Glossolalia dalam Tulisan Paulus

 

GLOSSOLALIA DALAM TULISAN PAULUS

Oleh: Yulianti Silma Silaen

Pendahuluan

Istilah fenomena Glosolalia pada masa ini merupakan salah satu isu yang berkembang di dalam pentakosta dan karismatik pada saat ini. Di dalam persekutuan, setiap orang mengekspresikan bahasa iman terlepas dari setiap kekakuan gereja dan tidak sedikit dari para jemaat telah terbiasa dengan penyembahan dan juga “bahasa-bahasa asing”. Bagi kaum pentakosta dan karismatik, glossolalia merupakan suatu perkara teologis yang masih dan akan terus relevan dengan gereja sepanjang zaman sekalipun bertentangan dengan teologi injili dan gereja arus utama.

Glossolalia sendiri dipandang sebagai sesuatu yang lazim untuk dimiliki orang percaya terutama di kalangan Pentakosta juga Karismatik dan merupakan suatu hal yang signifikan di dalam gereja. Seperti yang diungkapkan bahwa glossolalia is the significance for the church of the current wide spread occurrence of speaking in tongues in historic denomination.

Dalam Pentakosta, bahasa Roh dikatakan sebagai bukti awal bahwa seseorang telah dibaptis oleh Roh Kudus. Menzies mengatakan bahwa berbicara dalam bahasa roh sama hakikatnya dengan karunia bahasa roh, namun tujuan dan penggunaannya yang berbeda.

Di dalam Alkitab secara khusus Perjanjian Baru ada dua kitab yang mencantumkan perihal bahasa lidah yaitu Kisah Para Rasul dan Korintus. Namun yang akan dibahas ialah bahasa Roh (glossolalia) dalam tulisan Paulus dalam 1 Korintus 12-14. Dalam 1 Korintus 12 sedikitnya diucapkan 3 kali, yaitu ayat 10,28,30, 1 Korintus 13 :8, 1 Korintus 14:2,4,5,6,9,13,14,18,19,22-27,39.

Latar Belakang Pengggunaan Bahasa Roh

 Pembahasan tentang bahasa Roh bukanlah suatu pembahasan pokok rasul Paulus dalam bagian 1 Korintus12:1-14:40 ini. Bahasa Roh dibahas oleh rasul sebatas sebagai salah satu karunia rohani yang diberikan oleh Allah. Namun walaupun demikian tentu ada penyebabnya mengapa rasul Paulus, mencantumkan hal ini ?. Dengan melihat penekanan rasul dalam batasan-batasan pembahasan tentang bahasa Roh ini menyiratkan bahwa sepertinya ada suatu pemahaman di antara orang-orang Korintus bahwa ada bermacam-macam roh yang berbeda yang bermanifestasi secara berbeda-beda pula sehingga dalam pembahasan Paulus, ia menekankan bahwa hanya satu Roh, satu Tuhan yang sama yang mengerjakan semuanya itu. Termasuk dalam hal ini Paulus juga membahas penggunaan bahasa Roh adalah sama yaitu untuk memuliakan Tuhan. Jadi tidak ada seorang pun yang berasal dari Allah yang berkata “terkutuklah Yesus, dan Yesus itu Tuhan”. Hal ini tidak mungkin terjadi karena tidak mungkin bertentangan dalam kuasa Roh Tuhan. Karena Roh itu bekerja secara konsisten dan tidak kontradiksi dalam diri-Nya sendiri. Hal inilah yang memicu mengapa rasul Paulus membahas mengenai bahasa Roh.

Definisi Bahasa Roh (Glossolalia)

Paulus menyebutkan karunia rohani adalah charisma. charisma tersebut lebih ditekankan kepada pemberi , pada sifat karunia yang mengagumkan serta pada tujuan-tujuan Allah dalam membagikannya. Suatu charisma tidak pernah berasal dari diri seseorang, melainkan kasih karunia Tuhan yang melingkupi orang tersebut. Karunia-karunia berasal dari Allah dan sifat dasar utamanya adalah Roh Kudus.

Charisma merupakan kata dasar dari charismata yang sangat sering didengarkan dalam hubungannya dengan berbahasa lidah. Charisma dalam bahasa Yunani yang berarti “anugerah” atau “pemberian” dan khusunya berbicara tentang karunia yang diberikan oleh Roh Kudus.

Istilah glossolalia berasal dari bahasa Yunani yaitu γλώσσα dan λαλείν , secara literal berarti ... To speak in (with or by) tongues yang berarti berbicara dengan lidah dan Roh Kudus sebagai inisiator untuk mengucapkan kata-kata tersebut dan merupakan manifestasi Roh Kudus. Dalam buku Speaking In Tongues, Larry mengatakan “thus speaking in tongues is a supernatural manifestation of the Holy Spirit ,wherebyt he believer speaks forth in a language which he has never learned, and which does not understand.”. Dikatakan bahwa bahasa lidah yang merupakan manifestasi supranatural dari Roh Kudus bukanlah sebuah bahasa yang dipelajari dan dimengerti oleh orang yang mengatakannya kembali lagi melihat bahwa itu merupakan sebuah karunia.

Dalam perkembangan teologi ada beberapa catatan mengenai pengembangan dari glossolalia. Pertama yang diungkapkan oleh Edgar yang mengatakan bahwa bahasa lidah dalam Perjanjian Baru adalah bahasa asing yang diberikan untuk memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya, percobaan oleh Graffin dalam mengungkapkan bahwa fungsi dari penafsiran bahasa roh menyediakan kebutuhan pewahyuan dari gereja. Jadi karunia berebahasa roh memberikan fungsi lebih signifikan bagi gereja apabila adanya penerjemahan yang dilakukan.

Seperti yang diketahui sebelumnya, bahwa ada tiga pasal dari kitab Korintus yang membahas tentang bahasa lidah yaitu pasal 12,13 dan 14. Pasal-pasal ini mengandung teologi Paulus dan pandangannya mengenai bahasa roh.

1Korintus 12

Dalam 1 Korintus 12, bahasa roh disebutkan dalam ayat 10 yang membahas tentang pemberian karunia roh di mana dijelaskan macam-macam karunia salah satunya karunia berkata-kata dengan bahasa roh yang disusul dengan karunia menafsirkan bahasa roh tersebut. Nampaknya Paulus melihat bahasa roh sebagai salah satu karunia yang diberikan Allah. Selanjutnya dalam ayat 28 mengenai tiga jawatan di dalam jemaat yaitu rasul, nabi, dan pengajar yang memiliki tugas-tugas salah satunya yaitu berkata-kata dalam bahasa roh dan mengindikasikan bahwa bahasa roh adalah karunia yang diberikan oleh Roh yang disandingkan dengan karunia menafsirkan bahasa roh tersebut. Dalam terjemahan BIS, bahasa lidah dikatakan sebagai bahasa yang ajaib.

Dua hal yang jelas dalam pandangan Paulus tentang bahasa roh ialah bahwa Paulus memandang bahasa lidah di bawah pengaruh Roh diucapkan dengan cara yang berbeda dari berbicara seperti biasa dan memungkinkan seseorang menerima bahasa roh tersebut tidak memiliki karunia untuk menafsirkan bahasa roh tersebut yang berarti keduanya tidak diberikan pada satu orang yang sama. Ketika seseorang berbicara dalam bahasa roh memusatkan perhatian kepada pujian dan doa serta membangun dirinya sendiri dan dengan bantuan orang yang menafsirkan, ia membangun orang lain.

1 Korintus 13

Dalam Korintus 13, Dalam pasal 13 ini, Paulus memberitakan tentang keutamaan kasih di atas setiap karunia yang ada, bukan berarti tidak memasukan kategori karunia rohani ke dalam bagian yang penting, namun bagaimana motivasi dalam penggunaan karunia rohani tersebut. Dalam ayat 8 dikatakan bahwa bahasa Roh akan berhenti, namun yang kekal adalah kasih. Bahasa Roh akan berhenti ketika yang sempurna datang.. Pasal ini tidak banyak membahas tentang bahasa roh namun membahas tentang keutamaan kasih yang menjadi dasar dari penggunaan karunia roh.

1 Korintus 14

Pasal ini membahas lebih banyak tentang berbahasa roh dan dalam pembukaan ayat ini Paulus menyarankan untuk mengusahakan untuk memperoleh karunia tersebut terutama dalam karunia bernubuat ia menjelaskan bahwa orang yang berkata-kata dengan bahasa Roh, ia tidak mengatakan di dalam bahasa yang dimengerti oleh manusia karena bahasa yang diperkatakan adalah dari Roh yang mengandung rahasia yang apabila diterjemahkan dapat membangun diri dan juga membangun gereja dan jemaat. Dalam 1 Korintus 14:2, Paulus mengatakan bahwa berkata-kata dalam bahasa Roh tidaklah berkata-kata dengan manusia melainkan kepada Allah karena tidak ada seorang pun yang memahaminya.

Beberapa terjemahan bahasa Inggris juga memberikan penyebutan berbeda bagi bahasa roh, misalnya dalam King James digunakan istilah bahasa yang tidak diketahui dalam 1 Korintus 14 sebagai gambaran bahasa lidah di dalam gereja di Korintus sebagai bahasa asing/ bukan bahasa dunia. Hal yang menarik, Alkitab bahasa Inggris pertama oleh Wycliffe hanya menggunakan kata bahasa. Beberapa terjemahan modern seperti ASV, NASB, RSV, dan NIV menggunakan istilah bahasa lidah atau bahasa lain yang mengacu kepoada bahasa yang tidak dimengerti oleh orang yang mengatakannya oleh sebab itu perlu adanya penafsiran di samping bahasa roh tersebut.

 Sebenarnya yang dikatakan Paulus ialah bahwa bahasa roh yang ditafsirkan membangun gereja sebagaimana yang dilakukan oleh nubuatan. Bahasa roh dan tafsirannya membawa berbagai macam kekuatan, pengertian akan kebenaran rohani, pengetahuan, nubuatan, dorongan doktrin, dan petunjuk praktis mengenai kebenaran rohani. Ketika seseorang berbicara dengan berbahasa roh, ia membangun dirinya secara pribadi (ayat 14) namun Paulus menambahkan bahwa akan lebih baik lagi jika disertai dengan penafsiran agar Jemaat dibangun.

Paulus menyatakan bahwa semua orang di Korintus telah dipenuhi oleh Roh Kudus, namun tidak semua orang berbicara dalam bahasa lidah dan menyarankan agar setiap orang meminta karunia untuk berbahasa roh serta penafsirannya dan yang paling disoroti Paulus nampaknya adalah penggunaan bahasa lidah tersebut untuk membangun jemaat.

Larry mengatakan one speaks ini tongues, for the most part, in his private devotions. This is by far its most important use and value. It offers the believer a glorious new dimension in prayer. Nmapaknya ini sejalan dengan pemikiran Paulus di mana doa dengan menggunakan bahasa lidah bagi perenungan pribadi yang membawa seseorang kepada dimensi doa yang penting. Ada beberapa hal yang ditekankan oleh Paulus di dalam 1 Korintus 14 mengenai penggunaan bahasa roh yaitu bahasa roh digunakan untuk membangun diri sendiri (ayat 4), bahasa roh perlu diikuti dengan karunia menafsirkan (ayat 13), jika tidak, hendaknya berdiam dan cukup berkata kepada Allah (ayat 28), bahasa roh merupakan ekspresi berdoa dalam roh yang dibedakan dari doa dengan akal budi (ayat 14).

Teologi Paulus tentang Bahasa Roh

 Paulus menuliskan surat kepada jemaat yang ada di Korintus dengan tema segala sesuatu yang berhubungan dengan karunia rohani. Ketika seseorang memandang terhadap karunia roh yang ada, hal ini akan membuat orang tersebut menjadi egois dan sombong. Seseorang yang rohani membiarkan dirinya untuk dipimpin oleh Roh dan fokusnya membiarkan Roh Kudus mengubahkan dan untuk dipakai dalam rencana-Nya. Paulus melihat bahasa roh sebagai karunia yang diberikan oleh Allah untuk tujuan membangun baik pribadi maupun membangun orang lain. Tujuan ini juga terkait dengan tulisan Paulus dalam Efesus 4:12 yang mengatakan bahwa untuk melengkapi orang-orang kudus dalam pekerjaan bagi pembangunan tubuh Kristus. Berbicara tentang berbahasa roh, Paulus menyandingkan antara karunia berbahasa roh dan karunia untuk menafsirkannya. Menurut Paulus, karunia berbahasa roh tersebut secara khusus diberikan oleh Roh Kudus untuk berbicara, berdoa, atau memuji Tuhan dengan bahasa yang lain.

Tujuan Penggunaan Bahasa Roh

 Penggunaan bahasa roh juga memiliki kepentingan yang dinyatakan Paulus di dalam tulisannya. Adapun kepentingan bahasa roh tersebut digunakan antara lain yaitu;

Bahasa Roh Sebagai Tanda

 Dalam 1 Korintus 14:2, lewat pernyataan Paulus yaitu bahasa lidah adalah suatu tanda bukan hanya untuk orang percaya tetapi juga untuk orang yang tidak percaya khususnya kepada orang Yahudi yang belum menerima Kristus. Bahasa lidah juga merupakan tanda dari kebenaran Kristen dan peringatan kepada orang yang menolak pesan Injil.

Untuk Membangun

 Keduanya yakni nubuatan dan bahasa lidah ketika ditafsirkan akan membangun gereja. Jika tidak ada penafsiran, maka tidak ada kebangunan, keciuali kebangunan yang bersifat pribadi yang datang dari orang yang menggunakan karunia itu (1 Kor.14:4). Poin yang disoroti oleh Paulus dalam 1 Korintus 14 adalah bahwa nubuatan tidak perlu ditafsirkan karena telah diberikan secara langsung kepada gereja dengan bahasa yang jelas dan yang dapat dimengerti, sama halnya dengan bahasa lidah yang diterjemahkan akan membangun gereja dan jemaat yang ada.

 Seorang teolog MacArthur menyatakan seirama dengan poin yang dikemukakan oleh Paulus bahwa dalam 1 Korintus 14 adalah untuk memperbaiki keadaan gereja, bukan untuk memperbaiki seseorang. Secara pribadi, bahasa roh tetapi untuk membangun diri sendiri dalam hubungan dengan Allah dalam merepresentasikan-Nya di dalam dunia ini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Witness Lee, bahwa Bahasa Roh membantu tubuh bertumbuh secara organik dan mengekspresikan Kristus.

 Berbahasa lidah berarti berbicara kepada Tuhan khususnya sebagai doa dan sebagai penyembahan pribadi. Dengan jelas tujuan dari 1 Korintus 14 dalam kesan penggunaan bahasa roh ada dua hal yaitu untuk menekankan nilai dan berkat dari berdoa dengan menggunakan bahasa roh dan dengan menekankan dan mendisiplinkan dengan keras pengggunaannya secara umum.

Bahasa Roh sebagai Pelayanan

 Signifikansi dalam penggunaan bahasa roh sebagai penghubung kepada karunia lain dan pelayanan di dalam tubuh Kristus. Pelayanan normalnya dalam Perjanjian Baru di jemaat sangat unik yaitu saling berbagi dan membangun dalam pekerjaan tubuh Kristus. Dalam pertemuan umum, karunia bahasa lidah diberikan untuk disandingkan dengan penafsiran. Bahasa lidah disertai dengan penafsiran akan membangun gereja dan memiliki kuasa. Berbahasa roh dalam pelayanan juga merupakan suatu tindakan iman yaitu iman untuk percaya dan merespon Allah.

Sebagai kesimpulan dari tujuan bahasa Roh adalah bahwa Paulus melihat ada beragam fungsi dari bahasa Roh termasuk doxologi dan nubuatan yang berlaku di dalam jemaat (apabila diterjemahkan) dan dilihat lebih banyak kepada pribadi seseorang dan Paulus memberitahukan dengan jelas apabila seseorang mengucapkan bahasa lidah tanpa diterjemahkan, maka ia harus berbicara bagi dirinya sendiri dan bagi Tuhan.

Berbicara tentang bahasa roh yang disandingkan dengan nubuatan memiliki suatu fokus. Focus karunia untuk berkata-kata dalam bahasa roh adalahapek tanda, sedangkan focus karunia untuk bernubuat adalah isinya yang menitikberatkan pada kasih karunia Allah yang diberikan kepada orang yang tidak beriman untuk keselamatan mereka dan nubuat tersebutmenegur setiap orang denan Firman Tuhan dan mengundang pertobatan. Seperti yang dikatakan oleh O. Palmer Robertson bahwa bahasa roh berfungsi sebagai indikasi dan nubuat sebagai komunikator. Bahasa roh meminta perhatian pada tindakan-tindakan Tuhan, nubuat meminta perhatian kepada pertobatan dan iman sebagai respon terhadap tindakan Allah yang besar. David Lim mengutip pernyataan dari Mare yang mengatakan

Bahasa roh adalah tanda ajaib dari kehadiran Tuhan. Bahasa roh mungkin mengeraskan hati beberapa orang namun juga melembutkan hati orang-orang lain. Hasilnya bergantung pada sikap dan tanggapan para pendengarnya.

 Dalam buku spiritual gift, dikatakan bahwa ada tiga kategori orang yang seharusnya berdoa memohon karunia untuk menafsirkan roh : Pertama, orang yang memberikan pelayanan dalam bahasa roh. Kedua pemimpin rohani. Ketiga, semua orang yang membeda-bedakan roh dan memastikan ucapan bahasa roh tersebut.

Kontraversi dalam Bahasa Roh

Pertanyaan yang kerap kali dipertanyakan di dalam penggunaan bahasa roh ialah, apakah bahasa roh tersebut harus dimiliki oleh semua orang atau tidak?. Perlu dimengerti bahwa Bahasa Roh pada hakikatnya bersifat universal ( hampir dimiliki oleh orang yang sudah dibabtis Roh) dan bahasa Roh adalah salah satu bukti bahwa seseorang sudah dibabtis Roh Kudus. Namun apakah semua orang harus berbahasa Roh?

Hal ini menjadi pembahasan yang sedikit rumit di mana ada dua pendapat yang sering di dengar. Gereja arus utama yang beralira protestan dan sejenisnya menganggap bahwa bahasa Roh sudah berakhir dan hanay berlaku pada saat pencurahan Roh Kudus, dan nampaknya tidak masalah dengan tidak adanya bahasa Roh.

Namun untuk aliran pentakosta, karismatik, perlu adanya bahasa Roh sebagai tanda bahwa seseorang sudah dibabtis Roh Kudus, dan jika belum diberikan karunia tersebut, orang Kristen harus memintanya dengan sungguh-sungguh kepada Allah dan tidak jarang ada yang mengajarkan bahasa Roh kepada orang yang belum berbahasa Roh.Namun, tidak satupun karunia roh yang bersifat mutlak dan hanya kasihlah yang mutlak, dan tidak menjamin seseorang di dalam karakter dan kerohanian. Orang yang beriman harus terbuka dengan karunia roh dan menggunakan dengan rasa syukur dan rendah hati dan untuk membangun diri serta jemaat dan seluruh umat Allah. Jika seseorang belum diberikan karunia untk berbahasa roh, hendaknya orang tersebut memintanya kepada Allah.

Kesimpulan dan Eksposisi

Bahasa roh adalah salah satu karunia rohani yang diberikan oleh Allah secara cuma-cuma, atau berdasarkan kasih karunia Allah. Bahasa roh diberikan oleh Allah atas kehendak-Nya sendiri dengan tujuan untuk membangun hubungan yang intim dengan umat-Nya. Bahasa roh akan berguna juga bagi orang lain jika bahasa roh tersebut disertai dengan karunia penafsiran. Sebagai orang percaya, perlu untuk meminta karunia berbahasa Roh kepada Allah untuk membangun kerohanian.

 Bahasa roh bukanlah tolak ukur untuk kerohanian seseorang, dalam artian tingkat kerohanian seseorang tidak ditentukan dengan bahasa roh. Bahasa roh dalam 1 Korintus 12-14 berbicara tentang karunia rohani yang diberikan kepada setiap orang untuk mempermuliakan nama Tuhan dan saling membangun satu dengan yang lain. Sedapat mungkin seseorang yang belum menerimanya meminta kepada Allah untuk mendapatkan karunia berbahasa roh terutama dalam aliran pentakosta dan di samping itu perlu adanya penafsiran terhadap bahasa roh tersebut sehingga orang yang tidak mengetahui dapat mengerti dan dibangun kerohaniannya dalam artian ada nubuatan.

Daftar Pustaka

Anders, Max and Richard L. Pratt, Jr, Holman New Testament Commentary: I&II Corinthians. Nashville: Broadman and Holman Publisher, 2000.

Brauch, Manfred T. Ucapan Paulus yang Sulit (Hard Saying of Paul). Malang: Literatur SAAT, 2009.

Christenson, Larry. Speaking In Tongues:And It’s Significance for The Church. Minneapolis: Dimension Book, 1968.

Grosheide, F.W. The New International Commentary On The New Testament: The First Epistle To The Corinthians. Grand Rapids: Wm. B. Eerdmans Publishing Co, 1953.

Horton, Stanley M. Oknum Roh Kudus. Malang: Gandum Mas, 2001.

Lim, David. Spiritual Gifts. Malang: Gandum Mas, 2005.

Menzies, William W. and Stanley Horton. Doktrin Alkitab. Malang: Gandum Mas, 2003.

Rice, David. Tongues, Prophecy and The Bible. Hongkong: TEL Publications, 1993.

Ryrie, Charles C. Teologi Dasar 2. Yogyakerta: Penerbit ANDI, 1986.

Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear Yunani- Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK) Jilid I . Indonesia: Lembaga Alkitab Indonesia, 2014.

Turner, Max. Holy Spirit. Amerika : Hendrikson Publishers, 1947.

 `

Sumber Internet:

Joshua, Bahasa Roh [artikel on-line] diambil dari : http://unikjoshua.blogspot.com/2010/12/bahasa-roh-menurut-paulus-ditinjau-dari.html diakses tanggal 15 Oktober 2108.


No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.