DISIPLIN PUASA DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENGUASAAN DIRI



OLEH: NOVITATRI LESTARI SILAEN 



PUASA

Pendahuluan

Disiplin rohani adalah seluruh aktivitas/kegiatan yang dapat membantu seluruh orang percaya dalam memperoleh kekuatan untuk menjalani hidup sebagaimana yang diajarkan oleh Kristus.  Disiplin Rohani merupakan suatu respon atas anugerah Allah kepada manusia yang di dalamnya orang Kristen dapat belajar mengenal dan membangun hubungan yang terus menerus bersama dengan kehendak Allah.  Ada beberapa contoh kegiatan disiplin rohani antara lain bermeditasi, doa, belajar, pengakuan, penyembahan, kesendirian, berpuasa.

Dari beberapa kegiatan disiplin rohani diatas, puasa merupakan salah satu disiplin rohani yang jarang diajarkan oleh gereja.  Beberapa alasan mengapa puasa ini jarang diajarkan atau diabaikan ialah, adanya tanggapan buruk mengenai puasa yang dijadikan sebagai kebiasaan yang berlebihan yang dilakukan oleh para pertapa pada abad pertengahan.  Alasan kedua, ialah adanya tanggapan yang salah yang menjelaskan bahwa tidak makan (puasa) sama dengan berada diambang kematian.

Hal ini merupakan tanggapan yang salah oleh karena puasa bukan hanya berbicara mengenai menahan haus dan lapar namun juga menahan hawa nafsu dan juga berhubungan erat dengan penguasaan diri.  Di dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang penguasaan diri dalam hal berpuasa untuk memberikan pemahaman yang benar mengenai puasa.



Definisi Puasa

Puasa adalah upaya menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja dan berhubungan dengan keagamaan.  Dalam kamus Alkitab puasa adalah penyangkalan diri terhadap makanan yang secara luas masih merupakan kewajiban religius.  Dengan demikian puasa dapat diartikan sebagai upaya menahan segala sesuatu yang bersifat kedagingan sebagai bagian dari kegiatan yang bersifat religius.  Berpuasa juga dapat diartikan sebagai disiplin rohani yang berguna untuk menguasai nafsu kedagingan (menyangkal diri), sehingga lebih dekat kepada Tuhan dan kerohanian menjadi lebih bertumbuh.  Setiap orang yang menjalankan puasa pada dasarnya sedang memenjarakan diri dari berbagai nafsu duniawi. 

Puasa akan menolong bukan hanya sekedar belajar untuk menguasai atau mengotrol nafsu keinginan makan dan minum, tetapi puasa menolong untuk belajar menahan diri dari hal-hal yang bersifat keinginan diri manusia, dalam kaitannya dengan hawa nafsu yang tanpa kendali sehingga lebih dekat kepada Tuhan dan kerohanian menjadi lebih bertumbuh.  Setiap orang yang menjalankan puasa pada dasarnya sedang memenjarakan diri dari berbagai nafsu duniawi.

Puasa dalam Alkitab

 Dalam Alkitab puasa bukanlah kegiatan religius yang tabu.  Alkitab memperkenalkan puasa sebagai sesuatu yang baik, berguna dan perlu dilakukan.  Puasa Alkitabiah bukanlah usaha untuk menggerakkan Tuhan.  Tuhan tidak memaksudkan puasa sebagai syarat untuk dikabulkannya doa-doa ataupun kehendak yang seseorang inginkan (Yer 14:12).  Meskipun puasa dapat mendekatkan seseorang pada Tuhan, hal ini tidak digunakan untuk membujuk atau memaksa Tuhan melakukan apa yang dikehendaki oleh seorang yang berpuasa.  Puasa dalam Alkitab bukanlah cara menunjukkan tingkat kedewasaan rohani seseorang (Luk 18:12). 

Dalam Alkitab puasa merujuk pada pantangan untuk tidak mengonsumsi makanan untuk tujuan-tujuan yang rohani.  Kata puasa muncul sebanyak 68 kali dalam Alkitab.  Puasa dalam Perjanjian Lama berasal dari bahasa Ibrani “tsum” yang artinya adalah penyangkalan diri.  Sedang dalam Perjanjian Baru, puasa berasal dari bahasa Yunani nêsteuô (tidak makan), nêsteia dan nêstis.

Puasa Menurut Perjanjian Lama

Pada kitab Perjanjian Lama yaitu kitab Imamat 16:29  menyatakan bahwa puasa adalah suatu ketetapan yang berlaku untuk selama-lamanya dan salah satu cara merendahkan diri di hadapan Tuhan.  Dalam kitab Yesaya mengokohkan kembali arti dari puasa, yaitu mengadakan hari yang berkenan pada Tuhan dengan cara merendahkan diri di hadapan Tuhan untuk meninggikan namaNya.  Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa esensi puasa bukan terletak pada soal tidak makan dan minum tetapi bagaimana sikap merendahkan diri dihadapan Tuhan untuk memohon belas kasihanNya.  

Puasa menurut II Tawarikh 20 : 3 adalah upaya meminta pertolongan kepada Tuhan seperti tertulis sebagai berikut : Yosafat menjadi takut, lalu mengambil keputusan untuk mencari TUHAN. Ia menyerukan kepada seluruh Yehuda supaya berpuasa.  Puasa yang dilakukan bangsa Israel seperti tertulis dalam I Samuel 7 : 6 adalah bentuk penyesalan dari bangsa Isreal yang telah membuat Allah Allah lain selain Tuhan Allah di daerah Mizpa.

Dalam Perjanjian Lama, dapat ditemukan orang-orang yang berpuasa seperti: Musa, melakukan puasa 40 hari 40 malam tidak makan dan tidak minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28), Daud tidak makan dan semalaman berbaring di tanah (2 Sam 12:16), Elia puasa 40 hari 40 malam (1 Raj 19:8), Ester yang memaklumkan puasa 3 hari 3 malam tidak makan dan tidak minum (Est 4:16), Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13), Daniel 10 hari hanya makan sayur dan minum air putih (Dan 1:12), doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2), juga Yunus 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17), dan Niniwe 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7).  

Puasa Menurut Perjanjian Baru

Puasa bukanlah sesuatu yang dituntut atau diminta Allah dari orang-orang Kristen.  Namun, puasa dapat diartikan sebagai bentuk kesungguhan hati mengharapkan ikut campur tangan Tuhan dalam tindakan atau keputusan dalam kehidupanHal tersebut dapat dilihat dalam kitab Kisah Para Rasul yang  mencatat tentang orang-orang percaya yang berpuasa sebelum mereka mengambil keputusan-keputusan penting ( Kis 13:4; 14:23 ).  

 Ini membuktikan bahwa puasa merupakan suatu hal yang perlu dilakukan terlebih ketika dalam keadaan kesesakan sebagai bentuk kesungguhan hati.  Puasa tidak hanya fokus pada tidak makan atau tidak minum saja, seharusnya tujuan dari puasa adalah melepaskan mata kita dari hal-hal duniawi dan berpusat pada Tuhan.  Sekalipun di dalam Alkitab puasa selalu berhubungan dengan tidak makan, ada cara-cara lain untuk berpuasa.  Apapun yang dapat ditinggalkan untuk sementara demi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan dengan cara yang lebih baik dapat dianggap sebagai puasa (1 Korintus 7:1-5).  

Dalam Perjanjian Baru, dapat ditemukan juga beberapa tokoh yang melakukan puasa seperti, Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Mat 4:2), Yohanes pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Mat 11:18), Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kis 9:9), dan Jemaat mula-mula, berpuasa untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kis 13:2-3).

Jenis-Jenis Puasa

    Dalam Alkitab terdapat beberapa jenis-jenis dari puasa.  Pertama adalah puasa total, yakni puasa yang tidak makan dan tidak minum.  Puasa ini dilakukan pada umumnya tiga hari tiga malam, atau untuk kasus khusus tertentu ( tergantung pada ketahanan tubuh seorang ).  Hal ini sama seperti yang dilakukan oleh Ester yang memerintahkan seluruh orang Yahudi untuk  tidak makan dan tidak minum selama tiga hari ( Est 4:16).  

    Jenis puasa yang kedua adalah puasa sebagian, yakni tidak mengkonsumsi makanan tertentu.  Jenis puasa ini seperti yang dilakukan oleh Daniel yang hanya makan sayur dan juga minum air ( Dan 1:12). Daniel melakukan puasa dalam bentuk membatasi makanan bukan tidak memakan makanana sama sekali.  Jenis puasa yang terakhir adalah puasa biasa, yaitu puasa yang berpantang semua makanan, baik yang keras maupun yang lembut, tetapi tidak berpantang air (Mat 4:2).

Penguasaan Diri

    Penguasaan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan pikiran, perkataan, tindakan  emosional, dan juga kebiasaan.  Penguasaan diri ( Self Control) merupakan salah satu dari buah-buah Roh yang terdapat dalam Galatia 5:21-22.  Kata penguasaan diri dalam bahasa Yunani yang terdapat dalam Galatia 5:21-22  ialah egkrateia.  Arti dari egkrateia adalah kemampuan diri untuk menguasai dan mengendalikan diri sehingga tidak membiarkan diri dibawa oleh perasaan dan tindakan yang tidak terkendali.  

Penguasaan diri bukan hanya pengendalian diri dari keinginan yang tertuju pada hal yang tidak benar, tetapi lebih pada pengendalian diri supaya memiliki kekuatan untuk melakukan perbuatan benar dan menyadari arti dari kebebasan yang sejati.  Hal yang termasuk sikap penguasaan diri ialah bahwa seorang Kristen mampu melaksanakan kuasa atas dirinya sendiri dalam segala keadaan.                             

Hubungan Antara Puasa Dengan Penguasaan Diri

    Puasa berhubungan erat dengan penguasaan diri. Dalam puasa haruslah memiliki pengendalian/ penguasaan diri dari segala godaan duniawi yang ditawarkan.  Puasa merupakan bentuk dari penguasaan diri atas tubuh, jiwa, dan roh.  Penguasaan diri atas tubuh lebih tertuju kepada makanan, yakni menahan diri untuk tidak makan.  Penguasaan diri atas jiwa cenderung kepada pengendalian atas emosi, pikiran, maupun hati.  Menahan diri untuk tidak marah, tidak bergosip, lebih banyak melakukan kebaikan, dan juga belajar untuk rendah hati.  

Sedangkan penguasaan diri atas roh lebih kepada upaya-upaya untuk menjalin hubungan dengan Tuhan, mendekatkan diri kepada Tuhan.  Ini dilakukan dengan memberi waktu lebih banyak untuk berdoa, membaca Alkitab dan merenungkannya agar semakin peka akan suara dan kehendak Tuhan.

Kesimpulan

Puasa merupakan salah satu disiplin rohani yang harus dilakukan. Motivasi puasa adalah Allah bukan manusia.  Allah bukan melihat atas apa yang tidak kita makan namun kesesungguhan kita dalam beribadah dan dalam Alkitab tertulis jenis-jenis puasa umum yaitu, puasa biasa, puasa sebagian, puasa penuh.  Dalam melakukan puasa diperlukan sebuah sikap penguasaan diri.  

Penguasaan diri adalah kemampuan untuk mengendalikan Pikiran, perkataan, tindakan  emosional, dan juga kebiasaan.  Puasa sangat berkaitan dengan penguasaan diri karena puasa adalah sebuah disiplin yang mengajarkan untuk menahan nafsu dalam diri setiap manusia dan juga mengingatkan setiap manusia untuk terus bergantung kepada Allah.  Maka dari itu diperlukannya penguasaan diri dalam melakukan puasa.

Daftar Pustaka

Drescher, John M.  Melakukan Buah Roh, diterjemahkan oleh Agustien.  Jakarta: Gunung Mulia,2008, 261 [buku on-line] diambil dari https://books.google.co.id/books?id=Ty4avQm4EMMC&printsec=frontcover&dq=melakukan+buah+roh&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjgxuju9O3sAhUW8XMBHcDbCMMQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=melakukan%20buah%20roh&f=false; internet, diakses 15 Oktober 2020.

Rey, Hendra. Menata Hati Serupa Kristus.  Visi Anugerah Indonesia: Bandung. 2014.[buku on-line] diambil dari https://books.google.co.id/books?id=mfdoBgAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=Menata+Hati+Serupa+Kristus&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiH266Lv-3sAhUe6XMBHXeNB0gQ6AEwAHoECAEQAg#v=onepage&q=Menata%20Hati%20Serupa%20Kristus&f=false; internet, diakses 15 Oktober 2020.

Marbun, Pardomuan.  “Puasa”. Artikel Online diambil dari http://domugreeting.blogspot.com/2017/05/puasa.html; internet, diakses 27 Oktober 2020.

Mutak, Alfius Areng.  Disiplin Rohani Sebagai Praktek Ibadah. Jurnal Theologi Aletheia. Vol.18. No 10. Maret,2016 [jurnal online] diambil dari http://sttaletheia.ac.id/wp-content/uploads/2016/04/Disiplin-Rohani-Sebagai-Praktek-Ibadah-Pribadi_Alfius-Areng-Mutak.pdf. Diakses 20 Oktober 2020.

Napel, Henk Tan.  Jalan Yang Lebih Utama Lagi.  Gunung Mulia: Jakarta. 2006. [buku on-line] diambil dari https://books.google.co.id/books?id=-XCIuioBkfsC&printsec=frontcover&dq=Jalan+Yang+Lebih+Utama+Lagi&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjP3MfG7e3sAhWo7XMBHau2Bq0Q6AEwAHoECAIQAg#v=onepage&q=Jalan%20Yang%20Lebih%20Utama%20Lagi&f=false; internet, diakses 15 Oktober 2020.

Talan, Yesri.  “Pola Dasar Hidup Kristen: Kajian Teologis Terhadap Khotbah Yesus Di Bukit” Bengkulu: Permata Rafflesia. 2020.

Tuhumury, Petronella. “Transformasi Sebuah Paradigma TerobosanMakassar :STT Jaffray. 2018. [Buku On-line] diambil dari https://books.google.co.id/books?id=InJmDwAAQBAJ&pg=PA6&dqTransformasi+Sebuah+Paradigma+Terobosan&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjv_KfYu-3sAhXxILcAHTn5Ck4Q6AEwAHoECAYQAg#v=onepage&q=Transformasi%20Sebuah%20Paradigma%20Terobosan&f=false; internet, diakses 27 Oktober 2020.



No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.