MAKNA PERSEMBAHAN
BERDASARKAN IMAMAT 1:1-17
(Pardomuan Marbun)
Berbicara mengenai persembahan sering kali kita memberikan dengan sembarang saja. Banyak kali di antara kita memberi persembahan tanpa ada persiapan sebelumnya dan memilih apa yang ada saja di dompet atau kantong jika tiba waktunya memberikan persembahan. Hal itupun kita lakukan dan sering memilih yang pecahan uang dengan nominal paling kecil. Jika kita mau jujur, maka seringkali dalam memberi persembahan kita kepada Tuhan dengan asal-asalan saja. Kita mempersembahkan dengan sembarangan saja, dan bahkan sering kali kita berat hati dalam mempersembahkan sesuatu.
Memberi dengan asal-asalan maupun serampangan pastinya tidak akan memperkenan hati Tuhan. Justru malah sebaliknya, persembahan kita menjadi tidak berarti dan tidak menyenangkan bagi Tuhan. Oleh karena itulah menjadi penting sekali bagi kita memperhatikan arahan Tuhan dalam hubungannya dengan persembahan. Tuhan tidak mau kita mempersembahkan sesuatu kepadaNya dengan asal-asalan. Oleh karena itulah Tuhan memberikan petunjuk-petunjuk dalam mempersembahkan segala sesuatunya kepada Tuhan. Hal ini dapat kita lihat di dalam kitab Imamat secara khusunya yang mengatur berbagai petunjuk dalam mempersembahkan kepada Tuhan.
Dalam artikel kali ini kita akan melihat bagaimana arahan Tuhan dalam mempersembahkan korban kepada Tuhan secara khusus berdasarkan Imamat 1:1-17. Hal ini bertujuan untuk menjadi tuntunan bagi kita sehingga ketika mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, maka persembahan kita menyenangkan hatinya.
Melalui Imamat 1:1-17 paling tidak ada tiga prinsip kebenaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita setiap hari dalam hubungannya dengan mempersembahkan kepada Tuhan.
1. Tuhan memberi Petunjuk mengenai persembahan
Dalam Imamat 1:2, Allah berbicara kepada Musa untuk disampaikan kepada bangsa Israel bagaimana mereka harus mempersembahkan korban kepada Tuhan. Tuhan memberikan aturan yang jelas dan sangat detail tentang apa dan bagaimana persembahan itu harus diberikan. Allah menetapkan bahwa umat Israel haruslah mempersembahkan ternak kepada Tuhan, berupa lembu sapi, maupun kambing domba. Ini adalah ketetapan Allah bagi umat Israel dalam memberi persembahan kepada Tuhan. Oleh karena itu memberi persembahan tidak boleh asal-asalan, tidak boleh serampangan ataupun suka-suka kita, melainkan harus sesuai dengan petunjuk Tuhan. Persembahan yang akan kita berikan kepada Tuhan harus benar-benar dipersiapkan sesuai arahan firmanNya.
2. Tuhan meminta persembahan yang tidak bercela dan menyenangkan bagiNya
Persembahan yang diberikan kepada Tuhan haruslah yang terbaik. Tuhan memerintahkan bahwa persembahan itu haruslah yang tidak bercela (Imamat 1:3). Persembahan itu harus dipilih dan dipersiapkan dari awal, sehingga dapat dipastikan bahwa itu tidak bercela apalagi cacat. Persembahan tidak boleh sembarangan, asal-asalan, cacat cela dengan tujuan untuk menyenangkan hati Tuhan. Di dalam Imamat 1:3,9,10, 13 dan 17 diulang-ulang bahwa baunya harus menyenangkan bagi Tuhan. Jadi tujuan dari persembahan yang tidak bercela adalah untuk berkenan kepada Tuhan dan menyenangkan bagiNya. Memberi sesuatu yang dapat menyenangkan yang menerimanya yaitu Tuhan adalah suatu kepuasan tertinggi. Itulah yang harusnya menjadi tujuan manusia itu. Oleh karena itu mari kita selalu mempersiapkan diri kita untuk selalu memberi yang terbaik kepada Tuhan.
Jika dalam Imamat 1 korban persembahan berupa binatang yang disembelih dan dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban bakaran, namun dalam Perjanjian Baru secara khusus tulisan Paulus dengan jelas menasihatkan kepada jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah (Roma 12:1). Kita melihat ada kesamaan prinsip dari persembahan itu sendiri, yaitu kudus dan berkenan kepada Allah. Namun ada perbedaan yang jelas di dalam Perjanjian Baru bahwa persembahan itu adalah tubuh kita sendiri, bukan lagi binatang/ternak.
Tubuh yang dimaksud oleh Paulus adalah totalitas kehidupan kita bukan lah tubuh jasmani saja, melainkan semua yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Ini berbicara seluruh aspek kehidupan pikiran, perasaan, perkataan, perbuatan dan karakter kita sehari-hari harus kudus dan berkenan kepada Tuhan. Itulah ibadah kita yang sejati, itulah persembahan kita yang sesungguhnya. Jadi kita harus memberikan selalu kehidupan yang terbaik bagi Tuhan dalam keseharian.
3. Tuhan memberikan kesempatan untuk setiap orang dapat mempersembahkan yang terbaik.
Dalam ayatnya yang ke 3, Tuhan memerintahkan untuk mempersembahkan lembu. Kemudian di dalam ayat 10, Tuhan memerintahkan untuk mempersembahkan kambing-domba dan dilanjutkan dalam 14 yang berbicara mengenai persembahan burung merpati atau tekukur. Melalui hal ini kita melihat jenis persembahan yang diterima oleh Tuhan sesuai dengan kemampuan si pemberi. Tuhan menerima semua jenis persembahan tersebut. Tuhan tahu kemampuan setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itulah Tuhan memberi kesempatan untuk setiap orang, baik kaya maupun miskin untuk tetap dapat memberikan yang terbaik bagi Tuhan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Jika ada yang kaya dan sanggup mempersembahkan lembu, silahkan, Tuhan menerimanya, tetapi jika umat itu tidak sanggup mempersembahkan lembu, dapat mempersembahkan kambing-domba. Bahkan jika tidak mampu mempersembahkan kambing-domba, maka Tuhan menerima burung merpati ataupun Tekukur. Jadi setiap orang memiliki kesempatan untuk memberikan yang terbaik sesuai kesanggupannya masing-masing.
Prinsip dalam memberi ini adalah yang terbaik dari apa yang kita mampu. Hal ini jugalah yang diajarkan oleh Yesus kepada murid-muridNya ketika memperhatikan persembahan seorang janda dengan dua peser dibandingkan dengan persembahan orang kaya (Lukas 21:1-4). Yesus memuji janda miskin tersebut karena memberi lebih banyak dari apa yang diberikan oleh orang-orang kaya itu. Hal ini dilakukan Yesus, karena orang-orang kaya itu memberi persembahan dari kelimpahannya sedangkan janda miskin ini memberi dari kekurangannya, bahkan seluruh nafkahnya..
Saudara-saudara dalam memberi yang terpenting adalah yang terbaik dari yang kita punya, bukan yang terbanyak dari orang lain. Oleh karena itu, persembahkanlah sesuatu yang terbaik bagi Tuhan menurut kesanggupan yang dilimpahkan Tuhan bagi kita masing-masing. Jika anda tidak memiliki uang lebih seperti orang kaya, berilah waktu yang terbaik bagi Tuhan, berilah tenaga yang terbaik bagi pelayanan, berilah talenta anda yang terbaik bagi Tuhan.
Sebagai penutup, saya mengajak kita semua untuk selalu mempersiapkan yang terbaik bagi Tuhan dalam segala aspek hidup kita sebagai persembahan kita bagi Tuhan. Jika selama ini kita masih mempersembahkan korban dengan asal-asalan bagi Tuhan, saat ini mari kita bertobat dan berkomitmen untuk selalu memberikan yang terbaik dan berkenan kepada Tuhan. Kiranya Berkat Kasih karunia Allah senantiasa menyertai kita selalu.
Mantap 👍👍
ReplyDeleteTerimakasih, kiranya bisa jadi berkat.
ReplyDelete