Oleh:Natan
Pendahuluan
Ketika seseorang menjadi dewasa, baik secara fisik, mental maupun secara spiritual, seseorang akan menjalani kehidupan agar menjadi lebih dewasa. Salah satu hal yang dilakukannya yaitu menikah. Tentunya menikah merupakan salah satu tahap yang akan dialami seseorang apabila seseorang memilih tahap tersebut. Dengan kata lain, pernikahan sebagai suatu peristiwa antara seorang laki-laki dan perempuan yang ingin menikah.
Pernikahan sebagai sebuah peristiwa bagi laki-laki dan perempuan serta sebagai peristiwa yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang sebagai saksi dalam pernikahan tersebut. Pernikahan terjadi apabila telah menjalin hubungan (pacaran) yang cukup lama. Sehingga melalui menjalin hubungan (pacaran), dilangsungkannya suatu pernikahan. Kebanyakan dalam menyelenggarakan suatu pernikahan, tentunya pihak dari kedua mempelai yaitu laki-laki dan perempuan akan menghabiskan uang yang cukup banyak. Sebab pernikahan ini merupakan suatu perstiwa yang hanya terjadi satu seumur hidup saja. Dengan demikian, melangsungkan pernikahan pasti memerlukan persiapan, baik secara mental, fisik, dana serta hal-hal yang berkaitan pernikahan.
Pada tahap pernikahan, seseorang akan berubah status sosialnya dari lajang mejadi tidak lajang. Karena pernikahan bukan hanya sebagai peristiwa kebahagiaan antara kedua pihak mempelai, melainkan pernikahan juga ditentukan berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam masyarakat, norma hukum maupun agama. Untuk itu, penulis dalam paper ini akan menjelaskan pernikahan berlandaskan kitab-kitab Injil. Supaya pernikahan bukan hanya dipahami sebagai ekspresi kebahagiaan kedua mempelai, melainkan suatu tahap yang sudah ditetapkan oleh Allah yang akan dibahas berdasarkan pandangan pada kitab-kitab Injil.
Definisi Pernikahan
Pernikahan berasal dari kata dasar “Nikah” yang berarti ikatan (akad) perkawinan, dimana hal tersebut dilakukan dalam ikatan ketentuan hukum dan ajaran agama yang dianut. Sehingga kata “nikah” juga memiliki sinonim kata “kawin”, yang memiliki pengertian yaitu (1) membentuk keluarga dengan lawan jenis, bersuami atau beristri, menikah; (2) melakukan hubungan kelamin; (3) bersetubuh.
Dalam kekristenan, Alkitab mengajarkan bahwa pernikahan ialah menikah untuk menjadi satu, bukan menjadi sama. Hal ini terjadi sebagaimana Yesus berdoa dengan menjadikan orang-orang percaya menjadi satu bukan menjadi sama. Sehingga dalam pernikahan, hal ini berlaku sebagai persatuan hubungan suami isteri dalam keluarga yang telah disahkan dan diberkati oleh Allah.
Dalam pernikahan, tentu adanya sebuah kesepakatan kedua mempelai berupa janji dengan prinsip “berjalan bersama/bersatu” menjalankan peran masing-masing bersama-sama. Sehingga terbentuklah keluarga saling mengenal dan membina satu sama lain. Ketika konflik terjadi, keluarga tersebut harus mencari solusi dari konflik tersebut secara bersama-sama dalam keadaan apapun. Inilah yang disebut dari pernikahan terbentuklah keluarga.
Keluarga terbentuk melalui pernikahan laki-laki dan perempuan. Keluarga terbentuk dan lengkap bukan hanya anak yang terlibat di dalamnya. Melainkan, keluarga terbentuk dari pasangan suami-isteri itu sendiri. Karena anak hanyalah sebagai anugerah untuk melengkapi keluarga yang Allah berikan kepada pasangan tersebut. Oleh karena itu, keluarga terbentuk bermula dari pasangan suami isteri yang telah dipersatukan oleh Allah.
Pernikahan dalam Injil Matius
Analisa Konteks Historis
Kitab Injil Matius 19:1-9, Yesus menyampaikan pengajaran mengenai penceraian. Pada mulanya, Yesus tiba dari Galilea ke Yudea dekat sungai Yordan. Sehingga orang banyak orang berbondong-bondong mendatangi dan mengikuti Yesus. Buku karangan J.D Heer mengatakan nama daerah di Yudea dekat sungai Yordan berdasarkan petunjuk dalam peta, nama daerah itu disebut Perea yang merupakan kota penduduk orang Yahudi pada masa pemerintahan raja Herodes Antipas. Awalnya, Yesus hanya datang ke daerah tersebut untuk menyembuhkan orang-orang di sana. Percakapan terjadi ketika orang-orang farisi datang mencobai dengan bertanya kepada-Nya (19:3,7). Kemudian Yesus memberikan respon dengan menjabarkan tentang pernikahan dan penceraian.
Sekalipun percakapan orang-orang Farisi dengan Yesus membahas masalah penceraian. Namun persoalan tersebut tidak terlepas dalam hal pernikahan. Dengan demikian, pernikahan dan penceraian merupakan dua hal bertolak belakang satu sama lain, namun berkaitan antara laki-laki dan perempuan.
Penafsiran Teks Matius 19:5-6
5 Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Kedua ayat ini adalah respon Yesus tentang pernikahan berdasarkan pertanyaan orang-orang farisi mengenai penceraian. Pada ayat kelima, Yesus memberi respon sesuai yang dikutip dalam kejadian 1:27; 2:24. Yesus mengutip dari teks ini untuk mengingatkan orang-orang farisi bahwa Allah sejak semula telah menetapkan pernikahan pada saat menciptakan laki-laki dan perempuan. Sehingga pernikahan inilah menandakan bersatunya laki-laki dan isterinya dalam satu ikatan pernikahan dan dalam satu daging. Kata “satu daging” dalam bahasa yunani makna, yaitu satu kesatuan yang agak menyerupai satu orang saja. Sehingga satu daging dalam teks ini, bukan laki-laki dan perempuan sebagai dua pribadi bergabung menjadi satu orang melainkan ikatan pernikahan yang membentuk suatu keluarga.
Selanjutnya pada ayat keenam, kata “tidak boleh diceraikan,” diartikan berdasarkan terjemahan bahasa Yunani sebagai tidak boleh dipisahkan, dibagikan. Sedangkan kata “manusia” memiliki dapat diartikan dalam bahasa Yunani yaitu manusia, laki-laki. Dalam teks ini, manusia merujuk pada laki-laki. Sehingga pada teks “tidak boleh diceraikan oleh manusia,” maksudnya ialah pernikahan yang sudah dipersatukan tidak boleh dipisahkan kembali, walaupun kehendak manusia. Karena pada masa kekaisaran Romawi, laki-laki memiliki derajat lebih tinggi daripada perempuan, dimana salah satunya kebebasan menceraikan isterinya berdasarkan konteks budaya orang Yahudi. Hal inilah penyebab terjadinya perbedaan kesenjangan status sosial antara laki-laki dan wanita yang sangat berbeda.
Berdasarkan penafsiran teks tersebut, keluarga terbentuk dari ikatan pernikahan yang telah dipersatukan Allah. Sehingga penceraian dilarang keras terjadi dalam kehidupan keluarga. Karena sesungguhnya penceraian bukanlah perintah Tuhan untuk terjadi dalam keluarga sekalipun kehendak manusia. Melainkan keluarga dalam ikatan pernikahan perlu dijalani bersama pasangan seumur hidup. Dengan demikian, pernikahan menurut kitab Matius digambarkan sebagai tanda kerajaan Surga yang menggambarkan hubungan Allah dengan manusia sesamanya khususnya kepada orang Yahudi yang beragama Kristen.
Pernikahan dalam Injil Markus
Analisa Konteks Historis
Kitab Markus 10:1-12 membahas isu penceraian yang berada di antara pemberitahuan kedua (9:30-32) dan ketiga (10:32-34) serta nats lain tentang perhatian Yesus kepada anak-anak (9:36-32,42; 10:13-16) serta pahala masuk kerajaan Allah (Mrk 9:41-48 dan 10:13-31). Pada saat itu, Yesus datang ke daerah Yudea dan daerah sungai Yordan untuk mengajar. Kemudian orang-orang banyak mengerumuni Dia. Kemudian datanglah orang Farisi memberikan pertanyaan mengenai penceraian berdasarkan hukum taurat dengan tujuan untuk mencobainya (10:2). Dari pertanyaan itu, Yesus menjawab berupa pertanyaan balasan sebagai respon pada persoalan dalam taurat Musa (10:3). Sehingga perdebatan antara Yesus dan orang-orang farisi mengenai perceraian merujuk pada unsur pernikahan didalamnya.
Penafsiran Teks Markus 10:6-9
6 Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan,
7 sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya,
8 sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu.
9 Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."
Ayat-ayat dalam teks ini merupakan respon Yesus terhadap orang-orang Farisi mengenai pernikahan. Yesus memberikan pernyataan dimulai dari kombinasi kutipan yang terdapat pada kitab perjanjian lama. Yesus memberikan kombinasi antara zaman penciptaan, zaman musa hingga zaman Yesus. Pada ayat enam, Yesus memberikan respon mengenai penciptaan laki-laki dan perempuan oleh Allah. Penciptaan ini dihubungkan mengenai hukum monogami dalam pernikahan, dimana Tuhan mempersatukan pernikahan hanya terdiri dari satu laki-laki dan perempuan. Sehingga penciptaan Adam dan Hawa, menandakan adanya unsur pernikahan melalui dua pribadi berbeda yang dipersatukan oleh Allah sendiri.
Kemudian dalam ayat ketujuh, isi teks “meninggalkan Ayah dan ibunya” berarti membangun sebuah keluarga baru dengan bergabung bersama isterinya. Hal ini menandakan adanya perubahan status laki-laki dan perempuan yang tidak lagi berada dibawah pengasuhan orangtuanya masing-masing lagi. Sehingga keluarga baru terbentuk dari pasangan suami-isteri itu sendiri. Selanjutnya ayat delapan, yang menjadi kata kunci dalam pernikahan yaitu satu daging. Kata “satu daging” bukanlah dari dua pribadi menjadi satu pribadi. Sehingga kata tersebut memiliki makna yang mengarah pada dua pribadi yaitu laki-laki dan perempuan membentuk satu pasangan yaitu keluarga dalam satu ikatan pernikahan.
Selanjutnya, Yesus memberikan penjelasan pada ayat sembilan sebagai kesimpulan dari jawaban yang sudah dijelaskan dalam ayat enam sampai ayat delapan. Pada ayat sembilan yang dimaksudkan Yesus menjelaskan dua pribadi yaitu laki-laki dan perempuan telah dipersatukan Allah. Dimana laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam suatu ikatan berupa janji dalam pernikahan. Sehingga penceraian tidak diijinkan terjadi dalam pernikahan (10:9) Karena penceraian dapat melanggar kekudusan dan ketidaksetiaan pernikahan yang telah dipersatukan dan ditentukan oleh Allah sekalipun itu merupakan kehendak manusia. Dengan demikian dalam kitab markus bahwa pernikahan yang ditetapkan Tuhan sebagai gambaran hubungan antara manusia dengan Tuhan serta sesamanya, terutama bagi orang-orang Yunani.
Kesimpulan
Pernikahan adalah sebuah peristiwa pertemuan antara laki-laki dan perempuan melalui janji/ikatan pemberkatan yang dipersatukan Allah. Allah menginginkan laki-laki dan perempuan harus bersatu, bukan menjadi sama. Sehingga melalui ikatan pernikahan inilah, terbentuklah keluarga yang berawal dari hubungan pasangan suami dan isteri itu sendiri. Untuk itu dalam keluarga, tidak diijinkan adanya penceraian dengan alasan apapun yang terjadi walaupun itu merupakan kehendak manusia. Penceraian bukanlah satu-satunya solusi untuk mengatasi konflik antara laki-laki dan perempuan dan bukanlah perintah Tuhan. Melainkan penceraian merupakan solusi melanggar kekudusan dalam pernikahan. Ketika konflik terjadi dalam keluarga, janganlah sesekali memikirkan untuk bercerai, melainkan perlu mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi antara suami dan isteri. Oleh karena itu, apapun alasannya bahwa penceraian tetap tidak diijinkan dalam keluarga. Dengan demikian, pernikahan tetap terpelihara melalui hubungan suami-isteri yang tidak boleh diceraikan manusia sebagaimana hubungan manusia dengan Tuhan sebagai Pencipta, serta hubungannya dengan sesamanya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku
Block, Darrel L. dan Roy B. Zuck. A Biblical Theology On The New Testament. Chicago, Moody Press, 1994.
Culpepper, R. Alan. et. al., ed. Smyth & Helwus Bible Commentary. USA: Smyth & Helwys, 2007.
Heer, J.J. de. Tafsiran Alkitab Kitab Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Irsel, Bas M.F Van. et. Al., ed. A Reader-Responcse Commentary: Mark. England: Shefield Academic Press Ltd, 1998.
Oden, Thomas C. dan Christopher A. Hall. Ancient Christian Commentary On Scripture: Mark. USA: InterVarsity Press, 1998.
Wijaya, Andik. Sexual Holiness. Jakarta: Gramedia, 2017.
Sumber Internet
Bible Hub, “Greek 444.” Artikel on-line. Diambil dari https://biblehub.com/greek/444.htm. Internet. Diakses 7 November 2020.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.