Teratur Membaca Alkitab



Teratur membaca Alkitab


Menurut KBBI, kata teratur merupakan sesuatu yang sudah diatur dengan baik dan dilakukan secara berturut-turut.[1] Hidup secara teratur bisa juga dikaitkan dengan hidup yang disiplin. Seseorang yang melakukan segala sesuatu dengan teratur, artinya ia mampu menjalani hidupnya dengan baik.[2] Teratur membaca Alkitab dapat di katakan di mana seseorang mampu mengatur waktunya dan mampu membaca Alkitab dengan berturut-turut sesuai dengan jadwal yang sudah di atur. Membaca Alkitab dengan teratur merupakan sebuah kegiatan pendisiplinan diri yang sangat baik sebagai orang percaya. Ketika seseorang mampu dengan teratur melakukan pembacaan Alkitab dan ia menyadari betapa pentingnya untuk membaca Alkitab, secara tidak langsung akan ada sebuah “kebiasaan” yang terbangun. Sehingga dengan kebiasaan itu yang akan membawanya kepada perasaan terus bergantung kepada firman Tuhan.[3] Dengan terus teratur membaca kebenaran Firman Tuhan maka seorang anak akan mampu mengenal Tuhan dan mengenal kebenaran.[4]

Dalam beberapa penelitian, ternyata tidak begitu banyak presentase orang percaya yang mampu membaca Alkitab secara teratur secara khusus di kalangan anak-anak muda.[5] Bahkan tidak sedikit juga banyak orang yang menjadi pembacaan Alkitab sebagai suatu sarana untuk membawa ia tidur. Hal ini cukup miris secara khusus bagi anak-anak ada masa kini.

Teratur Berdoa

Doa merupakan sebuah hubungan antara manusia dan Allah untuk saling berkomunikasi. Ketikaseseorang berdoa artinya ia sedang berhadapan langsung dengan Allah.[6] Oleh sebab itu merupakan sebuah hubungan yang cukup vital dan personal dengan Tuhan. Doa juga dikatakan seperti darah yang mengalir dalam iman kepercayaan bagi setiap orang percaya,[7] dan doa tidak dapat dipisahkan di dalam kehidupan orang-orang percaya. Bahkan ada juga yang melihat bahwa seluruh kehidupan beriman itu merupakan suatu kesatuan hidup berdoa.[8]

Menyadari betapa pentingnya doa bagi orang percaya, oleh sebab itu perlu adanya kesadaran untuk melakukan disiplin doa secara teratur. Dalam mendisiplin diri untuk berdoa perlu adanya pengorbanan dan menyediakan waktunya untuk berdoa.[9] Mekipun manusia telah diberikan waktu 24 jam, masih akan sangat sulit untuk beberapa orang memberi sedikit saja waktunya untuk berdoa. Perlu menjadi hal yang diperhatikan di mana sikap hati yang malas berdoa merupakan sebuah dosa yang menyebabkan seseorang terhalang untuk mengenal Yesus lebih dalam.[10]

J.C. Ryle mengatakan bahwa kekristenan sesorang Kristen yang suka berdoa akan lebih nyata dibandingkan mereka yang tidak suka berdoa.[11] Artinya adalah ketika seseorang membangun hubungannya dengan Tuhan secara dalam melalui berdoa, maka akan ada perubahan secara signifikan yang dilihat di dalam dirinya. Oleh sebab itulah dalam teratur berdoa, perlu sekali untuk memeriksa hatinya apakah ketika ia memberi waktu untuk berdoa tidak hanya sebuah rutinitas belaka. Perlu di sadari bahwa doa yang sejati bukanlah doa yang sekedar cukup memberikan waktunya tetapi doa yang sejati adalah di mana seseorang mengerti bahwa ketika ia membangun mezbah doa adalah karena ia mengasihi Allah.[12]

Di dalam kehidupan berdoa juga perlu adanya sebuah perubahan. Menurut Foster dalam bukunya “Berdoa berarti mengubah”.[13] Artinya di dalam berdoa perlu adanya kesadaran seseorang untuk tidak hanya sekedar datang kepada Allah lalu meminta berkat dan menyatakan apa yang di alami namun juga adanya kesadaran untuk berubah dari kehidupan yang lama kepada kehidupan yang dikehendaki oleh Allah.



Teratur Pelayanan

Pada hakikatnya, manusia tidak dapat terpisahkan dengan dunia pelayanan bahkan dimulai sejak lahir bahkan sampai meninggal duniapun, manusia akan selalu saja berada dalam proses pelayanan baik itu dilayani ataupun melayani.[14] Di dalam kehidupan orang percaya juga tak terlepas dari yang dinamakan pelayanan. Seorang yang mau memberi diri untuk melayani menyadari bahwa betapa besarnya kasih Tuhan bagi mereka. Dalam kehidupan pelayanan, perlu disadari bahwa pelayanan adalah sebuah anugerah. Di mana dalam pelayanan kita yang sebenarnya tidak layak diperkenankan dan diizinkan untuk melayani Dia.[15] Namun karena begitu besarnya anugerah Allah, kitapun diperkenankan dan dilayakkan untuk bisa melayani Dia.

Dalam melayani, seseorang harus haruslah dengan jalur dan jalannya Tuhan.[16] Artinya adalah dalam melakukan sebuah pelayanan perlu untuk menjadikan Yesus sebagai teladan yang baik. Dapat dilihat bagaimana Yesus selama Ia berada di bumi. Salah satunya adalah pelayananNya diutamakan kepada penginjilan.[17] Orang-orang percaya yang melayani, perlu memperhatikan hal ini. Di dalam melakukan pelayanan, tujuan utama adalah memberitakan injil bukanlah untuk keperntingan pribadi atau mencari uang.



Teratur Beribadah

Dalam bahasa Yunani kata “ibadah” merupakan “proskuneo” yang diartikan sebagai tanda penghargaan dan pernghormatan dengan cara berlutut dan mencium tanah, hal ini dilakukan untuk menyatakan rasa hormat atau membuat permohonan kepada Allah.[18] Dengan beribadah juga, perasaan hampa dari manusia seakan terpenuhi, karena menurut salah satu pakar mengatakan bahwa di dalam hidup manusia Allah sengaja menciptakan sebuah lubang yang hanya bisa diisi oleh Allah itu sendiri.[19] Sehingga setiap orang yang merasakan adanya kekurangan pasti menyadari betapa pentingnya dirinya untuk diisi oleh Allah.

Dalam melakukan ibadah, tidak terlepas dari penyembahan. Sebuah penyembahan yang benar berasal dari hati yang sungguh-sungguh dan tulus dan sebuah penyembahan berarti mengalami realitas yang mampu menyentuh seluruh kehidupan seseorang. Sehingga melalui penyembahan seseorang mampu lebih dalam mengenal, merasakan serta mengalami kehadiran Kristus di dalam ibadahnya.[20] Seseorang yang melakukan penyembahan kepada Tuhan perlu memiliki motivasi yang benar sehingga ia bisa benar-benar menghadirkan Allah di dalam ibadah penyembahnya. Penyembahan dan ibadah yang murni adalah ketika fokus utama adalah kepada Tuhan saja.[21]







[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia.

[2] M. Noor Said, Hidup Teratur Dengan Jujur dan Disiplin (TK: ALPRIN: 2020), 39.

[3] Watchman Nee, Cara Membaca Alkitab (__: Yasperin, 2020).

[4] Indra instutute

[5] Verne Becker, et all, Muda-Mudi, Inilah Jawabnya.(Jakarta: Gunung Mulia, 2002), 57.

[6] Harison J Ompusunggu, 100 Renungan Doa: Menjadikan Doa Lebih dari Sekedar Rutinitas (Yogyakarta: ANDI, 2013), 41.

[7] Theo Riyanto, Mari Belajar Berdoa (Yogyakarta: PT Kanisius,2019), 5.

[8] Liem Khiem Yang, Jemaat Berdoa (Jakarta: Gunung Mulia, 1997), 7.

[9] Hope Macdonald, Belajar Berdoa: 9 Langkah untuk Berdoa dengan Baik (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 26.

[10] Ibid, 27.

[11] Harison J Ompusunggu, 100 Renungan Doa: Menjadikan Doa Lebih dari Sekedar Rutinitas (Yogyakarta: ANDI, 2013), 41.

[12] Witness Lee, Doa (__: Yasperin, 2019).

[13] Richard J. Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya? (Malang: Gandum Mas, 1996), 54..

[14] Rudi Bastaman, Great Servise, Get Happiness: 4 Tips Melayani dengan Hati yang Hebat dan Membahagiakan (Yogyakarta: Budi Utama, 2020), 73.

[15] Watchman Nee, Seri Pembinaan Dasar: Konsikrasi (__: Yasperin, 2020).

[16] Witness Lee, Standar Perkataan Sehat (4): Pelaksanaan Jalan Baru (TK: Yasperin, 2020).

[17] Makmur Halim, Model-model Penginjilan Yesus: Suatu Penerapan Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2018), 42.

[18] Rifai, Gemar Belajar Agama Kristen-Jilid 1: Buku Penunjang Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen (Sukoharjo: BornWin’s Publishing, 2019), 1.

[19] Jeremia Rim, Iman dan Ibadah Yang Otentik (Yogyakarta: ANDI, 1994), 57.

[20] Richard J. Foster, Tertib Rohani: Sudahkah Anda Menapakinya? (Malang: Gandum Mas, 1996), 231.

[21] Dimin Bansai, Menjadi Penyembahan Sejati (__: Lulu, 2012), 25.

Berpikir Positif


Berpikir Positif


    Kata pikir merupakan akar kata dari berpikir, yang memiliki arti akal, ingatan. Sementara berpikir merupakan suatu kegiatan menggunakan akal untuk mempertimbangkan, memutuskan sesuatu, menimbang-nimbang dalam ingatan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki akal atau pikiran yang menggerakan seseorang untuk melakukan kegiatan yang dinamakan berpikir. Berpikir ada yang bersifat negatif dan ada juga yang bersifat positif. Ada kalanya manusia berpikir secara negatif dan berdampak negatif pula, namun ada juga yang sebaliknya dengan bepikir positif dan berdampak positif. Berpikir positif adalah suatu bentuk pemikiran yang terbiasa mencari hasil terbaik dari kondisi terburuk.[1]

    Berpikir positif juga merupakan salah satu cara berpikir yang menghasilkan suatu hal yang baik. Seseorang yang berpikir positif bukan menganggap hal negatif dan juga memilih untuk menolak hal tersebut. Pada faktanya berpikir positif mencari,mengharapkan yang terbaik meskipun sekitar terlihat buruk. Seorang pemikir positif memilih untuk tidak memfokuskan diri pada kemungkinan yang terburuk melainkan berusaha melihat sisi negatif dari keadaan yang buruk. Berpiki positif berarti memilih untuk menghadapi tantangan hidup dengan pandangan positif.

    Seseorang yang berpikir positif memiliki sikap yang optimis, mampu melihat harapan, kesempatan, hal baik dalam situasi apapun.[2] Hal ini memiliki dampak baik bagi kesehatan mental seseorang. Sebuah penelitian menunjukan bahwa berpikir positif dikaitkan dengan angka kematian yang rendah. [3] Hal ini menunjukkan bahwa berpikir positif tidak hanya berpengaruh pada kondisi mental saja namun juga pada kondisi fisik. Dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah kemampuan yang berkaitan dengan konsentrasi, perasaan, sikap, prilaku, emosi, dan sudut pandang untuk menilai sesuatu dari sisi positif atas keadaan diri, orang lain dan segala sesuatu yang terjadi di sekitar.[4] Berpikir positif membantu indivifu memiliki karakter mental yang positif, optimis, kreatif, serta memiliki keyakinan atau harapan tentang segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya.

Bertanggung Jawab


Bertanggung jawab merupakan suatu sikap yang melakukan tugas dan kewajiban dengan sungguh-sungguh. Bertanggung jawab juga berkaitan dengan integritas seseorang terhadap sebuah tugas yang dimilikinya. Bertanggung jawab atau tanggung jawab juga dapat diartikan sebagai situasi dimana seseorang harus dapat menanggung segala sesuatu yang berkaitan dengan kewajibannya. Dalam KBBI memberi arti bahwa tanggung jawab adalah keadaan untuk wajib menanggung segala sesuatu. Dapat diartikan bahwa bertanggung jawab merujuk pada kewajiban untuk melakukan fungsi tertentu untuk mencapai hasil tertentu.

Seseorang yang bertanggung jawab berarti memiliki keberanian untuk menanggung setiap resiko yang terjadi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Bertanggung jawab berkaitan dengan moralitas dan mentalitas seseorang bukan hanya itu bertanggung jawab erat kaitannya dengan kejujuran. Bertanggung jawab merupakan hubungan interpersonal yang dinamis dan paling mendasar yang menghubungkan antara sesorang yang menjadi penanggung jawab dan hal yang menjadi tanggung jawab atau kewajibannya. [5]









[1] Norman Vincent, The Amazing Result of Positive Thinking (London: Random House UK,2007), 9.

[2] Kiki Nurmayasari dan Hadjam Murusdi, Hubungan antara berpikir positif dan perilaku menyontek pada siswa kelas X SMK Koperasi Yogyakarta, Jurnal Fakultas Psikologi.Vol.3, No 1, Juli, 2015, 9.

[3] Mujahid Ali Khan, Benefit of Being Positive (Idependent Publish:TK, 2022), 9.

[4] Ibid,.

[5] Michael Mc Kennan, Conversation and Responsibility (Oxford Univerity Press: New York, 2012), 1.

Makna Baptisan Air dalam Tulisan Paulus



BAPTISAN AIR DALAM TULISAN PAULUS


Pendahuluan


Baptisan air merupakan salah satu hal terpenting yang ada di dalam gereja dewasa ini. Baptisan air juga sudah menjadi salah satu tanda dari orang percaya yang bertobat kepada Kristus, yang mana petobat akan dideklarasikan menjadi milik Kristus melalui baptisan air tersebut. Tidak hanya sebagai tanda, baptisan air juga sudah menjadi doktrin dari semua gereja sekarang ini.

Latar Belakang

Kata baptisan jika ditelusuri berdasarkan sejarah yang ada dalam Perjanjian Lama, tradisi baptisan memberikan arti yang jelas dan terukur. Bagi orang Yahudi, baptisan merupakan sesuatu hal yang tidak asing lagi bagi mereka. Baptisan merupakan hal yang telah lama terlaksanakan bahkan ketika mereka mengalami diaspora atau non Israel yang menganut agama Yahudi.[1]

Kata baptisan juga ada dicatat dalam bahasa Ibrani yang mana baptisan berasal dari kata טבילה – tevilah dari kata טבל – taval, yang berarti mencelupkan atau membenamkan. Menurut tradisi Yudaisme, ritual baptisan dipelihara dengan baik oleh kaum Eseni. Kaum Eseni merupakan sebuah kelompok orang yang beragama Yahudi, mereka ialah orang-orang sangat menjaga dan menjalankan hukum agama dengan taat.[2]

Definisi


Dalam dunia Perjanjian Baru, kata Baptisan dikenal dengan istilah baptizomai atau baptisteis dari akar kata baptizo yang memiliki arti yaitu dibasuh, dicelupkan dan dipermandikan. Sedangkan dalam LXX kata baptisan memiliki arti yang hampir sama yaitu menenggelamkan atau menyelamkan.[3] Baptisan air juga sering disebut juga dengan baptisan selam. Baptisan adalah sebuah proklamasi dari keselamatan manusia, yang mana manusia tersebut digambarkan telah selamat dan menjadi milik Kristus. Gambaran ini menunjukan bahwa manusia tersebut telah meninggalkan manusia lamanya yang penuh dengan dosa.

Makna Baptisan Air dalam Tulisan Paulus


Satu Tubuh di dalam Kristus


Dibandingkan dengan pembenaran oleh iman, Paulus tidak begitu sering membahas tentang baptisan. Akan tetapi ia menyadari bahwa kedua hal ini yaitu pembenaran oleh iman dan baptisan, menjadi salah satu hal yang penting bagi gereja. Dalam I Korintus 12:13, dikatakan “dalam satu Roh kita semua telah dibaptis menjadi satu tubuh.” Paulus menjelaskan bahwa baptisan yang dilakukan sangatlah penting, hal ini akan menentukan pekerjaan Roh dalam satu tubuh.

Selain dari makna yang ada di atas, Paulus juga menekankan bahwa melalui baptisan adanya sebuah kesatuan dalam tubuh Kristus. Dalam Galatia 3:27-28, Paulus menjelaskan bahwa tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani, tidak ada orang merdeka dan hamba, tidak ada laki-laki dan perempuan karena semuanya adalah satu di dalam Kristus Yesus. Pernyataan tersebut bukan sekedar pernyataan secara teologis, melainkan sebuah ekspresi dari kebenaran eskatologis keselamatan – historis yang memiliki konsekuensi bagi mereka yang percaya kepada Kristus.[4]


Simbol dari Keselamatan dalam Kristus


Jika dipahami dengan baik-baik, peranan baptisan menjadi jembatan bagaimana Roh bisa bekerja dalam tubuh Kristus.[5] Jika dibandingkan dengan Matius 3:11, Paulus menekankan ajarannya bahwa baptisan air hanyalah tanda pertobatan untuk mengikut Kristus, tetapi baptisan Roh Kudus adalah aktivitas dari Roh yang membuat orang menjadi percaya.[6]

Setelah Paulus meresponi panggilannya, ia menjadi alat Tuhan yang sangat hebat pengaruhnya di antara orang Yahudi, terkhususnya dalam pemberitaan Injil. Paulus mengimplementasikan ajaran-ajaran Yesus dalam pelayanannya yaitu baptisan air. Dalam Roma 6:6-7, Paulus menjelaskan makna rohani dari baptisan air sebagai wujud lahiriah kesatuan orang percaya dengan Kristus Yesus.[7]


Kematian dan Kebangkitan dalam Kristus


Baptisan yang dijelaskan oleh Paulus memiliki keterikatan dengan sebuah kematian dan kebangkitan bersama dengan Kristus. Paulus sering menggunakan idiom tentang kematian dan kebangkitan dalam suratnya, yang mana pesan ini sering sekali diartikan sebagai pengalaman mistik seseorang dalam pertobatannya di dalam Kristus.[8] Makna kematian dan kebangkitan di sini bukanlah secara lahiriah melainkan rohani.[9]

Paulus dalam misinya, ia sangat menekankan pada pertobatan semua orang. Setelah ia bertobat dari dosanya, Paulus memiliki banyak sekali misi yang ia ingin lakukan. Karena sang rasul sangat menekankan kepada pertobatan, oleh karena itulah baptisan ini juga sangat menjadi faktor penting dalam misinya.

Tanda Pertobatan


Setelah sekian lama menjadi penganiaya orang Kristen, kini Paulus menjadi orang yang menobatkan orang dari dosanya. Paulus menobatkan orang lain melalui pengajaran yang ia sampaikan kepada banyak orang. Sehingga baptisan menjadi faktor yang mencolok pada tanda dari pertobatan banyak orang. Bagi Paulus bukti orang yang telah bertobat adalah baptisan, meskipun orang diselamatkan bukan karena dibaptis, tetapi ia menekankan bahwa baptisan adalah tanda orang yang telah diselamatkan oleh Kristus.

Mempersiapkan Seseorang untuk Memberitakan Injil


Rasul Paulus melalui misinya yaitu baptisan, ia sangat bergairah pada pemberitaan Injil ke semua orang (Rm. 1:1). Paulus juga memahami tugasnya sebagai rasul yang telah dipilih oleh Allah yaitu sebagai pembawa injil. Paulus dalam misinya melalui baptisan, ia telah melatih beberapa orang untuk menjadi misionaris seperti dirinya. Paulus menggunakan beberapa panggilan khusus untuk rekan sekerjanya, yaitu saudara, pelayan, hamba, teman atau partner dan sebagainya. Rekan sekerja yang sering ia sebutkan antara lain: Barnabas, Timotius, Lukas dari Antiokhia (Siria), Akwila dan Priskila dari Roma, Silwanus, Titus, Tikhikus, Apolos dan sebagainya.[10]

Implikasi Baptisan Pada Keselamatan


Dalam Perjanjian Baru, konsep keselamatan dikenal dengan kata yasa yang artinya lebar, luas, bebas dari sesuatu yang mengikat. Dalam konteks yang rohani, maka yasa diartikan sebagai keselamatan dari kematian kekal oleh dosa.[11] Sedangkan dalam Perjanjian Baru, konsep keselamatan dikenal dengan kata dasar soterio dari kata dasar sozo yang artinya menyehatkan, menyembuhkan, menyelamatkan. Dalam konteks yang rohani, ini berarti menyelamatkan manusia dari kematian akibat dosa.[12] Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru melihat keselamatan merupakan sebuah anugerah yang cuma-cuma. Anugerah keselamatan tersebut hanyalah berasal dari Yesus Kristus sendiri. Keselamatan yang ditawarkan oleh Yesus adalah inisiatif Allah terhadap manusia dalam bentuk pengorbanan Kristus di salib.

Baptisan Sebagai Sarana Memperoleh Janji Allah


Jika membahas tentang keselamatan pasti kita akan langsung berpikir kepada seseorang yang telah dibaptis. Hal ini terjadi karena orang yang telah selamat dan hidup di dalam anugerah Tuhan pasti telah dibaptis. Keselamatan memiliki hubungan yang erat dengan baptisan, ini akan menjadi jelas jika kita melihat dalam Alkitab. Hubungan yang kuat terdapat pada penerimaan janji Allah.

Baptisan merupakan sebuah sarana pengampunan dosa, penerimaan Roh Kudus dan untuk menerima keselamatan. Sebab janji itu adalah milik mereka yang meresponi berita Injil dengan bertobat dan memberi diri dibaptis (Kis. 2:37-41). Dalam Kisah Para Rasu 16:30-33, kepala penjara bertanya tentang keselamatan “tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?” Paulus dan Silas menjawab kepala penjara tersebut dengan jawaban bahwa ia dan seisis rumahnya akan diselamatakan ketika mereka percaya kepada Yesus Kristus. Tidak lama kemudian kepala penjara dan seluruh keluarganya pun memberikan diri untuk dibaptis. Paulus dan Silas memahami bahwa orang yang telah bertobat dibuktikan dengan tanda deklaratif yaitu melalui baptisan air.[13]


Baptisan Air sebagai Deklarasi Seseorang Menjadi Milik Kristus


Dalam Roma 6:3-4, Paulus telah menyatakan bahwa baptisan merupakan sebuah simbol dari dari kematian seseorang terhadap dosa-dosanya dan sebagai simbol kebangkitan dalam kehidupan yang baru. Frederik berpendapat bahwa manusia yang dipersatukan dengan Kristus akan mengalami transformasi kehidupan, bukan saja pengampunan dari dosanya tetapi juga kehidupan yang baru.[14]

Kesatuan dengan Kristus ini tidak bisa begitu saja diartikan secara lahiriah, tetapi dimaknai secara rohani. Ini berarti pada saat seseorang masuk ke dalam air atau ditenggelamkan maka hal tersebut dimaknai sebagai kematian dan penguburan bersama dengan Kristus. Ketika seseorang tersebut keluar dari air diartikan sebagai seorang pribadi yang telah bangkit dan hidup kembali bersama dengan Kristus. Dalam hal ini, pribadi yang keluar dari dalam air merupakan pribadi yang mengenakan hidup baru (Gal. 3:27).[15]




Kesimpulan


Baptisan ialah tindakan iman lahiriah seseorang yang menghasilkan sebab dan juga akibat pada keselamatan. Baptisan merupakan sebuah simbol yang harus dialami oleh semua orang yang telah hidup benar di hadapan Allah. Dengan dilakukannya baptisan, seseorang telah dinyatakan sebagai milik Kristus. Dicelupkan berarti penyucian, pembasuhan dan pembenaran. Keluar dari dalam air berarti bangkit dan hidup kembali bersama dengan Kristus dalam hidup dan tubuh yang baru. Baptisan memberikan batasan bahwa seseorang tersebut telah terpisah dari dosa-dosanya dan ia dikhususkan kembali untuk melakukan pekerjaan Allah.