak baik. Terapi adalah menerapkan sesuatu untuk tubuh atau untuk pikiran dengan maksud memberikan kesembuhan. Kasih karunia adalah terapi. Seorang konselor harus dapat berperan sebagai perahu bagi Yesus untuk melayani, mengasihi dan menolong membebaskan, hadir di dalam penderitaan.
Pelayanan Kepada Orang Sakit yang tak Tersembuhkan
Proses menjelang kematian untuk orang itu sendiri menurut Eisabeth Kubler-Ross akan mengalami fase penolakan, marah, persetujuan, depresi dan pada akhirnya penerimaan. Sementara untuk keluarganya, menurut Wayne Oates akan mengalami fase terkejut, mati rasa, pergumulan, penerobosan, kenangan, dan penerimaan. Kunci pelayanan kepada orang yang akan meninggal yaitu tingkah laku, komunikasi, isi, karismata, dan Kristus.
Pelayanan Kepada Penderita Defresi
Depresi adalah suatu kondisi yang ada ketika arah dan vitalitas seseorang tidak cukup untuk memperoleh harapan-harapan yang didasarkan pada keinginan-keinginan atau hasrat dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi vitalitas adalah keturunan, kesehatan, dan kebersihan. Beberapa harapan didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan, tetapi banyak orang menghabiskan seluruh kehidupan untuk bekerja demi apa yang diinginkan, sehingga ketika harapan yang didasarkan pada keinginan tersebut tidak tercapai maka orang itu mengalami depresi.
Bibliografi: Rozel, Jack V. Konseling Kristen: Panduan Belajar. Diterjamahkan oleh Indrijanti Limanta Setyatmoko. Malang: STT Satyabahkti, 2004. Hal 1-362.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.