MAKNA MENDUKAKAN ROH KUDUS dalam EFESUS 4:30
Pendahuluan
Surat efesus ditulis ketika banyak gereja telah didirikan dan setelah Paulus mempunyai kesempatan untuk merenungkan hakikat dari organisasi baru yang terbentuk itu. Surat ini tidak ditujukan untuk mereka yang baru masuk dalam iman Kristen, tetapi kepada mereka yang telah mencapai kematangan tertentu dalam pengalaman rohani, dan ingin meningkat kepada pengetahuan dan kehidupan yang lebih penuh. Oleh karena jemaat sudah mulai banyak dan terjadi perpecahan maka, Paulus merasa perlu untuk mengirimkan surat ini. Hal ini juga didorong oleh adanya bidat Gnostik yang sudah muncul di jemaat. Pasal empat khusus mengungkapkan mengenai nasihat Paulus pada jemaat supaya bersatu dan memiliki hidup yang sepadan dengan panggilan Kristus, memelihara kesatuan Roh dalam satu Tubuh Kristus (4:1-16), dibaharui dalam Roh dan pikiran-manusia baru (4:17-32). Eksegesis ayat 29-32 berhubungan dengan jemaat yang saling mendustai dan membuat mereka saling berduka (4:25). Bukan hanya mereka yang saling mendukakan, namun Roh Kudus juga berduka atas perbuatan mereka (4:30). Mungkin itulah latar belakang Paulus menasihatkan mereka dalam ayat 29-32.MAKNA MENDUKAKAN ROH KUDUS dalam EFESUS 4:30
Makalah ini berisi penelitian penulis tentang makna mendukakan Roh Kudus yang dimaksud Paulus dalam surat Efesus 4:29-32. Adapun tujuan penulis adalah agar para pembaca lebih mengerti arti mula-mula dari mendukakan Roh Kudus dalam surat ini, dan harapan terbesar dari penulis bahwa hasil makalah ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari daripada gereja-gereja Kristen.
Surat Efesus ditulis bukan untuk membetulkan jemaat Efesus dalam doktrin mereka atau dalam tingkah laku mereka, melainkan untuk membangun jemaat Efesus dalam iman mereka supaya mereka lebih berkenan lagi kepada Kristus dan dapat melawan bidat Gnostik dengan lebih baik yang waktu itu sudah muncul di jemaat Kolose dan jemaat-jemaat lain di propinsi Asia.
Maka dapat disimpulkan bahwa surat Efesus ditulis untuk memberikan dorongan kepada jemaat di Efesus agar mereka bertumbuh dalam iman kepada Kristus dan mampu menghadapi ajaran-ajaran sesat yang sudah mulai menyebar pada waktu itu sehingga hidup mereka berkenan kepada Kristus.
1. 1. Penulisnya 1:1
2. 2. Para pembaca 1:1
3. 3. Keinginan Paulus 1:2
I. II. Pesan Paulus 1:3-6:20
1. 1. Kekayaan orang Kristen 1:3-3:21
a. a. Berkat-berkat yang diberikan kepada orang beriman 1:3-14
b. b. Doa Paulus untuk para pembaca 1:15-23
c. c. Karya yang dikerjakan dalam orang-orang Efesus 2:1-10
d. d. Perdamaian yang diadakan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi 2:11-12
e. e. Doa kedua yang dinaikkan untuk para pembaca pasal 3
1. 2. Cara Hidup orang Kristen 4:1-6:9
a. a. Orang Kristen harus hidup secara terhormat 4:1
b. b. Orang Kristen harus hidup dalam kesatuan yang lahiriah 4:2-16
c. c. Orang Kristen harus hidup dalam hidup baru 4:17-32
d. d. Orang Kristen harus hidup dalam kasih 5:1-2
e. e. Orang kristen harus hidup dalam terang 5:3-14
f. f. Orang Kristen harus hidup dengan bijaksana 5:15-21
g. g. Orang Kristen dalam keluarga harus hidup menurut perintah ilahi 5:22-6:9
1. 3. Peperangan orang Kristen 6:10-20
a. a. Perintah untuk menjadi kuat 6:10
b. b. Cara untuk menjadi kuat 6:11
c. c. Keperluan untuk menjadi kuat 6:12
d. d. Maksud untuk tetap kuat 6:11,13
e. e. Perlengkapan senjata yang diwajibkan untuk tetap kuat 6:13-20
I. III. Penutup 6:21-24
1. 1. Pembawa surat 6:21-22
2. 2. Doa berkat 6:23-24
“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia.”
Perkataan kotor dalam bahasa aslinya berasal dari kata “σαπρός” dibaca “sapros,” yang berarti, busuk; buruk; jahat. Ayat yang sejajar ada di dalam Matius 7:17 yang diterjemahkan dengan “yang tidak baik”. Jadi ayat ini berarti bahwa sebagai orang percaya, paulus sedang menasihati jemaat untuk tidak mengatakan perkataan kotor,buruk atau jahat tetapi perkataan yang baik. Dengan kata lain, Paulus sedang menasihati supaya jemaat itu berbuah yang baik dalam perkataan mereka, sehingga lewat perkataan mereka orang yang mendengar menjadi percaya (beroleh kasih karunia/iman).
“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”
Ayat 32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Konteks Historis
Penulis dan Waktu Penulisan
Dalam Efesus 1:1 dikatakan dengan jelas bahwa surat Efesus ditulis oleh Paulus. Menurut Autrey, Paulus menyurati jemaat di Efesus dari rumah sewa yang menjadi penjaranya di Roma sekitar tahun 62. Meril C. Tenney memiliki pendapat yang lain mengenai penulis dan waktu penulisan kitab ini, ia mengatakan bahwa Paulus pada waktu ia menulis didampingi oleh Aristarkhus dan Epafras (Kisah 20:4), sekitar tahun 60 atau 61. Jauh lebih berbeda lagi diungkapkan oleh C. Groenen Ofm, ia mengatakan bahwa Paulus bukanlah penulisnya.Namun gereja yang mula-mula dengan suara bulat percaya bahwa Paulus yang menulis Surat Efesus. Maka dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis oleh Paulus yang ditemani oleh Aristarkhus. Sementara itu waktu penulisan dan tempat penulisan tidak dapat dipastikan. Menurut Autrey, surat Efesus ditulis dan dikirim bersamaan dengan surat Filemon dan Kolose. Tenney juga memiliki pendapat yang sama, bahwa surat Efesus ditulis bersamaan dengan surat Filemon dan Kolose. Jadi kemungkinan terbesar waktu dan tempat penulisan dari surat Efesus sekitar tahun 61-62 di Roma.Penerima dan Hubungannya dengan Penulis
Dalam pasal 1 ayat 1, jelas bahwa surat ini ditujukan kepada orang-orang kudus dan yang sudah percaya kepada Kristus. Paulus menulis surat ini kepada sahabat sahabatnya dan jemaat di Efesus. Autrey juga menyimpulkan hal yang sama, ia berkata bahwa surat itu ditujukan kepada jemaat di Efesus dengan memberikan alasan, lebih banyak bukti yang mendukung pendapat ini. Duyverman mengatakan bahwa: “Paulus mengenal baik-baik jemaat di Efesus dan dua tahun lebih ia bekerja di kota itu.” Dapat disimpulkan bahwa Paulus sangat dekat dengan penerima suratnya.Tujuan Penulisan
Paulus menulis surat Efesus supaya para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih, hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia, sehingga hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus. Paulus bertujuan untuk menguatkan iman dan dasar rohani jemaat di Efesus dengan menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan dalam Kristus bagi gereja dan semua orang. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Jarry Autrey, ia mengatakan bahwa:Surat Efesus ditulis bukan untuk membetulkan jemaat Efesus dalam doktrin mereka atau dalam tingkah laku mereka, melainkan untuk membangun jemaat Efesus dalam iman mereka supaya mereka lebih berkenan lagi kepada Kristus dan dapat melawan bidat Gnostik dengan lebih baik yang waktu itu sudah muncul di jemaat Kolose dan jemaat-jemaat lain di propinsi Asia.
Maka dapat disimpulkan bahwa surat Efesus ditulis untuk memberikan dorongan kepada jemaat di Efesus agar mereka bertumbuh dalam iman kepada Kristus dan mampu menghadapi ajaran-ajaran sesat yang sudah mulai menyebar pada waktu itu sehingga hidup mereka berkenan kepada Kristus.
Tema-Tema Teologis
Jarry Autrey menyimpulkan kitab ini ke dalam tiga bagian, yaitu: kekayaan orang Kristen (1:3-3:21), cara hidup orang Kristen (4:1-6:9), peperangan orang Kristen (6:10-20). Sementara itu, tema dari kitab ini secara keseluruhan adalah Kristus dan Gereja. Hal ini berarti bahwa kekayaan orang Kristen ada di dalam Kristus dan Gereja, cara hidup orang Kristen di dalam Kristus dan Gereja dan peperangan orang Kristen. Petunjuk-petunjuk mengenai hal inilah yang sedang Paulus sampaikan kepada jemaat di Efesus. Paulus ingin supaya jemaat dan gereja di Efesus bertumbuh dalam iman kepada Kristus.Latar Belakang Kota
Kota Efesus terletak di pesisir barat Asia Kecil dan menjadi pusat perdagangan dan pelabuhan yang tergolong terbesar di kawasan timur Laut Tengah. Selain pusat perdangan, di dalam bidang agama juga kota ini meningkat pada masa pemerintahan Roma. Penyembahan kepada kaisar diberlakukan, dimotori oleh wangsa Julius, disertai juga penyembahan kepada dewi Artemis. Dari keadaan kota Efesus maka dapat disimpulkan bahwa Efesus adalah kota yang sangat cepat untuk penyebaran agama karena pusat perdagangan. Selain dari itu kota ini juga memiliki penduduk yang padat dan lebih maju dibandingkan dengan daerah disekitarnya.Konteks Sastra
Konteks Luas
I. I. Pendahuluan 1:1-21. 1. Penulisnya 1:1
2. 2. Para pembaca 1:1
3. 3. Keinginan Paulus 1:2
I. II. Pesan Paulus 1:3-6:20
1. 1. Kekayaan orang Kristen 1:3-3:21
a. a. Berkat-berkat yang diberikan kepada orang beriman 1:3-14
b. b. Doa Paulus untuk para pembaca 1:15-23
c. c. Karya yang dikerjakan dalam orang-orang Efesus 2:1-10
d. d. Perdamaian yang diadakan antara orang Yahudi dan bukan Yahudi 2:11-12
e. e. Doa kedua yang dinaikkan untuk para pembaca pasal 3
1. 2. Cara Hidup orang Kristen 4:1-6:9
a. a. Orang Kristen harus hidup secara terhormat 4:1
b. b. Orang Kristen harus hidup dalam kesatuan yang lahiriah 4:2-16
c. c. Orang Kristen harus hidup dalam hidup baru 4:17-32
d. d. Orang Kristen harus hidup dalam kasih 5:1-2
e. e. Orang kristen harus hidup dalam terang 5:3-14
f. f. Orang Kristen harus hidup dengan bijaksana 5:15-21
g. g. Orang Kristen dalam keluarga harus hidup menurut perintah ilahi 5:22-6:9
1. 3. Peperangan orang Kristen 6:10-20
a. a. Perintah untuk menjadi kuat 6:10
b. b. Cara untuk menjadi kuat 6:11
c. c. Keperluan untuk menjadi kuat 6:12
d. d. Maksud untuk tetap kuat 6:11,13
e. e. Perlengkapan senjata yang diwajibkan untuk tetap kuat 6:13-20
I. III. Penutup 6:21-24
1. 1. Pembawa surat 6:21-22
2. 2. Doa berkat 6:23-24
Konteks Sempit
Ayat Sebelum
Ayat 29“Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, dimana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih karunia.”
Perkataan kotor dalam bahasa aslinya berasal dari kata “σαπρός” dibaca “sapros,” yang berarti, busuk; buruk; jahat. Ayat yang sejajar ada di dalam Matius 7:17 yang diterjemahkan dengan “yang tidak baik”. Jadi ayat ini berarti bahwa sebagai orang percaya, paulus sedang menasihati jemaat untuk tidak mengatakan perkataan kotor,buruk atau jahat tetapi perkataan yang baik. Dengan kata lain, Paulus sedang menasihati supaya jemaat itu berbuah yang baik dalam perkataan mereka, sehingga lewat perkataan mereka orang yang mendengar menjadi percaya (beroleh kasih karunia/iman).
Ayat Sesudah
Ayat 31“Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan.”
Ayat 32
“Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu.
Kedua ayat diatas adalah pernyataan yang saling bertentangan. Ayat 31 menasihati untuk membuang, sementara ayat 32 mengajak untuk mengenakan atau memakai. Jarry autrey menyimpulkannya dengan arti, membuang segala keburukan dan mengenakan segala kebaikan. Hal dapat diartikan bahwa, Paulus sedang menasihati jemaat di Efesus untuk memiliki kehidupan yang berkualitas Kristus, sebagai manusia baru di dalam Kristus. Ayat-ayat sebelumnya menjelaskan bahwa seorang yang sudah percaya harus meninggalkan kehidupannya yang lama dan mengenakan kehidupan yang diajarkan Kristus. Hidup baru adalah kehidupan di dalam keramahann satu dengan yang lain, penuh dengan kasih dan saling mengampuni. Dasar dari semua kehidupan kekristenan itu adalah Kristus. Paulus sedang mengajar dan menasihati jemaat Efesus untuk memiliki kehidupan yang semakin berkenan kepada Kristus. Dengan hidup berkenan kepada Kristus maka kehidupan orang percaya pun akan menyenangkan Roh Kudus. Hal ini tercermin dalam kehidupan orang percaya dengan orang-orang disekitar mereka.
“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
Penyelidikan Teks
Ayat 30“Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memateraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
Kata mendukakan berasal dari kata “λμπέω” yang memiliki arti menyedihkan; merasa sedih; menyakiti; merusak, (sama dengan Mat. 14:9 Mat.17:23). Sedangkan kata memateraikan berasal dari kata “σϕραγίζω” yang memiliki arti menyegel (agar aman tertutup); menandai dengan segel atau mensahkan dengan segel; mengakui (sama dengan Yoh 6: 27;2Kor.1:22). Demikian juga kata penyelamatan berasal dari kata “άπολύτρωσις” yang memiliki arti pembebasan, penebusan yang sama dengan Ef.1:7, Ef 1:14. Dari arti dasar yang diatas, maka dapat diambil pengertian bahwa Roh Kudus adalah pribadi yang telah menyegel, mensahkan dan mengakui setiap orang percaya pada hari penebusan, pembebasan nantinya. Oleh karena itu, Paulus menasihati orang percaya untuk tidak mendukakan Roh Kudus, hal ini berarti orang percaya jangan menyakiti Roh Kudus, membuat sedih.
Thiessen mengatakan bahwa, memeteraikan berarti Roh Kuduslah yang memberikan jaminan, hak milik, keamanan dan mengangkat orang percaya sebagai anak dan yang bersaksi bersama-sama dengan roh orang percaya sebagai anak-anak Allah (Roma 8:16; bandingkan Galatia 4:6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Alkitab, mengatakan bahwa tubuh kita adalah tempat berdiamnya Roh Kudus. Apabila Roh Kudus berdiam di dalam diri kita, maka kita harus melakukan kehendak-Nya, jika kita tidak melakukan kehendak-Nya maka kita sedang membua Ia bersedih (berduka).
Erickson mengatakan bahwa Roh Kudus adalah pribadi, Ia sama dengan Allah dan satu di di dalam keTritunggalan Allah. Oleh karena itu, apabila kita mendukakan Roh Kudus, berarti kita juga sedang mendukakan Allah. Bukan hanya Allah saja yang dibuat berduka, namun seluruh Pribadi dalam Tritunggal berduka. Oleh karena hal inilah maka Paulus merasa perlu untuk menasihati jemaat ini.
Stephanus mengatakan bahwa. "mendukakan" artinya menghina dan mempermalukan, sementara sikap mendukakan Roh Kudus artinya mengatakan dan melakukan hal-hal yang pasti tidak Ia terima, hal-hal yang menghalangi Dia untuk terlibat dalam hidup kita secara maksimal sesuai yang Ia inginkan. Dengan kata lain, ketika seorang percaya berbuat dosa, maka pada saat itulah ia mendukakan Roh Kudus.
Stephanus juga menambahkan bahwa saat Roh Kudus kita dukakan, maka Roh Kudus tidak bisa memeteraikan kita, dan dengan kata lain, kita tidak bisa menikmati berkat anugrah dan perlindungan Allah dari tangan-tangan si jahat. Roh Kudus hadir di bumi untuk terlibat dengan manusia yang menginginkan Dia pada tempat yang seharusnya. Namun, jika manusia berjalan dalam keinginan dan hawa nafsunya terlepas dari perintah-perintah Tuhan, maka Roh Kudus tidak bisa terlibat di dalamnya dan membuat-Nya berduka. Oleh karena hal itu, maka Roh Kudus juga tidak bisa memeteraikan manusia itu pada hari penyelamatan. Karena manusia itu telah menutup pintu untuk Roh Kudus bekerja dalam kehidupannya.
Brian J, Bailey. Prajurit Kristus: Suatu Eksposisi dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus. Jakarta: Harvest Publication House, t.t.
Duyverman, M.E. Pembimbing kepada Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966.
Erickson, Millard J. Teologi Kristen, vol. 3. Malang: Gandum Mas,2004.
Ofm, C. Groenen. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1984.
Stephanus Arief, Mendukakan Roh Kudus [Artikel on-line]; diambil dari http://max4christ.blogspot.com/2010/12/mendukakan-roh-kudus.html; Internet; diakses 28/11/2013.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1992.
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika, direvisi oleh Vernon D. Doerksen. Malang: Gandum Mas, 2008.
Thiessen mengatakan bahwa, memeteraikan berarti Roh Kuduslah yang memberikan jaminan, hak milik, keamanan dan mengangkat orang percaya sebagai anak dan yang bersaksi bersama-sama dengan roh orang percaya sebagai anak-anak Allah (Roma 8:16; bandingkan Galatia 4:6). Hal ini sesuai dengan pernyataan Alkitab, mengatakan bahwa tubuh kita adalah tempat berdiamnya Roh Kudus. Apabila Roh Kudus berdiam di dalam diri kita, maka kita harus melakukan kehendak-Nya, jika kita tidak melakukan kehendak-Nya maka kita sedang membua Ia bersedih (berduka).
Erickson mengatakan bahwa Roh Kudus adalah pribadi, Ia sama dengan Allah dan satu di di dalam keTritunggalan Allah. Oleh karena itu, apabila kita mendukakan Roh Kudus, berarti kita juga sedang mendukakan Allah. Bukan hanya Allah saja yang dibuat berduka, namun seluruh Pribadi dalam Tritunggal berduka. Oleh karena hal inilah maka Paulus merasa perlu untuk menasihati jemaat ini.
Stephanus mengatakan bahwa. "mendukakan" artinya menghina dan mempermalukan, sementara sikap mendukakan Roh Kudus artinya mengatakan dan melakukan hal-hal yang pasti tidak Ia terima, hal-hal yang menghalangi Dia untuk terlibat dalam hidup kita secara maksimal sesuai yang Ia inginkan. Dengan kata lain, ketika seorang percaya berbuat dosa, maka pada saat itulah ia mendukakan Roh Kudus.
Stephanus juga menambahkan bahwa saat Roh Kudus kita dukakan, maka Roh Kudus tidak bisa memeteraikan kita, dan dengan kata lain, kita tidak bisa menikmati berkat anugrah dan perlindungan Allah dari tangan-tangan si jahat. Roh Kudus hadir di bumi untuk terlibat dengan manusia yang menginginkan Dia pada tempat yang seharusnya. Namun, jika manusia berjalan dalam keinginan dan hawa nafsunya terlepas dari perintah-perintah Tuhan, maka Roh Kudus tidak bisa terlibat di dalamnya dan membuat-Nya berduka. Oleh karena hal itu, maka Roh Kudus juga tidak bisa memeteraikan manusia itu pada hari penyelamatan. Karena manusia itu telah menutup pintu untuk Roh Kudus bekerja dalam kehidupannya.
Kesimpulan
Efesus 4:30 memberitahu kita bahwa kita tidak boleh “mendukakan” Roh Kudus. Mendukakan artinya membuat Roh Kudus bersedih, dimana Ia adalah pribadi yang memiliki perasaan. Kita dapat “mendukakan Roh Kudus dengan bertindak seperti orang yang belum percaya (4:17-19), dengan menyerah kepada natur dosa kita (2:22-24), dengan berdusta (4:25), dengan perkataan yang tidak mencerminkan Kristus(4:29), dengan kemarahan (4:32), dengan percabulan (5:3-5). “Mendukakan” Roh Kudus adalah melakukan hal yang berdosa baik dalam pikiran dan perbuatan, maupun hanya dalam pikiran. Roh Kudus tidak bisa memateraikan kita jika kita mendukakan-Nya. Oleh karena itu, marilah hidup sesuai dengan kehendak-Nya serta mencerminkan kehidupan yang berkarakter Kristus dan mempermuliakan nama-Nya melalui hidup kita.DAFTAR KEPUSTAKAAN
Autrey, Jarry. Surat Kiriman Penjara. (Malang: Gandum Mas, 2001.Brian J, Bailey. Prajurit Kristus: Suatu Eksposisi dari Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus. Jakarta: Harvest Publication House, t.t.
Duyverman, M.E. Pembimbing kepada Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1966.
Erickson, Millard J. Teologi Kristen, vol. 3. Malang: Gandum Mas,2004.
Ofm, C. Groenen. Pengantar ke Dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1984.
Stephanus Arief, Mendukakan Roh Kudus [Artikel on-line]; diambil dari http://max4christ.blogspot.com/2010/12/mendukakan-roh-kudus.html; Internet; diakses 28/11/2013.
Tenney, Merril C. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1992.
Thiessen, Henry C. Teologi Sistematika, direvisi oleh Vernon D. Doerksen. Malang: Gandum Mas, 2008.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.