Oleh: Domu Marbun
Menurut kitab 1 Tesalonika 4:3-8, hal ini sedang berbicara mengenai kemurnian seks dan kekudusan hidup secara khusus dalam pernikahan. Kekudusan pernikahan adalah kehendak Allah dalam kehidupan pernikahan orang percaya, dimana kekudusan ini harus dijaga dengan menjauhi percabulan, memiliki satu perempuan yang menjadi istri, hidup dalam pengudusan dan penghormatan. Kekudusan Pernikahan ini juga sekaligus menjadi Panggilan hidup orang percaya, sehingga dalam kehidupan sehari-harinya harus menjauhi apa yang cemar dan selalu melakukan apa yang kudus.
Kekudusan Pernikahan Berdasarkan 1 Tesalonika 4:3-8
Hidup dalam Kehendak Allah (ayat 3)
Kebahagiaan dalam pernikahan hanya dapat dialami jika didasarkan pada Aturan Firman, Karena Pernikahan adalah Rancangan Allah. Suami dan isteri yang telah dipersatukan Allah dalam pernikahan harus bertanggungjawab melakukan peranan mereka masing-masing. Kebahagiaan hanya akan terjadi jika keduanya bertanggungjawab atas peranan dan dasar yang telah ditetapkan Tuhan atas pernikahan. Oleh karena itu suami maupun isteri harus mengerti kehendak Allah dalam pernikahan mereka.
1 Tesalonika ayat 3
Paulus sedang mengingatkan dan menasehati jemaat ini untuk mengerti dan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah di dalam kehidupan mereka, terutama dalam hal kemurnian dalam seks.
Kata kehendak Allah berasal dari kata θέλημα τοῦ Θεοῦ. Kata θέλημα dalam teks ini memiliki bentuk kata benda neuter nominative tunggal yang mengharuskan ada pemilik dari kata ini.
τοῦ Θεοῦ memiliki bentuk maskulin genetif tunggal. Dengan bentuk genetif ini memperjelas bahwa Θεοῦ (Allah) lah yang menjadi pemilik kehendak itu
ayat 3 ini sedang berbicara satu kehendak Allah yaitu pengudusan yang diturunkan dalam empat (4) bentuk.
Menjauhi Percabulan (ayat 3)
Dalam bahasa Indonesia kata percabulan berasal dari akar kata cabul yang memiliki dua keterangan yaitu, pertama, keji dan kotor dan yang kedua adalah perbuatan yang buruk atau melanggar kesusilaan
Percabulan adalah penyimpangan seksual yang tidak sesuai dengan maksud Tuhan.
Alkitab memberikan beberapa gambaran mengenai hal percabulan ini yaitu;
• hubungan seks antara ibu dan anak (1 Kor. 5:1)
• mengambil istri lebih dari satu (1 Tes. 4:4)
• homoseksual (Rm. 1:27)
• memandang perempuan serta mengingini (Matius 5:28)
kata ἀπέχεσθαi memiliki bentuk kata kerja present infinitive medium.
Bentuk present dalam Bahasa Yunani berarti kegiatan yang sedang dilakukan dan terus-menerus, sedangkan bentuk infinitive adalah untuk menyatakan suatu pekerjaan yang lepas dari persoalan siapa pelakunya yang bersifat kata kerja.
Kata frasa “supaya kamu menjauhi perjabulan adalah ἀπὸ (apo) yang berarti dari, atau jauh dari.
Kata apo merupakan kata depan dimana penggunaan kata depan sangat penting dalam Bahasa Yunani.
Kata ἀπὸ dengan kasus genetif setelahnya berarti dari sisi, atau dari sebelah.
teks sedang mengungkapkan bahwa jemaat Tesalonika harus menjauhi percabulan bukan saja dari dalam melainkan harus bergerak keluar jauh dari apa yang namanya percabulan.
kata πορνείας (porneias) yang berarti fornication, whoredom, dan idolatri.
Spiros Zodhiates juga memberikan arti kata porneia sebagai perbuatan zinah, kekotoran dan dosa-dosa seksual lainnya.
Kata ini juga sering merujuk kepada kata yang sama dalam Bahasa Yunani yaitu moicheia yang biasa digunakan secara umum untuk merujuk kepada dosa-dosa seksual, seperti percabulan, perzinahan dan lain-lain (1 Kor. 6:13,18, 7:2; 2 Kor.12:21; Gal 5:19; Ef.5:3; Kol.3:5; 1Tes.4:3; Why. 9:21).
makna dari menjauhi percabulan adalah:
menjauhkan diri secara aktif dari percabulan
menjauhkan diri dari dosa perzinahan
menjauhkan diri dari semua dosa-dosa seksual seperti pornograpi, pikiran cabul, dan tempat pelacuran
Hal ini harus dilakukan secara aktif dan terus menerus, sehingga jemaat menghadirkan komunitas yang kudus bagi Kristus.
Mengambil Seorang Perempuan Menjadi Isteri (4:4)
Dalam teks aslinya frasa ini berbunyi εἰδέναι ἕκαστον ὑμῶν τὸ ἑαυτοῦ (eidenai hekaston hymon to eautou), yang berarti mengenal masing-masing miliknya sendiri. Untuk itu Paulus sedang menasehatkan jemaat Tesalonika ini supaya mengenal (intim) dengan pasangan milik mereka sendiri.
Hal untuk hidup benar bersama istri masing-masing adalah sebuah penguasaan diri ketika seseorang berhasil menjauhkan diri dari percabulan dan menjadi hidup kudus.
Penguasaan diri adalah tanggapan kepada keputusan seksual dimana Paulus mengatakan jemaat harus belajar dalam hal itu.
Nasehat ini diberikan oleh karena jemaat Tesalonika adalah orang-orang yang baru memeluk iman Kristen dan mereka berasal dari suatu masyarakat yang memandang kesucian bukanlah suatu kebajikan tetapi sesuatu yang lumrah sehingga pengaruhnya tetap ada bagi jemaat.
Tingginya tingkat perceraian dalam pernikahan di lingkungan masyarakat jemaat Tesalonika juga merupakan pemicu bagi Paulus untuk menyampaikan nasehat agar setiap jemaat itu hidup benar dengan satu istri masing-masing.
Pernikahan adalah gambaran yang unik dari sebuah hubungan antara Allah dengan umatNya, antara Kristus dan gerejaNya.
Hubungan suami-istri dalam pernikahan harus bisa menggambarkannya.
Suami harus menjadi kepala dalam pernikahan dan berperan mengasihi istri.
Istri juga harus tunduk kepada suami seperti kepada Kristus.
Hal ini menjadi keharusan bagi suami dan istri, karena Kristus telah memberikan teladan terlebih dahulu, yaitu dengan mengasihi jemaatNya bahkan mengorbankan diriNya. Hal telah terlihat jelas sejak cerita pernikahan dalam sejarah Adam dan Hawa.
Pernikahan adalah merupakan perjanjian dengan Allah, dimana kedua mempelai baik suami maupun istri mengikrarkan janji mereka satu sama lain kepada Allah dan jemaat.
Perjanjian Allah atau sering disebut Covenant ada sesuatu yang tidak bisa dibatalkan.
Oleh karena itu perceraian tidak memiliki tempat dalam pernikahan Kristen, karena Allah tidak pernah merancangkan perceraian dalam pernikahan Kristen.
makna dari mengambil seorang perempuan menjadi isteri adalah :
hidup dengan satu istri
menikah dengan satu istri
memiliki hanya satu isteri
hidup bersama satu isteri
Dalam hal ini setiap pria maupun wanita harus hidup bersama-sama dengan pasangan masing-masing baik isteri maupun suami.
Hidup Dalam Pengudusan (4:4)
Hidup dalam pengudusan dalam teks ini ditujukan kepada hubungan suami isteri, dimana isteri dimaksudkan sebagai tubuh dari suami. Suami maupun isteri harus menjalani kehidupan pernikahan di dalam kekudusan. Ini menjadi perintah bagi suami-isteri di dalam pernikahan Kristen. Oleh karena itu, suami dan isteri harus mau diproses hidupnya ke dalam kekudusan yang Allah maksudkan sesuai dengan ketetapan Allah dalam rencanaNya. Hidup dalam pernikahannya harus dipisahkan/ diarahkan kepada kehendak Allah.
Pernikahan menyediakan sebuah konteks yang mendorong pertumbuhan rohani dengan membuat setiap orang lebih menghargai moralitas, karakter, dan hati yag takut akan Tuhan, daripada sebuah bentuk fisik yang dianggap ideal.
Pernikahan menghubungkan kapasitas seksual dengan keintiman emosional, kebersamaan, tanggung jawab dalam keluarga, serta relasi yang permanen.
Oleh sebab itu setiap orang harus mengarahkan hidup mereka pada apa yang dipandang indah oleh Tuhan, bukan pada kecantikan atau kemolekan semata (1 Pet.3:3-4).
Hidup dalam pengudusan berarti memberikan hidup untuk melakukan kehendak Allah, dimana kudus berarti dipisahkan untuk Allah.
Dikuduskan berarti dipisahkan dari kekotoran dunia ini. Yesus berkata bahwa yang membersihkan orang percaya adalah firman yang diterimanya (Yoh. 15:3).
Orang percaya yang hidup dalam pengudusan adalah mereka yang menghidupi firman itu.
Firman yang diterima seseorang akan bekerja mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran (2 Tim. 3:16).
Hidup Dalam Penghormatan (4:4)
Kata penghormatan berasal dari kata τιμῇ (time) yang berarti a valuing, a price yang biasa digunakan dengan arti a price, honor. Kata τιμῇ memiliki tiga pengertian yang umumnya dipakai di dalam Perjanjian Baru yaitu:
• merujuk kepada harga yang dibayar
• merujuk kepada betapa berharga Kristus bagi orang-orang percaya
• merujuk kepada nilai dan tata acara manusia serta ketidakberhargaanya melawan kesenangan daging
Dalam teks 1 Tesalonika 4:4 penggunaan kata τιμῇ ini merujuk kepada nilai atau tata cara suami memperlakukan istrinya sebagai tubuhnya sendiri yaitu dengan menghargai tidak dengan hawa nafsu atau birahi.
Dalam teks 1 Tesalonika 4:4 penggunaan kata τιμῇ ini merujuk kepada nilai atau tata cara suami memperlakukan istrinya sebagai tubuhnya sendiri yaitu dengan menghargai tidak dengan hawa nafsu atau birahi.
arti terhadap kata τιμῇ ini sebagai “menghormati” dimana dalam teks ini lebih mengarah kepada reputasi hidup yang terhormat yang diperlihatkan seseorang dalam kehidupannya.
Hal ini berarti bahwa orang percaya dalam pernikahannya harus memiliki reputasi yang terhormat. Hal ini tentu harus dibangun pertama kali di dalam pernikahan, dimana suami memperlakukan istri secara terhormat dan istri memperlakukan suami secara terhormat.
Dalam bagian ini Paulus memerintahkan untuk mengambil seorang perempuan menjadi istri kemudian untuk hidup di dalam pengudusan dan penghormatan (1 Tes. 4:4)
sebabnya penghormatan dalam teks ini lebih merujuk kepada memberi nilai yang sesuai kepada istri maupun suami yaitu menghargai istri sebagaimana dimaksudkan firman Tuhan tentang istri.
Dalam ayat 5 memberikan kontras perbandingan yaitu bukan di dalam keinginan hawa nafsu seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah.
Hidup dalam penghormatan yang dimaksud ada dalam lingkup hubungan suami dengan istri, secara khusus dalam hubungan seks.
Hidup dalam penghormatan di dalam hubungannya dengan suami-isteri adalah berbicara mengenai saling menghargai sehingga hubungan itu menjadi hubungan yang dapat diteladani oleh orang-orang di sekitar mereka.
Hal ini dapat terjadi ketika suami menghargai istrinya sebagai bagian dari tubuhnya sendiri, dan istri juga menghargai suami sebagai kepalanya. Dengan demikian terciptalah hubungan yang baik antara suami dan isteri sehingga dipandang terhormat oleh orang-orang di lingkungan mereka.
makna dari hidup dalam penghormatan adalah
menilai pasangan sesuai gambar Allah,
menghormati pasangan dalam hubungan seks,
tidak hidup di dalam hawa nafsu, tetapi memperlakukan pasangan dengan terhormat
Panggilan Hidup Orang Percaya (4:7)
Dalam bagian kedua dari teks 1 Tesalonika 4:3-8, ditemukan bahwa Paulus sedang menekankan hal apa sajakah yang menjadi Panggilan Hidup Orang Percaya. Dalam bagian ini Paulus dengan tegas berkata bahwa Allah memanggil umatNya bukan untuk melakukan apa yang cemar, tetapi untuk melakukan apa yang kudus.
Menjauhi Yang Cemar (4:7)
Indikator pertama dari panggilan hidup orang percaya adalah untuk menjauhi apa yang cemar.
Kata cemar dalam teks ini berasal dari kata ἀκαθαρσίᾳ (baca: akatharsia) yang berarti uncleanness dan sering digunakan sebagai uncleanness dan impurity.
Hasan Sutanto menerjemahkan akatharsia ini dengan kata kotoran, hal tidak bermoral, kenajisan, dimana kata ini muncul 10 kali dalam Perjanjian Baru
Mat. 23:27
Rm,1:24; 6:19
2 Kor. 12:21
Gal. 5:19
Ef. 4:19; Ef. 5:3
Kol. 3:5
1 Tes. 2:3; 4:7
kata najis dalam Perjanjian Baru lebih berarti kepada perbuatan yang melanggar kehendak Allah
kenajisan yang dimaksud berarti segala perbuatan moral yang najis tidak boleh dilakukan dan harus dijauhkan dari kehidupan orang percaya. Hal ini dapat berupa pornograpi, perselingkuhan, pelacuran, onani maupun masturbasi.
Konsekuensi dari kekudusan adalah dunia yang terpisah.
Jika kehidupan berasal dari Allah, maka kehidupan itu pada intinya adalah kudus. Jika Allah tidak diperlakukan untuk hidup, maka hidup menjadi cemar.
Kata “cemar” berarti di luar bait Allah yang berarti, Allah tidak memiliki hak hukum atas kehidupan bagian dalam hidup seseorang. Oleh karena itu, jika seseorang melakukan apa yang cemar, maka dengan sendirinya ia berada di luar dari apa yang kudus, dan di luar dari apa yang menjadi kehendak Allah.
Panggilan Allah jelas kepada orang percaya yaitu untuk menjadi kudus sebab Allah kudus.
orang percaya tidak dikehendakinya hidup dalam kecemaran.
Kecemaran dapat berarti ketidakmurnian ataupun perbuatan yang melanggar kehendak Allah dan perbuatan-perbuatan yang tidak bermoral.
Hal ini dapat berupa dosa dalam pikiran dan juga dalam hati akibat ketidakpuasan terhadap pasangan yang mengakibatkan suami ataupun istri mencoba mencari kepuasan melalui video porno ataupun mengingini wanita lain.
Hal ini pada akhirnya dapat berujung pada perselingkuhan baik kepada pelacuran, maupun wanita lain. Jika dosa ini terus dilakukan maka bukan tidak mungkin akan memuncak kepada perceraian
makna dari menjauhi apa yang cemar adalah
menjauhkan diri hal-hal yang kotor
menjauhkan diri dari ketidakmurnian
meninggalkan hal-hal yang tak bermoral
menjauhkan diri dari pornograpi, perselingkuhan, pelacuran, onani dan masturbasi.
Melakukan Apa yang Kudus (4:7).
Kata kudus dalam teks ini berasal dari kata ἁγιασμῷ (baca: hagiasmo) yang berarti consecration, sanctification, dimana pemakaiannya sering sebagai the process of making or becoming holy, set apart, sanctification, holiness, consecration. Hal ini tentunya menjadi kebalikan dari apa yang cemar, dimana di dalam frasa sebelumnya dinasehatkan untuk menjauhi yang cemar.
Panggilan ini dapat merujuk kepada apa yang dituliskan oleh Paulus di dalam suratnya di Galatia yaitu panggilan untuk melayani dengan kasih (Gal. 5:13). Hal yang sama juga diutarakan oleh Paulus kepada jemaat di Efesus untuk hidup di dalam pekerjaan yang dipersiapkan oleh Allah sebelumnya (Ef.2:10). Oleh karena itu melakukan apa yang kudus lebih merujuk kepada melakukan apa yang menjadi kehendak dan rancangan Allah yaitu melayani dengan kasih.
melakukan apa yang kudus menjadi proses dari pengudusan yang dikerjakan oleh Allah dalam diri orang percaya.
Melakukan apa yang kudus dalam menjadi gaya hidup orang percaya.
inilah yang membuat orang percaya berkenan kepada Allah yaitu jika ia melakukan apa yang menjadi kehendak Allah. Ini menjadi bukti bahwa seseorang itu telah hidup di dalam rencana-Nya (Ef. 2:10).
Oleh karena itulah di dalam pernikahan suami-istri harus melakukan apa yang kudus yakni dengan saling melayani satu sama lain di dalam kasih.
Allah berkata “Kuduslah kamu sebab Aku kudus” (1 Pet. 1:16).
Oleh karena itu hubungan pernikahanpun harus menjadi pengalaman yang membangun dan menguatkan satu dengan yang lainnya dalam perjalanan menuju hidup kudus seperti yang dinasehatkan dalam 1 Tesalonika 5:11.
Panggilan Allah untuk melakukan apa yang kudus tidak dapat ditawar, tetapi menjadi kewajiban bagi setiap orang percaya. Hal ini merupakan bentuk aktif orang percaya setelah menjauhi apa yang cemar.
Kekudusan merupakan sebuah komitmen untuk bertekun dalam penyerahan diri kepada Tuhan.
Hal ini didorong oleh kerinduan untuk hidup di dalam firman.
Hidup dituntun oleh firman membawa kepada penyerahan diri kepada Tuhan.
Dengan cara demikianlah maka tujuan perjanjian Allah dalam pernikahan dapat terwujud.
Melakukan apa yang kudus juga berbicara mengenai setiap pengambilan keputusan dimana keputusan itu diambil berdasarkan penyerahan diri kepada Tuhan.
Keputusan yang diambil terpisah dari hikmat Allah menimbulkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan.
Dalam setiap keputusan baik yang diambil oleh suami maupun istri harus berdasarkan kepada firman.
Pernikahan menyediakan sebuah konteks yang mendorong pertumbuhan rohani dengan membuat seseorang lebih menghargai moralitas, karakter dan hati yang takut akan Tuhan dibandingkan hanya bentuk fisik yang ideal.
Dalam pernikahan melakukan apa yang kudus adalah saling melayani satu dengan yang lain antara suami dan istri secara sukarela sebagai bukti kasih. Hal ini akan menjadikan suami baik istri bertumbuh dan dibangun kepada maksud Allah dalam hidup pernikahannya.
makna dari melakukan apa yang kudus adalah
melayani dengan kasih
melakukan firman
menghidupi firman yang menjadi bagian dari panggilan Allah kepada orang percaya.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.