Oleh: Vadly
PENDAHULUAN
Pada masa ini orang sering kali melakukan hal-hal yang melanggar aturan-aturan, baik iu dari aturan yang telah ditetapkan oleh berbagai lembaga-lembaga Negara yang berwenangyang telah membuat aturan ataupun hukum, atau bahkan aturan-aturan dari agama mengenai ketetapan Allah. Hal ini mungkin disebabkan oleh suatu hal yang disebut sebagai kehendak bebas yang membuat manusia dapat melakukan dosa tanpa melihat apa yang mereka perbuat telah melanggar perintah/ketetapan Allah atau bahkan menyakiti hati Allah. Oleh sebab itulah pelanggaran yang telah dilakukan oleh mereka disebut Dosa. Seharusnya sebagai orang percaya harus dapat melihat manakah yang dikehendaki oleh Allah, apalagi bagi setiap pelayan Tuhan seharusnya telah mengetahui lebih banyak mengenai apa yang tidak dikehendaki oleh Allah.
Dalam hal seperti ini penulis akan memaparkan suatu kebenaran akan dosa berdasarkan teologi dari Rasul Paulus dalam surat-surat yang telah ditulisnya di dalam Alkitab. Dalam makalah ini akan dipaparkan seperti apakah dosa yang dimaksut oleh Paulus dalam tulisan-tulisannya. Kemudian dari makalah inidiharapkan dapat memberikan sebuah pencerahan dan pemahaman kepada orang-orang percaya pada masa kini sehingga mereka dapat menghargai apa yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus Kristus di atas Kayu Salib untuk menebuh dosa seluruh umat manusia.
LATAR BELAKANG
Pemikir terbesar dalam Perjanjian Baru yang telah menafsirkan makna pribadi dan pekerjaan Yesus adalah seorang Farisi yang telah bertobat yaitu Paulus. Paulus merupakam manusia dengan tiga dunia, yakni Yahudi, yunani dan juga Kristen. Ia dilahirkan di Tarsius, sebuah kota Yunani yang terletak di Kilikia, tetapi ia dibesarkan di sebuah keluarga Yahudi yang taat kepada adat istiadat Yahudi yang sangat keras. Tarsius terletak sekitar duapuluhan kilometer dari pantai laut tengah yang berkilau, Tarsius juga menjadi suatu rute perdagangan yang popular bagi para Kafilah yang membawa barang dagangan mereka dari Asia Timur menuju ke Roma bagian barat.
Gambaran pertama mengenai Paulus, yang pertama kali terlihat ialah sebagai Saulus dari Tarsius, ia merupakan orang yang sangat Brutal dan Berdarah. Charles mengataan bahwa Paulus lebih mirip dengan seorang teroris dari pada seorang pengiku Yudaisme yang setia.. ada 2 kondisi paulus ketika ia masi hidup dalam dosa. Pertama, kondisi Intelektual, Paulus bukanlah orang baru yang bodoh, yang tidak dapat membedakan mana yang benar dan yang salah. Dia merupakan seorang sarjana yang empnya reputasi tinggi dan pikiran yang cemerlang, namun intelek saja tidak cukup. Kedua, kondisi Moral, dalam perlawanannya melawan orang-orang Kristen, Paulus dituntunoleh kata hatinya yang ditentukan oleh noerma-norma moralnya. Ini membuatnya memounyai kedudukan moral yang sangat tinggi ditengah-tengah masyrakat, bagi mereka pelanggaran adalah adalah ketika percaya denngan iman kepada Yesus Kristus. Bagi mereka ini merupakan pelayanaan bagi Tuhan ketika membinasakan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus. Namun ia mengalami pertobatan ketika ia bertemu dengan Yesus pada waktu ia sedang menuju untuk memburu orang-orang Kristen di Tarsis. 1 kor 15:10a, Paulus menyatakan bahwa “tetapi karena kasih karunia Allah aku ada sebagaai mana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.”. ini menggambarkan bagai mana karena kasih karunia Allah lah yang telah menyelamatkan hidupnya dari dosa yang telah ia lakukan.
DEVINISI
Paulus juga menggambarkan dosa sebagai sarx (daging) untuk menyatakan dosa sebagai modus universal dari keadaan manusia. Dilain pihak, Paulus memakai daging untuk menyebut manusia dalam elemahan, kerapuhan, dan kebergantungannya kepada Allah, selain itu ia juga menggunakan istilah ini untuk menggambarkan manusia di dalam dosanya, sehingga kata ini menunjukan bahwa mmenjadi manusia berarti serupa dengan menjadi rang berdosa. Disatu pihak daging menggambarkan manusia itu sendiri, dilain pihak, daging diganmbarkan sebagai dosa yang berada dalam diri manusia.
BENTUK-BENTUK DOSA
Dosa Keturunan
Menurut Charles dalam bukunya beranggapan bahwa dosa keturunan diartikan sebagai dosa yang telah ada tau dibawa sejak lahir. Ia juga menjelaskan bahwa tidak ada keberadaan manusia yang tidak dipengaruhi oleh sifat atau tabiat dosa. Dalam surat Roma 5:12, menjelaskan sebuah keterkaitan antara dosa yaitu dosa Adam dan dosa yang diberikan kepada semua orang, artinya semua orang menjadi dosa bukan karena dosa pribadiya namun karena dosa yang telah diwariskan dari manusia pertama yaitu Adam.
Donald Guthrie juga berpendapat dalam bukunya bahwa istilah dosa keturunan atau dosa asal adalah kecondongan hati manusia berbuat dosa sebagai warisan turun-temurun. Melalui Adam semua orang mewarisi kecenderungan untuk berbuat dosa. Dalam penjelasannya dosa asal tidak diartikan bahwa manusia harus bertanggung jawab atas dosa Adam dan juga tidak berarti manusia pada awalnya diciptakan dalam keadaan berdosa, ia juga menerangkan bahwa manusia merupakan ciptaan yang sesuai dengan citra Allah, namun oleh karena dosa gambar diri Allah menjadi tercemar. Sehingga membuat musia menjadi terpisah dengan Allah. Dari beberapa pandangan diatas, bahwa keberdosaan semua manusia adalah sebuah warisan dari dosa Adam sehingga manusia tidak dapat berpaling dari dosa keturunan. Oleh sebab itu pada Roma 5:13, Paulus menyampaian bahwa keberdosaan semua orang bukan diakibatkan karena tidak melakukan Hukum Taurat tetapi dosa telah ada sebelum Hukum Taurat itu ada.
Dosa Pribadi
Dosa pribadi merupakan sebuah timdakan yang dilakukan secara pribadi (Roma 3:9-18), Paulus menjelaskan akan penghukuman atas setiap orang karena dosa yang telah dlakukan oleh mereka sendiri menurut Charles ia menjelaskan bahwa semua orang pasti melakukan dosa kecuali anak bayi. Dosa bukan semata-mata adalah bentuk perbuatan yang secara terang-terangan namun juga pemikiran. Ia juga memberikan contoh dosa pribadi seperti ketamakan, perbuatan asusila, penyembahan berhala Didalam Roma 5 :12, Paulus juga sedang menunjukkan keterlibatan semua di dalam satu (Adam dan Kristus). Tetapi hal ini jelas tidak mengubah fakta bahwa masuknya situasi menjadi berubah sejak masuknya dosa ke dalam dunia. Dosa telah memulai kekuasaannya yang mendatangkan petaka. Menjadi orang berdosa berarti berada di bawah kuasa dosa dan maut. Tetapi di ayat 19, Paulus tidak memaksudkan hal ini sebagai kerusakan pribadi atau bathin, atau sebagai keberdosaan pribadi dari semua orang, tetapi sebagai ditundukkannya manusia kepada penghukuman yang mendasari situasi dosa dan maut.
Kesimpulan dari Roma 5 : 12 – 21 tidak banyak membicarakan universalitas dosa sebagai kerusakan moral, tetapi dengan jelas mengindikasikan keberbagian semua orang dalam dosa Adam, yang membuat mereka dibawah kuasa dosa dan maut. Bagian ini sekali lagi menunjukkan bahwa struktur dasar teologi Paulus tidak bersifat individual, tetapi korporat dan sejarah penebusan. Teologi Paulus berkenaan dengan dua modus eksistensi yang berbeda, manusia lama dan manusia baru, yang ditentukan oleh aeon yang berbeda, dan terkait dengan keputusan yang diambil oleh Adam dan Kristus.38
JENIS-JENIS DOSA
Kakos memiliki arti tidak baik, biasanya kata ini dipakai untuk menyatakan suatu keadaan moral yang buruk, bandingkan (Roma 12:17, 13:3-4,10, 16:19; 1 Timotius 6:10).
Poneros, merupakan istilah dasar untuk kejahatan, dan hampir selalu menunjuk tentang kejahatan moral, (Roma 12:9; 1 Tesalonika 5:22).
Esebes, artinya keadaan tanpa kehadiran Allah, juga menunjukkan suatu pengertian tentang dosa bandingkan (Roma 1:18; 1 Timotius 1:9), lebih jauh lagi disebutkan sebagai orang-orang durhaka dalam Roma 4:5, 5:6, yang merujuk kepada orangorang yang belum diselamatkan.
Enokhos, artinya kesalahan dan biasanya menyatakan seseorang yang melakukan kejahatan sehingga patut mendapat hukuman mati, (1 Korintus 11:27).
Harmatia, artinya tidak mencapai sasaran, (Roma 5:12, 6:1; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21).
Adikia, menjelaskan setiap perbuatan yang tidak benar dalam dimensi dan arti yang luas. Kata ini merujuk kepada orang-orang yang belum diselamatkan, bandingkan (Roma 1:18; Roma 6:13), dan eprbuatan-perbuatan (2 Tesalonika 2:8).
Anomos, sering diterjemahkan dengan “kedurhakaan”, kata ini berarti melanggar undang-undang atau hukum dalam arti yang yang luas(1 Timotius 1:9), dan kepada antikristus, (2 Tesalonika 2:10).
Parabates, artinya melanggar atau orang berdosa, biasanya dihubungkan dengan pelanggaran khusus terhadap hukum, (Roma 3:23, 5:14; Galatia 3:19; Ibrani 9:15). 19
Agnoein, kata ini dihubungkan dengan ibadah yang menyesatkan yang ditujukan kepada allah lain(Roma 2:4).
Paraptoma, kata ini mengandung arti “ceroboh” yang dilakukan secara disengaja, Paulus memakainya sebanyak enam kali dalam surat-suratnya, bandingkan (Roma 5:15-20; 2 Korintus 5:19; Galatia 6:1; Efesus 2:1).
Hipokrisis, artinya, mengikuti penafsiran yang jelas-jelas salah, (pengertian ini tampaknya terdapat dalam kasus ketidaktegasan Petrus dalam Galatia 2:11-21), berpura-pura, guru-guru palsu, munafik, (1 Timotius 4:2).
AKIBAT DOSA
Diperbudak Dosa
Dosa adalah sebuah hal keji yang masuk ke dalam dunia dalan menancapkan tonggak kekuasaanya melalui pelanggaran Adam dan Hawa (Rom 5:12-21), sejak itulah seluruh umat manusia dalam perbudakan yang sangat mengerikan (Rom 3:9; Gal 3:22). Pada dasarnya manusia diciptkaan sebagi makhluk penyembah Allah, namun dosa telah membelokan kodrat manusia sebagai makhluk penyembah Allah menjadi penyembah dosa (iblis). Akibadat dari ahl ini sadar atau tidak sadar manusia secara almiah memiliki potensi berbuat dosa. Perhambaan dosa tidak melepaskan seseorang dari tanggung jawab pribadi. Diri seseorang tidak akan melawan, melainkan rela tunduk terhadap serangn dosa. Tubuh secar rela memberi diri atau menyerahkan anggota-anggota tubuh untuk menjadi hamba dosa.
Murka Allah
Konsep Paulus paling radikal dan paling menyeluruh untuk menunjukan akibad dosa adalah murka Allah (Rm. 5:9, 2:5; Ef. 5:6; Kol. 3:6; 1Tes 1:10). Jangan mengartikan murka Allah sebagai kuasa yang beroperasi secara bebas atau personifikasi dari karya jahat yang akan mendatangkan malapetaka, yang tidak lagi berda di bawah kendali Allah. Namun sebaliknya murka Allah diarahkan kepada keadilan dan kekudusan-Nya (Rm. 2:5; band. ay. 2, 11; 3:5). Datangnya murka Allah merealisasikan sanksi yang Ia kenakan bagi pelanggaran hukum-Nya yang Kudus. Secara theologies murka Allah dinyatakan dengan rusaknya relasi antara Allah dan manusia, yang bukan sekadar penarikan diri dari persekutuan dengan Allah, tetapi merupakan suatu keterasingan (Kol. 1:21, band. Ef. 2:12; 4:18) dan permusuhan yang bukan hanya dalam arti kejahatan manusia adalah perseteruan dengan Allah (Rm. 8:7; Kol. 1:21), tetapi juga bahwa bagi manusia, Allah telah menjadi musuh mereka (Rm. 5:10; 11:28) dan akibar dari ini semua adalah kematian, upah dosa dalam arti yang paling luas.
DOSA MENURUT PAULUS
Dalam tulisan Paulus, kata dosa selalu dipakai dalam bentuk tungal bukan jamak. Menurut Paulus dosa bukanlah kekilafanatau kekeliruan tertentu, melainkan yang menjad utama adalah pemberontakan terhadap Allah. Jadi pada dasarnya dosa bukanlah keinginan untuk berbuat apa yang jahat atau apa yang dilarang tetapi lebih tepatnya adalah keinginan untuk menetapkan kebeknaran diri sendiri dihadapan Allah. Jadi dosa merupakan suatu usaha untuk mendirikan kebenaran diri sendiri dari pada menerima kebenaran dari Allah. Dalam pengertian Paulus terkadang seolah-seolah dosa dan hukum taurat dipersamakan. Dalam penyelidikan lebih seksama yang menjelaskan maksut Paulus yaitu bahwa hukum taurat telah diselewngkan dari tujuan yang asli justru oleh Karena dosa. Maka dosa lah yang meperalat taurat agar peluang dibrikan keada manusia untuk membanggakan diri di hadapan Allah. Oleh sebab itu dlam Roma 3;20,Paulus menuliskan bahwa “tidak seorang pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum taurat, karena justru oleh hukum taurat orang mengenal dosa”.
KESIMPULAN
dalam hal ini dapat disimpulkan dosa adalah pikiran, sikap dan perbuatan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan kehendak dan perintah Allah. Dosa juga berarti pelanggaran terhadap hukum Tuhan. Demikian di dalam Surat Roma menarasikan mengenai kekristenan untuk berefleksi menggenai anggapan Allah yang berimbas mengenai anggapan tentang dosa. Dosa sebagai upaya, dosa sebagai pelanggaran (kemauan atau keinginan), dosa merupakan kekeliruan akibat perbuatan Adam, dosa merupakan kebodohan sebagai penolakan kasih karunia Allah dan dosa sebagai kelemahan atau keraguan dalam hal iman
DAFTAR PUSTAKA
George Eldon Ladd, Teologi Perjanjian Baru jilit 2, Bandung: Kalam Hidup, 2014
Charles R. Swindoll, Paulus seorang yang penuh kasih karunia dan tegar, Jakarta: Nafiri Gabriel, 2004
Herman Ridderbos, Paulus Pemikiran Utama Theologinya, Surabaya: Momentum, 2013
Charles C. Ryrie, Teologi Dasar 1, Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta, 2001
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 2, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995
J. Knox Chamblin, Paulus Dan Diri Ajaran Rasuli Bagi Keutuhan Pribadi, (Surabaya: Momentum, 2009), 42.
Herman Ridderbos, Paulus Pemikiran Utama Theologinya, Surabaya: Momentum, 2008
Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.