STRATEGI PENGINJILAN YESUS DALAM KITAB MARKUS
Oleh :Diana Huang
Pendahuluan
Penginjilan merupakan tugas dan tanggungjawab bagi setiap orang percaya. Dalam melakukan pelayanan penginjilan, tentu banyak diantanya ingin mencapai kesuksesan menjangkau jiwa yang banyak. Salah satu syarat keberhasilan penginjilan adalah memiliki strategi penginjilan yang baik. Banyak para penginjil merasa kesulitan memberitakan kebenaran Firman Tuhan dikarenakan berbagai hambatan. Misalnya tidak mengenal budaya dimana tempat yang akan diinjilinya, selalu merasa bahwa dengan diri sendiri mampu melakukannya, dan terkadang menganggap hal-hal kecil kurang begitu penting. Sehingga hal ini menghambat untuk tercapainya suatu tujuan awal dari penginjilan itu sendiri.
Untuk itu penting sekali bagi para penginjil untuk dapat menemukan strategi yang tepat dalam penginjilan, dengan daya guna untuk menunjang keberhasil menginjil lebih besar lagi. Dalam kitab injil banyak mencatat strategi pelayanan injil yang Yesus lakukan, masing-masing kitab mencatat keunikan dan kekhasannya. Namun pada kesempatan kali ini penulis akan menganalisa strategi pelayanan injil Yesus dalam Kitab Markus saja. Tentu tujuan penulisan makalah ini untuk menemukan strategi apa yang dapat dipelajari untuk pelayanan injil di masa kini. Dengan mengambil Yesus sebagai teladan dalam keberhasilan mengabarkan injil, penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi setiap pembacanya dan dapat menjadi titik terang untuk menemukan strategi yang tepat dalam pelayanan penginjilan.
Latar Belakang Kitab
Di antara keempat Injil, Injil Markus merupakan kisah yang paling singkat tentang "permulaan Injil tentang Yesus" (Mr 1:1). Sekalipun nama penulis tidak disebut dalam kitab itu sendiri, dengan suara bulat gereja yang mula-mula memberi kesaksian bahwa Yohanes Markus adalah penulis Injil ini. Ia dibesarkan di Yerusalem dan termasuk angkatan pertama orang Kristen (Kis 12:12). Markus memiliki kesempatan yang unik karena berhubungan dengan pelayanan tiga orang rasul Perjanjian Baru yaitu: Paulus (Kis 13:1-13; Kol 4:10; Filemon 1:24), Barnabas (Kis 15:39) dan Petrus (1Pet 5:13). Menurut Papias (sekitar 130 M) dan beberapa bapak gereja abad kedua, Markus memperoleh isi Injilnya dari hubungannya dengan Petrus. Ia menulisnya di Roma untuk orang Romawi yang percaya. Sekalipun saat penulisan Injil ini tidak jelas, sebagian besar sarjana menetapkan tanggalnya sekitar tahun 50-60 M.
Definisi
Definisi Strategi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Sesuai dengan pengertian tersebut yang dimaksud strategi menurut penulis adalah suatu pendekatan yang berkaitan dengan suatu kegiatan yang berkenaan. Dapat dimengerti sebagai cara kerja yang tersusun untuk mencapai suatu tujuan.
Definisi Penginjilan
H. Vanema mengatakan penginjilan adalah “Pengutusan gereja oleh Yesus Kristus, Juruselamat dunia, untuk melaksanakan perintah-Nya demi kemuliaan nama Tuhan yaitu memanggil semua orang di dunia dan mengabarkan mereka injil kerajaan Allah, supaya oleh kuasa Roh Kudus mereka diselamatkan dari dosa dan mereka dapat melakukan segala sesuatu yang diperintahkan-Nya“. Sesuai dengan pengertian Vanema yang dimaksud penginjilan menurut penulis adalah suatu kegiatan untuk memberitakan injil Allah kepada orang-orang yang belum mengetahui kebenaran-Nya. Agar mereka mendengarkan injil dan diselamatkan dari dosa dan dapat melakukan perintah Allah. Penting untuk melakukan penginjilan karena hal itu merupakan tugas dan tanggung jawab bagi semua orang percaya.
Definisi Srategi penginjilan
Berdasarkan pengertian di atas penulis memberi kesimpulan bahwa definisi dari strategi penginjilan adalah suatu pendekatan atau cara kerja yang dipikirkan, direncanakan, dilaksanakan untuk memberitakan injil kepada semua orang, agar mereka memperoleh keselamatan. Dengan memiliki strategi seorang penginjil akan dengan cermat dan maksimal dalam melakukan penginjilan, sehingga semakin banyak orang yang akan dapat dimenangkan.
Strategi Penginjilan Yesus dalam Kitab Markus
Sebelum memulai pelayanan-Nya Yesus dibaptis terlebih dahulu dan Ia dipenuhi dengan Roh yang mempimpin dalam pelayanan-Nya (Markus 1:10,11). Maksud dalam pembaptisan Yesus memiliki beberapa pengertian yang berhubungan dengan kedatangan-Nya sebagai Anak Manusia di atas bumi ini . Pertama, pembaptisan Yesus menyatakan kepada umat-Nya bagaimana Ia yang tidak berdosa, menyamakan diri-Nya kepada manusia yang berdosa. Hal ini dilakukan kerena untuk menjadi Juruselamat manusia, lambing solidaritas-Nya dengan bangsa-Nya sendiri. Yesus menjadi sama dengan manusia kecuali dalam dosa (Yesaya 53:4; 2 Korintus 5:21). Ini juga menyatakan bahwa Yesus sudah mentaati peraturan agama yang dikehendaki Allah. Kedua pembaptisan Yesus adalah cara yang nyata dan mulia untuk menyatakan kepada manusia bahwa Allah Tritunggal. Ketiga, pembaptisan Yesus itu menyatakan pentabhisan bagi pekerjaan-Nya menjadi Juruselamat.
Dalam pelayanan-Nya, Yesus senantiasa berdoa terlebih dahulu sebelum melakukan pelayanan yang ada (Markus 1:35). Mengapa Yesus harus berdoa? Doa adalah komunikasi dengan Allah. Melalui doa, Yesus menyatakan dua hal. Pertama, relasi-Nya dengan Allah sangat intim. Kedua, Yesus menyatakan ketergantungan-Nya kepada Allah. Rahasia kesuksesan pelayanan-Nya terletak pada ketergantungan-Nya pada Allah, dan doa merupakan ekspresi ketergantungan pada Allah. Yesus mengutamakan doa, Ia tidak pernah lalai untuk berdoa. Dalam pasal selanjutnya penulis juga menemukan ayat yang menuliskan bahwa Yesus mencari kesempatan untuk berdoa (Markus 6:46). Dalam pelayanan-Nya Yesus juga digerakkan oleh belas kasihan-Nya (1:41; 6:34; 8:2).
Di Kitab-Kitab Injil lainnya juga mencatat bagaimana strategi penginjilan Yesus. Namun pada penulisan makalah ini penulis hanya akan memaparkan strategi penginjilan Yesus berdasarkan informasi yang tercatat dalam kitab Markus, yaitu sebagai berikut:
1. Melibatkan Banyak Orang
Pelayanan Yesus di bumi dimulai saat Ia untuk pertama kalinya memanggil beberapa orang untuk dijadikan murid (1:16-3:6). PerhatianNya bukan kepada cara bagaimana mendekati orang banyak, tetapi terfokus kepada beberapa orang itu, di mana Ia membentuk dan memproses mereka sehingga dari orang-orang pilihan ini dapat menjangkau jiwa-jiwa yang lebih banyak lagi. Inilah strategi Yesus sebelum Ia berkeliling memberitakan Injil. (1:17,19). Dengan memultiplikasikan pelayanan (3:12; 6:7), Dia memanggil dan menetapkan 12 orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil (3:13-19).
Jika melihat latar belakang murid-murid yang dipanggil untuk mengikuti Tuhan tampaknya terlihat begitu sederhana. Hal ini memicu pertanyaan, mengapa Yesus tidak memanggil orang-orang yang terpandang saja, sehingga injil-Nya akan dihormati? Tampaknya tulisan Rasul Paulus telah memberikan jawaban dari pertanyaan ini. Dalam 1 Korintus 1:26-28 menuliskan bahwa itu memang pilihan Allah untuk meniadakan, memalukan orang-orang yang besar namun tidak menghormati injil-Nya. Karena orang-orang besar sangat tidak menghargai injil sehingga dasar pemilihan Allah atas setiap panggilan umat-Nya tidak berdasarkan ukuran manusia, melainkan ukuran Tuhan.
2. Pemuridan
Di Yerusalem, hampir seluruh karya yang dilakukan oleh Yesus adalah karya pengajaran (Mark.1:21; 2:2; 2:13; 4:1;). Pemuridan yang dilakukan Yesus pertama kali dilakukan dengan memanggil dua belas murid-Nya. Hal ini dapat dilihat dari para murid-nya secara khusus diingatkan hingga dua kali, “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!” (Mrk. 4:9, 23). Perumpamaan Kerajaan Allah diberitakan kepada orang banyak tetapi diuraikan kepada para murid-Nya secara tersendiri (Mrk. 4). Ketika Yesus mengajar, Ia memberikan teladan melalui praktik langsung.
Pemuridan adalah kegiatan yang memiliki proses pertumbuhan kedewasaan rohani seseorang. Pemuridan merupakan salah satu nilai utama dalam sebuah pelayanan. Fungsi pemuridan secara umum adalah memperlengkapi setiap individu, dimana individu diperlengkapi untuk bertumbuh dewasa dalam Yesus dan dapat memenuhi kebutuhannya. Seseorang yang sudah dewasa secara rohani akan mampu mempengaruhi orang lain untuk memulihkan hubungan dengan Tuhan, dengan demikian pentingnya pemuridan adalah untuk memampukan seseorang memuridkan orang lain. Sama seperti Yesus yang memuridkan kedua belas muridnya dengan tujuan agar mereka dapat memuridkan orang lain lagi untuk mengenal Tuhan.
3. Memulai dari yang terdekat dan mengerjakan dengan tuntas
Kristus secara sistematis memberitakan amanat-Nya ke setiap pelosok dari Galilea (1:38). Pada bagian ini yang dilukiskan adalah pelayanan Yesus di Kapernaum dan daerah pedesaan Galilea, dengan penekanan lebih besar pada kapernaum (1:21-45). Yesus melakukan pelayanan-Nya dengan tuntas sebelum Ia pergi ke tempat-tempat selanjutnya. Dengan demikian Yesus memberikan teladan kepada para umat-Nya untuk dapat memiliki strategi yang baik dalam melayani yaitu dapat menjangkau dari yang mudah dijangkau dan harus menyelesaikannya hingga tuntas seperti apa yang dikerjakan Tuhan.
4. Kontekstualisai (melintasi budaya)
Yesus mulai mengajarkan banyak hal di tepi Danau Galilea dengan memakai perumpamaan, yaitu perumpamaan seorang penabur, pelita di bawah gantang, benih yang tumbuh, dan biji sesawi. Memang para penulis Injil tidak menceritakan kepada kita kapan Yesus mengajarkan perumpamaan itu. Kemungkinan Yesus mengajar pada waktu penabur keluar untuk menaburkan benih. Keadaan yang alami ini jauh lebih efektif. Dalam banyak perumpamaan Tuhan memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka (Mark 4:33).
Dalam pengajaran-Nya Yesus menghubungkan kebenaran ilahi dengan hal-hal yang biasa yang ada di sekitar umat-Nya. Perumpamaan Yesus adalah mata rantai dalam rantai kebenaran yang mempersatukan manusia dengan Allah. Yesus menggunakan perumpamaan dikarenakan orang-orang pada saat itu tidak mengindahkan perkataan Yesus, sehingga Yesus menggunakan strategi perumpamaan agar pesan-Nya dapat diterima dengan jelas oleh pendengar-Nya.
Dengan demikian bahwa strategi pelayanan dalam Injil Markus ini ialah lintas budaya, hal ini dipengaruhi oleh latarbelakang budaya penulis. Dapat dilihat dari ungkapan mengenai Kerajaan Allah dan kerajaan sorga. Kedua ungkapan tersebut memiliki makna sama, pemakaian kerajaan Sorga oleh Matius disebabkan latarbelakang keYahudian yang enggan memakai nama Allah. Strategi ini melakukan pendekatan melalui memahami budaya setempat yang dilakukan dengan perumpamaan, karena budaya dan Agama memiliki fungsi di dalam masyarakat untuk menjaga keseimbangan sosial.
5. Melakukan terobosan
Dalam Markus 2:14-17, mencatar kisah Lewi pemungut cukai, dimana profesi pemungut cukai dipandang buruk oleh masyarakat Yahudi di sekitar mereka, bahkan cenderung dibenci oleh rakyat.Yesus melakukan terobosan dengan tetap makan dirumah orang itu dan juga banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-Nya (Mark 2:15). Hal ini juga dapat dilihat dalam kisah Yesus menyembuhkan seorang sakit kusta (1:40-45), sakit kusta dianggap najis dan harus dijauhkan, namun tindakan yang Yesus lakukan adalah mengulurkan tangan-Nya sehingga ia sembuh. Yesus datang melayani dengan maksud memulihkan orang yang berdosa (Mark 2:17), Ia mampu menerobos untuk menyatakan kuasa-Nya sehingga mereka melihat mujizat yang terjadi. Yesus mengajarkan untuk tidak memiliki sikap yang tidak baik, seorang pemimpin yang baik tidak akan menjauhkan orang yang hendak dipimpinnya.
6. Kunjungan
Salah satu yang membuat penginjilan berhasil adalah kunjungan. Kunjungan juga merupakan tugas dan tanggungjawab seorang gembala untuk menciptakan kedewasaan rohani jemaatnya. Yesus memberikan teladan-Nya melalui kisah Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain. Ia mengunjungi mertua simon yang sedang sakit dan ia menjadi sembuh. Ia menyembuhkan banyak orang yang menderita bermacam-macam penyakit dan mengusir banyak setan (Markus 1:29-34). Hal ini juga dapat dilihat dalam kisah Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan perempuan yang sakit pendarahan. Yesus mengunjungi mereka, berdoa dan mereka menjadi sembuh (Markus 5:21-41).
7. Pelayanan Sosial
Banyak pelayanan yang Yesus lakukan, memberi makan orang lain merupakan salah-satunya. Dalam Pasal 6 ayat 34 menuliskan “tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepda mereka”. Dalam bahasa aslinya “belas kasihan” memiliki arti yang sangat dalam, yaitu Tuhan menyayangi mereka dan hati-Nya dan ingin memberikan pertolongan kepada orang yang memerlukan Dia( Markus 6:30-44; 8:1-10). Memberi makan merupakan strategi yang baik untuk menjangkau orang-orang untuk diinjili. Dengan strategi ini, penginjil dapat mencerminkan kasih Tuhan kepada mereka, sehingga mereka akan menikmati berkat dan pada akhirnya mengambil langkah untuk mengikuti Tuhan.
8. Mujizat
Dengan mengadakan mujizat Yesus bertujuan untuk mengajak orang-orang yang belum mengenal-Nya untuk dapat percaya. Dengan strategi ini adanya hal-hal yang spektakuler yang terjadi terhadap orang yang belum percaya dapat membuat mereka takjub dan segera mengambil keputusan untuk percaya kepada Tuhan. Namun terlepas dari itu, tidak menutup kemungkinan mujizat terjadi kepada orang-orang yang percaya, tujuan mujizat yang terjadi pada orang yang percaya dapat memberikan ketenangan. Seperti kesembuhan atas sakit penyakit, adanya jalan keluar dari permasalahan yang ada. Tentunya dengan hal ini ornag-orang dapat melihat kuasa Tuhan yang bekerja dan Ia ingin menyelamatkan umat-Nya. Banyak mujizat yang Yesus lakukan yang tercatat dalam Kitab Markus, seperti yang dipaparkan oleh penulis yaitu,
• Yesus mengusir roh jahat di Kapernaum (Markus 1:23-28)
• Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Markus 1:29-34)
• Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Markus 1:40-45)
• Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Markus 2:1-12)
• Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Markus 3:1-6)
• Yesus menyembuhkan banyak orang (Markus 3:7-12)
• Yesus meredakan angin ribut (Markus 4:35-41)
• Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Markus 5:1-20)
• Yesus membangkitkan anak perempuan Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Markus 5:21-43)
• Yesus memberi makan lima ribu orang (Markus 6:30-44)
• Yesus berjalan di atas air (Markus 6:45-52)
• Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Markus 6:53-56)
• Perempuan Siro-Fenisia yang percaya (Markus 7:24-30)
• Yesus menyembuhkan seorang tuli (Markus 7:31-37)
• Yesus memberi makan empat ribu orang (Markus 8:1-10)
• Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida (Markus 8:22-26)
• Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu (Markus 9:14-29)
• Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52)
• Yesus mengutuk pohon ara (Markus 11:12-14; 20-26)
• Kebangkitan Yesus (Markus 16:1-8)
Penerapan
Dalam pelayanan, seseorang membutuhkan pertolongan orang lain dan terutama membutuhkan Tuhan. Seorang yang rindu menginjili harus mampu melahirkan pelayan-pelayan yang berkualitas, pastinya juga dapat memberikan teladan yang baik . Memulai pelayanan tidak harus langsung yang tampaknya hebat. Mulailah dari hal yang paling mungkin untuk dapat dikerjakan dan harus dikerjakan hingga tuntas. Sampai pada waktunya mendapatkan kesempatan memberitakan injil dengan jangkauan yang luas.
Dalam memberitakan injil, penting bagi para penginjil untuk mengenal budaya/lingkungan masyarakat sekitar. Hal ini dapat lebih mempermudah untuk diterima masyarakat. Sehingga pemberitaan injil dapat tersebarkan dengan maksimal. Berani untuk mengambil langkah yang berbeda atau melakukan terobosan, merupakan hal yang tidak kalah penting. Namun harus dalam batasan yang wajar. Jika tidak berani melakukan terobosan maka langkah kita tidak akan pernah bisa mencapai lebih banyak lagi.
Di tengah dunia yang sungguh modern ini mendorong para pelayan injil untuk lebih semangat lagi terlebih dalam hal kunjungan. Kunjungan merupakan bentuk perhatian kepada orang-orang yang dilayani, namun terkadang terkendala dengan jarak dan waktu. Para penginjil dapat memanfaatkan kecanggihan modern dengan melakukan kunjungan via online. Juga tidak melupakan keadaan sosial yang ada, penting memperhatikan daerah yang memiliki perekonomian kebawah untuk diperdulikan. Dengan memberikan makan gratis, pengobatan gratis dan lain sebagainya. Ketika semua pelayanan dilakukan dengan sungguh-sungguh, maka mujizat pun terjadi atas orang yang belum percaya, melalui perlakuan kita yang mecerminkan Kristus dapat menjangkau orang yang belum percaya menjadi percaya.
Kesimpulan
Markus menggambarkan Yesus sebagai “Anak Manusia yang menderita (Markus 10:45), yang datang untuk melayani dan berkorban demi umat manusia. Demikianlah kita harus memiliki prinsip yang sama yaitu melayani dan berani berkorban bagi orang lain. Yesus mengajarkan ketika melayani harus melayani dengan kerendahan hati (Markus 10:44). Ketika ingin memberitakan kebenaran Firman Tuhan, ada baiknya jika kita memiliki strategi yang baik seperti yang diajarkan Yesus dalam konteks kitab Markus yaitu: Melibatkan banyak orang, melakukan pemuridan, memulai dari yang terdekat/terkecil, kontekstualisai (menyesuaikan budaya), berani melakukan terobosan, kunjungan, pelayanan sosial, mujizat. Sungguh penting memiliki strategi yang baik dalam memberitakan injil, selain dapat menciptakan para panginjil yang lainnya, jiwa yang dijangkau pun akan semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA
Carson, D.A. “Kristus dan Kebudayaan Sebuah Kajian Baru”. Surabaya: Momentum, 2018.
Hudson, Neil. “Gereja Idaman, Gereja Pemuridan”. Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2017.
Leith, Anderson. “Yesus :Biografi Lengkap Tentang Pribadi-Nya, Negara-Nya, dan Bangsa-Nya”. Yogyakarta: Gloria Graffa, 2008.
Post,Walter M. “Tafsiran Injil Markus”. Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1974.
Tenney, Merrill C. “Survei Perjanjian Baru”. Malang: Gandum Mas, 1993.
Venema H. “Injil Untuk Semua Orang”. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih Jilid I, 1997.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.