Oleh: Helman Zai
Shalom bapak ibu, kita bersyukur atas penyertaan Tuhan disepanjang minggu ini, Dia senantiasa setia untuk memelihara dan melindungi kita. Tanpa pertolongan-Nya kita tidak dapat berkumpul di tempat ini untuk mendengarkan Firman-Nya, dan memuji serta memuliakan nama-Nya. Bapak ibu saya kurang tahu apa yang bapak ibu alami di minggu ini, mungkin ada diantara kita yang mengalami suka dan duka, mengalami untung atau rugi dan mengalami keberhasilan atau kegagalan dalam visi atau cita-cita yang telah direncanakan. Sebelum kita mendengarkan Firman Tuhan, bebaskanlah rohmu kepada Tuhan, bukalah hatimu, ijinkanlah Roh-Nya berdiam di dalam hatimu melalui Firman-Nya. Sehingga pada hari ini, melalui Finman-Nya, kita dipulihkan dan kita memperoleh keselamatan yang kekal dari Tuhan kita Yesus Kristus.
B. Renungan
Bapak ibu mari kita membaca Alkitab yang mendaji dasar renungan pada hari ini, yang terambil dari kitab Roma 3:1-11 dengan perikop Hasil Pembenaran. Dari teks ini, saya memberikan tema renungan pada hari ini yaitu ANUERAH ALLAH DALAM HIDUPKU. Kata 'anugerah' berasal dari istilah kharis yang diterjemahkan sebagai "kasih karunia". Di dalam Perjanjian Baru kata ini bermakna, "kemurahan hati Allah.” Istilah ini dipakai untuk mengungkapkan sikap Allah yang menyediakan keselamatan bagi manusia.
Mengapa Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat di Roma? Rasul Paulus menuliskan surat ini kepada jemaat di Roma untuk menegaskan bahwa kita diselamatkan oleh kasih karunia-Nya dan bukan karena perbuatan baik kita, bukan karena kesalehan atau kehebatan kita. Pada ayat pertama mengatakan dengan jelas bahwa “kita dibenarkan karena iman” iman kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang telah mati di kayu salib untuk menebus kita orang yang percaya dari hukuman kematian yang kekal karena dosa yang kita perbuat.
Apakah bapak ibu pernah mengalami kasih Tuhan, saya juga sudah mengalaminya. Tetapi secara jujur mungkin ada di antara kita yang mempertanyakan tetang kasih Allah. Biasa orang-orang percaya mempertanyaakan kasih Allah itu pada saat kesusahan, pada saat kekurangan, pada saat kegagalan, padasaat kebangkrutan atau pada saat ia melihat hidupnya menderita, bahkan bisa menyalakan Tuhan. Bapak ibu coba ingat kembali pada saat seperti apakah bapak ibu mempertanyaakan tentang kasih Tuhan? Tentu pada saat kita dalam penderitaan bukan? Kita tidak ingat Tuhan, pada saat berkecukupan sering kita cuek kepada Allah. Tetapi benarkah penderitaan bisa meniadakan kasih Allah, benarkah penderitaan bisa menghapuskan kasih Allah dalam hidup kita? Kalau bapak ibu tanya kepada Paulus, justru rasul Paulus mengtakan di dalam penderitaan kita berolah kasih Allah.
Mari kita membaca Roma 5:5-8. Bagian ini berbicara tentang kasih Yesus kepada kita. Mengapa Paulus perlu berbicara tentang kasih Allah di ayat 5-8? Karena dia sebelumnya berbicara mengenai penderitaan di ayat 3-4. Paulus berbicara mengenai penderitaan. Karena bisanya didalam penderitaan orang akan mempertanyaakan kasih Allah. Dan Paulus berkata penderitaan itu bukan untuk melemahkan pengharan kita tetapi sebaliknya penderitaan itu untuk mengutkan pengharapan kita. Karena penderitaan itu menimbulkan ketekunan dan ketekunan itu akan menimbulkan tahan uji, tahan uji akan menimbulkan pengharapan dan pengharapan tidak akan mengecewakan. Kalau ada penderitaan lalu bapak ibu lari maka tidak akan menimbulkan ketekuna dan tidak akan ada pengharan. Penderitaan tidak meniadakan pengharapan kita justru penderitaan akan mengukuhkan pengharapan kita. Amin.
Mengapa Paulus perlu bicara menganai penderitaan? Karena di ayat 1-2 ia berbicara mengenai hidup kita didalam Kristus yang kelihatannya indah. Ayat 1 berkata “kita hidup dalam damai sejaterah”, ayat 2 “kasih karuani dan pengharapan” bukankah ini kata yang manis di telinga kita? Paulus berkata bagi siapa yang ada di dalam Kristus hidupnya akan di warnai dengan tiga hal yaitu: damai sejaterah, kasih karunia dan pengharapan, kehidupan yang tampaknya luar bisa. Kalau Paulus berhenti di dua maka kita bisa salah mengerti tentang Kekristenan, dan beranggapan bahwa didalam kekristenan itu tidak ada penderitaan, tidak ada air mata dan tidak ada kesusahan. Tetapi Paulus membuat kita sadar bahwa kita masih menginjak dunia ini, masih ada di bumi ini, Paulus sangat realistis, makanya Paulus berbicara mengenai penderitaan. Kalau dia tidak berberbicara mengenai penderitaan maka orang-orang Kristen akan kaget. Ketika mereka menjadi orang Kristen harapan mereka itu tinggi sekali, wah nanti kita akan sembuh, kaya, sukses, bukankah banyak yang perperti itu? Ketika menjadi orang Kristen berharap tidak ada penderitaan dan ketika ada penderitaan gugurlah imannya. Artinya menjadi orang Kristen berani menderita, amin.
Paulus sadar bahwa walaupun kita di dalam Kristus bukan berarti hidup kita tanpa masalah, hidup kita tanpa penderitaan. Kita tetap mengalami penderitaan didalah hidup kita. Makanya Paulus langsung membicarakan tentang penderitaan di ayat 3-4, dia berkata jangan takut dengan penderitaan karena penderitaan tidak akan merampas pengharapan malainkan penderitaan akan mengokohkan pengharapan kita. Paulus melihat pengharapan kita dari dua sisi pertama ayt 1-2 dan kedua ialah 3-4. Jadi hal yang penting ialah respon (ay. 3-4). Kalau kita memberikan respon yang tepat kepada penderitaan maka itu akan mengukuhkan pengharpan kita. Ini adalah tentang apa yang kita lakukan.
Tetapi pada kesempataan ini Paulus lebih fokus pada ayat 5-8 tetang apa yang Allah lakukan kepada kita bukan tentang apa yang kita lakukan. Bukan apa yang kita lakukan yang paling penting itu hanya ayt 3-4 melainkan apa yang Allah lakukan ayat 5-8. Ayat 5 berkata pengharapan tidak mengecewakan. Dalam bahasa asli menjelasakan bahwa pengharapan tidak mempermalukan. Apa bedanya mengecewakan dengan mempermalukan? Kita ini hidup di zaman modern yang cenderung individualistis. Kalau kita percaya kepada allah misalnya Tritunggal, lalu pengharapan kita kepada Allah Tritunggal, kita berhaeap ‘a’ ternya tidak mendapat, yang kita rasakan apa “Kecewa” kita berharap lalu tidak mendapat kita kecewa tapi Paulus hidup di zaman kuno dan secara khusus Paulus ini di pengaruhi oleh konsep-konsep Perjanjian Lama. Bapak ibu tahu, pada budaya kuno orang menyembah banyak Allah atau politeisme. Menyembah dewa-dewa yang berbeda, nah pada saat orang berharap pada satu allah, orang lain akan mengamati dianya. Seperti bangsa Israel berharap kepada YHWH dan ketika mereka perperang lalu kalah yang mereka rasakan bukan hanya kecewa tetapi merasa malu. Dalam konteks zaman kono dalam peperangan bangsa yang menang, allahnya lebih hebat dari allah banga yang kalah. Bayangkan bapak ibu ketidak kita ada pada zaman politeime kita percaya kepada Allah namun hidup kita penuh dengan penderitaan, penuh dengan masalah, orang lain meyembah allah yang berbeda kok hidupnya lebih kaya, lebih makmur, pendosa menang terus aku kok kalah, miskin, sengsara, yang saudara rasakan bukan hanya kecewa tetapi malu. Makanya di dalam alkitab pengharapan bukan tidak mengecewakan karena itu bahasa modern tetapi pengharapan tidak mempermalukan.
Saya yakin ketika bapak ibu hidup didalam kemazemukan beragama makan bapak ibu mengerti apa yang saya maksudkan ini. Pada saat saudara hidup ditengah lingkungan masyarakan yang bukan Kristen orang akan mepertanyakan Allahmu di mana, ketika engkau mempertahankan untuk hidup jujur dan ternyata pekerjaanmu tambah hancur orang akan mempertanyakan Allahmu dimana? Bapak ibu bukan hanya merasakan kecewa tetapi juga merasakan malu. Tetapi Paulus berkata setiap orang yang tinggal didalam Tuhan pengaharapannya tidak akan mempermalukan. Bukan karena apa yang kita lakukan tetapi karena apa yang Tuhan lakukan bagi kita, tentang Allah yang mengasihi kita.
Kalimat Tanya: Bagaiman kita mangalami anugerah Allah dalam hidup kita?
Pertama: Anugerah Allah subjektif
Pada Ayat 5 “kasih Allah telah dicurahkan didalam hati kita” apa maksud Paulus mengatakan kasih-Nya dicurahakan? Jika kita menganalisis kata dicurahkan maka kita akan melihat bahwa kata ini digunakan juga pada waktu orang Israel membunuh orang dararahnya dicurahkan. Dicurahkan berarti banyak dan bahkan tak terhingga, demikian juga Allah mencurahkan kasih-Nya kepada kita cerara tak terhingga. Allah mencurahkan Roh Kudus di dalam hati kita ini bersifat subjektif di dalam hidup seseorang yang telah percaya kepada Allah.
Jadi kapan kita menerima Roh Kudus? Setalah kita bertobat dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruslamat. Pada saat tersebut kita berubah dari musuh Allah menjadi menjadi Anak-Nya, dari seteru Allah menjadi yang dimenangkan dan kita akan memanggil-Nya sebagai Ya Aba Ya Bapa, itu hanya memungkinkan ketiaka kita telah bertobat dan berbalik kepada-Nya. Bapak ibu Tuhan Yesus perbah berfirman dalam Injil Matiu, kalau bapak yang jahat tahu cara memberikan yang baik bagi anak-anaknya apa lagi Bapamu yang di surge tahu yang terbaik untuk hidupmu. Dulu waktu kita berdosa suka menumpahkan darah tetapi sekarang Allah yang menumpahkan kasih-Nya di dalam hati kita.
Kalimat Tanya: Bagaiman kita mangalami anugerah Allah dalam hidup kita?
Kedua: Yesus telah mati untuk kita
Pada ayat ke emam samapai ke tujuh duakali rasul Paulus mengulangi bahwa Yesus telah mati bagi kita. Pada waktu kita masih lemah dia telah mati di waktu yang di tentukanNya dan ini merupan hal penting yang diingitkan oleh rasul Paulus di ayat enam sampai delapan. Paulus mengingatkan kita bahwa kamtian Tuhan Yesus untuk menyelamatkan kita bukan hasil uasa atau perbuatan baik yang telah kita lakukan untuk Tuhan tetapi kasih karunia-Nya yang cuma-cuma untuk saya dan bapak ibu. Artinya kasih Allah itu adalah anagerah yang tak bisa di balas. Oleh sebab itu, mari kita menghargai anegerah Allah itu dal hidup kita melalui perkataan, perilaku, pikiran dan seterusnya, kita lakukan untuk mempermuliakan Dia, Amin.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.