Ibadah Dalam Tulisan Paulus

Oleh:Diana

Pendahuluan

Ibadah merupakan hal yang penting dilaksanakan di dalam gereja, karena dapat berfungsi sebagai perjanjian anugrah. Ibadah merupakan suatu wujud ketaatan orang percaya kepada Allah dan syukur orang percaya atas apa yang ditetapkan sebagai suatu keharusan untuk pertumbuhan rohani dan untuk berbakti kepada Allah, sebagai umat kepunyaan-Nya. Ibadah menjadi kebutuhan pokok bagi orang percaya, kebutuhan yang dimaksud adalah berkaitan dengan iman seseorang, dan yang dapat mempengaruhi perkembangan kerohanian orang tersebut.  Salah satu faktor penting bagi pertumbuhan rohani adalah mengenal hakikat ibadah yang benar. Namun ibadah sering kali disalahartikan. Ibadah kadang hanya diartikan sebatas upacara keagamaan,  dan lebih mirisnya seringkali ibadah hanya dijadikan rutinitas dan cara untuk menebus dosa.

Dalam Perjanjian Baru ada 13 kitab memakai nama Paulus sebagai penulisnya, yang dikenal sebagai surat-surat Paulus. Dalam kitab Kisah Para Rasul juga menceritakan bagaimana ia dipilih menjadi rasul dan bagaimana ia memberitakan kabar baik ke seluruh wilayah kekaisaran Roma. Ini menjadi point penting, bahwa Paulus merupakan sosok penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kekristenan mula-mula. Tujuan penulisan makalah ini untuk menjelaskan konsep ibadah menurut Paulus yang dilihat dari tulisan-tulisannya serta implikasinya bagi ibadah masa kini. Kiranya penulisan makalah ini dapat menambahkan wawasan yang lebih luas mengenai ibadah yang benar.


 

Definisi Ibadah

Kata“ibadah”dalam Alkitab sangat luas, tetapi konsep asasinya baik dalam PL  maupun PB ialah “pelayanan”. Kata Ibrani ‘avoda’ dan Yunani ‘latreia’ pada mulanya menyatakan pekerjaan budak atau hamba upahan.  Dalam rangka mempersembahkan “ibadah” kepada Allah, maka para hamba-Nya harus meniarap dalam Ibrani “hisytakhawa”, atau Yunani “proskuneo”, dan dengan demikian mengungkapkan rasa takut penuh hormat, kekaguman dan ketakjuban penuh puja.

Pada zaman bapa leluhur secara keseluruhan penekanan dalam ibadah bukanlah upacara-upacara yang dilangsungkan, melainkan hubungan pribadi dengan Allah.  Jadi tempat bukanlah inti dari ibadah itu sendiri, namun dengan suasana cinta kasih yang menggambarkan keintiman dengan Allah. Melalui ibadah umat mengetahui maksud dan kehendak Allah. Pada Perjanjian Baru ibadah adalah suatu pelayanan yang dipersembahkan kepada Allah, tidak hanya dalam arti ibadah di Bait Suci, tetapi kepada sesama.

Jadi, ibadah Menyatakan pelayanan dimana seseorang melakukan pelayanannya dengan ketundukan, ketaatan dengan rela sebab hidupnya bukanlah milik ia tetapi milik Tuhan yang telah membeli dengan lunas. Demikian juga halnya dengan umat Kristen, darah Yesus telah membeli dan menjadikan umat milik Tuhan Yesus (1 Kor. 6:19-20; Why. 5:9-10).

Ibadah dalam Kitab Roma

Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”

Bagi Rasul Paulus, ibadah yaitu mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah adalah ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati adalah ibadah yang murni atau yang benar kepada Tuhan. Yang harus dipersembahkan kepada Allah itu ialah tubuh . Mempersembahkan tubuh tidaklah diartikan secara harfiah dengan mengorbankan tubuh. Mempersembahkan tubuh berarti memberikan atau mengabdikan semua pikiran , perkataan, dan perbuatan atau tindakan yang sesuai dengan keinginan Tuhan. Oleh karen itu, apa pun yang  manusia pikirkan, semua kata yang dikeluarkan, setiap tindakan yang dilakukan. Semuanya harus sesuai ajaran Tuhan dan berkenan kepada-Nya. Itulah yang dimaksud dengan ibadah yang sejati yaitu memberikan diri sepenuhnya kepada Allah.

Kata “hidup” Itu dipakai bukan karena manusia itu sendiri memang hidup, Tetapi perkataan “hidup”' dipakai di sini dengan arti yang sama seperti misalnya dalam Roma 6:4: “yang hidup dalam hidup yang baru”.  Hidup yang baru Itu dibangkitkan oleh Roh Kudus (Roma 8:11). Dan karena orang percaya hidup bagi Allah, mereka 'telah mati bagi dosa' (Roma 6:11). Jadi, “persembahan yang hidup” adalah penyerahan diri  untuk menempuh kehidupan baru, yang menjauhi dosa dan menentang kuasa dosa itu. 

Kata “kudus” diungkapkan bahwa tubuh (kehidupan) manusia bukan lagi milik manusia itu sendiri.  Sebab “mempersembahkan kurban” berarti kurban itu diserahkan menjadi milik Allah. Maka, jika orang percaya “mempersembahkan tubuhnya” kepada Allah, hal itu berarti bahwa seluruh kehidupan mereka adalah milik Tuhan. Untuk seterusnya mereka harus minta kepada-Nya apa kehendak-Nya mengenai kehidupan mereka. Dengan demikian perkataan “ kudus” itu mencakup pula arti “suci”. Maka kekudusan (kesucian) itu bukan bahan jadi, yang dapat diperoleh dan untuk seterusnya  dimiliki, namun hal yang harus diusahakan senantiasa.

Ibadah dalam arti umum, yaitu ketaatan pada perintah-perintah Tuhan dan pengabdian kepada-Nya. Dalam Perjanjian Baru ibadah dalam bait Allah tidak ada lagi. Yang tinggal justru ketaatan dan pengabdian itu. Itulah persembahan hidup dan kudus yang dipersembahkan orang percaya. Ketaatan dan pengabdian itu dapat refleksikan melalui apa pun yang dipikirkan, semua kata yang dikeluarkan, setiap tindakan yang  dilakukan; semuanya harus benar, sesuai ajaran Tuhan dan berkenan kepada-Nya.


Ibadah Dalam Kitab Korintus

Salah satu persoalan yang terjadi di dalam jemaat Korintus adalah masalah ibadah jemaat. Saat Paulus berada di kota Korintus, jemaat sudah melakukan ibadah sendiri walaupun mereka belum punya rumah atau tempat yang tetap untuk beribadah.  Mereka juga belum mempunyai pemimpin ibadah dan tata ibadah yang jelas. Namun agaknya, permasalahan tentang ibadah ini baru muncul saat Paulus sudah tidak berada lagi di kota Korintus. Persoalan ini berkaitan dengan esensi ibadah yang pada saat itu belum ada pola ibadah yang disepakati bersama oleh seluruh jemaat Korintus yang majemuk itu. Jemaat mengalami kebingungan karena tidak adanya pola ibadah yang pasti sehingga memungkinkan beberapa orang tertentu dalam jemaat yang mengekspresikan dengan bebas karunia-karunia yang mereka miliki dalam ibadah.

Paulus memperingatkan terhadap perpecahan di dalam Gereja dan menekankan pentingnya persatuan di antara anggota Gereja (1 Korintus 1-11). Ibadah merupakan “segala tindakan lahir dan batin yang sesuai dengan perintah Tuhan”. Dalam 1 Korintus pasal 12–14 Paulus mengajarkan bahwa hendaknya seseorang mencari karunia-karunia Roh, serta mengembangkan kepedulian yang hendaknya anggota miliki bagi satu sama lain. Dan menyoroti pentingnya kasih amal di atas semua karunia rohani lainnya. Banyak anggota, tetapi satu tubuh. Ibadah tidak mementingkan diri sendiri, dan tidak memegang kesombongan.


Alkitab mengajarkan bahwa ibadah harus berjalan dengan tertib dan teratur. Rasul Paulus memberikan arahan-arahan kepada jemaat Korintus agar ibadah mereka bisa berjalan dengan tertib. (I Kor.14:40). Keteraturan dalam ibadah bukanlah suatu pilihan, tetapi merupakan suatu bagian yang tak terpisahkan dari penciptaan. Karena Allah adalah Allah yang teratur.


Ibadah dalam Kitab Timotius

1 Timotius 3 : 16 “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia, yang telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."

Teologi tentang ibadah meliputi pengertian, berpusat kepada Allah dan Yesus Kristus, iman yang tulus ikhlas, tujuan mewujudkan kasih dan bermanfaat bagi kerohanian dan kekekalan (1Tim.3:16).  Pusat ibadah adalah Allah dan Yesus Kristus. Sedangkan Jemaat adalah "tiang penopang dan dasar kebenaran." Sebagai tiang penopang, jemaat harus menjunjung tinggi kebenaran agar dunia melihat terang Injil. Esensi "kebenaran" adalah Kristus sendiri (1Tim 3:16). Ibadah bermanfaat bagi kerohanian karena mengandung janji bagi kekekalan. Ibadah berorintasi kekekalan

Ada beberapa hal yang perlu Timotius perhatikan agar ia dapat menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik. Tidak hanya telah menerima pengajaran, tetapi juga memiliki hidup yang berakar dalam "soal-soal pokok iman dan ajaran sehat" (1Tim 4:6). Kondisi hidup seperti inilah yang selayaknya dimiliki oleh seorang pelayan Kristus. Seorang pelayan Kristus melatih dirinya beribadah. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah (1Tim 4:7-8). Ibadah ini mengandung janji (1Tim 4:8) dari Tuhan. Pengharapan pada janji itulah yang menjadi dasar bagi seorang pelayan untuk berjerih-payah dan berjuang. Semua ini adalah bagian dari disiplin seorang pelayan Kristus. Kekekalan di Sorga itu pernyataan Alkitab dan Yesus kristus sendiri. Jadi ibadah penting karena berkaitan dengan kekekalan.

Ibadah juga merefleksikan rasa syukur manusia kepada Allah. Kata Yunani χαρις (charis) diterjemahkan bersyukur, maksudnya kasih karunia, anugerah.  “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus, Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku.” 1Tim 1:12. Terdapat ungkapan yang mengatakan: gratia(anugerah) selalu melahirkan gratitude (syukur). Inilah yang dilakukan Paulus; setiap kali Paulus mengenang kembali jalan hidupnya, maka selalu akan timbul dalam hatinya penuh syukur, suatu puji-pujian kepada Allah (1Tim 1:17)

Ibadah juga menghasilkan keadilan dari Allah. Kata Yunani yang digunakan δικαιοσυνη (dikaiosune) diterjemahkan keadilan. “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah keadilan”(1 Tim.6:11). Untuk memperlengkapi dirinya melawan rasa cinta pada dunia ini, Paulus menasihati Timotius untuk mengejar hal-hal yang baik. Kejarlah keadilan. Ibadah menurut Paulus, juga mengandung hasil kesetiaan. Kata Yunani dalam teks ini πιστις (pistis) yang diterjemahkan kesetiaan, adalah dalam kaitan dengan keyakinan; “Tetapi engkau hai manusia Allah, jauhilah semuanya itu, kejarlah...kesetiaan”(1 Tim.6:11). Kesetiaan mengikut Tuhan adalah memiliki hubungan erat dengan kekekalan.

Kesimpulan

Ibadah adalah ketaatan dan penyerahan total kepada Tuhan. Ibadah yang benar tidak hanya dilakukan di gereja atau tempat ibadah, namun dilakukan di semua tempat. Fasilitas dan tempat merupakan aksesoris yang tidak terlalu penting, bahkan situasi sekitar bukanlah hal utama dalam peribadahan orang Kristen. Makna dari kata "ibadah" di sini lebih menunjuk pada arti cara hidup yang mencirikan kehidupan Kristen sejati; tidak sekadar apa yang dilakukan di dalam tempat ibadah. Ibadah juga pelayanan yang kita kerjakan untuk kemuliaan Allah. Paulus menasehatkan “apapun yang dikerjakan, perbuatlah itu dengan segenap hati, seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” Kolose 3:23. Pelayanan yang kita kerjakan apapun bentuknya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.

Ibadah berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang. 1 Timotius 4:8 Ibadah yang disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. 1 Timotius 6:6. Ibadah merupakan penyerahan total, oleh sebab itu harus meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi agar hidup kita menjadi bijaksana dan menjadi teladan bagi orang lain. Titus 2:12. Beribadahlah kepada Allah dengan penuh ucapan syukur dan menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Ibrani 12:28. “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasehati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”  Ibrani 10:25. 

DAFTAR PUSTAKA

Riemer, G. “Cermin Injil”. Jakarta: YKBK, 1995.

Getz, Gene A. “Hiduplah dalam Kekudusan” Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Wahono, S. Wismoady. “Di Sini Ku Temukan”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.

Siringo, Elfrida.“Pemahaman Ibadah Sejati Berdasarkan Roma 12:1-2 terhadap Pertumbuhan Kerohanian Remaja GPPS Maranata Diski: Studi Eskesegetis”. Pendidikan dan Teologi. Vol. 1 No. 1, Juni 2018.

Subandrijo, Bambang. “Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru”. Bandung:Bina Media Informasi, 2010.

Budiman, R. “Surat-surat Pastoral I & II Timotius & Titus”. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992.

Gering, Howard M. “Analisa Kitab”. Jakarta: YPI IMMANUEL t.t.


No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.