Pengertian Injil Dalam Konteks Kekinian

 



Pendahuluan

Pengertian Injil

Apa itu injil?

Ada banyak orang Kristen memahami Injil itu sebagai kabar baik. Namun mereka tidak pernah memikirkan kabar baik yang bagaimana? Kabar baik yang seperti apa?

Sebagai orang Kristen, istilah mengenai Injil atau mendengar kata “Injil” merupakan sesuatu yang tidak asing lagi.  Hal ini tentu karena berkaitan dengan keimanan itu sendiri.

Pengertian Injil Dalam Konteks Kekinian

Untuk memahami kabar baik, kita perlu untuk memahami arti dari kata “baik” disini.

Tentu saja maksudnya ialah baik berdasarkan prsfektif Tuhan dan bukan manusia.  Jadi kalau kita berbicara mengenai kabar baik, kita harus tahu baik menurut siapa dan baik yang bagaimana.

Mengapa hal tersebut menjadi penting?

Karena manusia dalam segala keterbatasannya tidak tahu apa yang baik sebenarnya.

Misalnya PKH 6:12 mengatakan, “Karena siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah dia?”

Apa yang dipandang baik oleh manuisa ternyata bukan sesuatu yang baik. 

Sama halnya dengan kebodohan orang-orang Yahudi pada zaman Yesus.  Memahami apa yang baik mengakibatkan kegagalan dalam menerima kabar baik dari sang Mesias.  Mereka sama sekali tidak memahami misi utama kedatangan Yesus Kristus. Itulah sebabnya mereka mengangkat Yesus menjadi raja menurut konsep pikiran mereka (Yoh 6:15).

Penderitaan dalam Hidup Orang Kristen

Pandagan mereka, dengan melakukan hal itu mereka akan memperoleh sesuatu yang baik, tapi ternyata itu bertentangan dengan rencana Allah.

Kemudian; Petrus pernah mencegah Yesus pergi ke Yerusalem karena menurut tanggapan Petrus itu merupakan suatu malapetaka.  Tetapi apa yang dilakukan oleh Yesus? Markus 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Dimanakah iblisnya? Tentu saja di dalam pikirannya Petrus, di dalam konsep-konsepnya. Apa yang menurut manusia itu baik ternyata bertentangan dengan keinginan Allah.

Hari ini pun ada banyak orang Kristen yang lebih meminta berkat-berkat-Nya, tetapi mereka melupakan apa yang jauh lebih penting; yaitu keselamatan jiwa.  Untuk itulah kita harus mengetahui apa yang baik menurut pandangan Tuhan bukan pandangan manusia.

Menurut Tuhan apa yang baik ialah keselamatan.  Apa itu keselamatan? Keselamtan tidak hanya berbicara mengenai masuk Sorga dan tidak pergi ke Neraka melainkan sebuah proses.

Proses yang membawa manusia kembali kepada rancangan atau kodrat Allah yang semula.  Apa kodart itu? Ya tentu saja menanggalkan kodrat dosa dan menggunakan kembali kodrat ilahi.

Untuk itulah Injil menjadi sarana, dimana kebenaran yang dimuat dalam Injil yang di ajarkan oleh Yesus itulah yang berkuasa mengubah manusia.

Itulah sebabnya mengapa pemberitaan Injil itu harus benar.  Sebab jika tidak (coba saudara berikan tanggapan secara pribadi).

Dalam hal ini dapat kita ibaratkan dengan seseorang yang sedang sakit namun diberikan obat yang salah.  Ini bukan menyembuhkan orang tersebut namun justru sebaliknya, akan memperparah penyakit tersebut.

Paulus menulis kepada jemaat di Galatia mengenai adanya Injil yang lain, bukan Injil Kristus.

Gal 1:6-10

6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain,

7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.

8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.

9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.

Dari hal ini dapat dipahami bahwa ada pengajar-pengajar palsu ada dalam kalangan orang percaya.

Bagi orang Kristen yang baru maupun yang belum menerima pengajaran yang sesungguhnya, mereka tidak mengetahui manakah Injil yang benar dan mana Injil yang palsu.  Mereka tidak dapat membenarkan mana Yesus yang benar yang tercatat dalam Alkitab mana yang bukan.

Hal ini juga berlaku bagi orang-orang Kristen yang dilahirkan dari keluarga Kristen.  Dilahirkan sebagai Kristen tidak menjamin mereka dapat membedakan mana Injil yang murni dan mana yang bukan.

Hal ini menunjukkan adanya orang-orang Krsiten yang mudah meninggalkan imannya, berpindah-pindah dari gereja yang satu ke gereja yang lain.  Orang-orang ini tidak memiliki integritas terhadap gerejanya.

Menanggapi Injil yang lain ini orang Percaya harus waspada 2 kor 11:2-4

2  Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.

4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.

Paulus lagi-lagi menekankan bahwa ada Yesus yang lain, ada Injil yang lain dalam kalangan orang percaya.

Orang Krsten harus hati-hati, mengapa? karena Iblis menyesatkan orang melalui pikirannya.  Jika pikirannya sudah disesatkan oleh iblis maka tewaslah manusia itu.

 

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Injil yang murni itu sehingga membuat Paulus berkomentar “ Terkutuklah orang yang memberitakan Injil yang lain”

Galatia 1:9 “Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.

Ini menunjukkan kerasnya paulus terhadap Injil yang palsu.  Itulah kita harus membedakan mana yang asli mana yang palsu.

Dalam hal ini juga ada banyak penginjil-penginjil yang keliru, hal ini dikarenakan mereka juga memperoleh sumber yang salah.

Dengan demikian mereka menjauhkan manusia dari kesempuraan.  Ketika ada yang membicarakan atau mengajarkan kesempurnaan mereka akan menentangnya dengan mengatakan “mana mungkin manusia itu menjadi sempurna?

Tetapi jelas Alkitab mengatakan bahwa manusia itu harus menjadi sempurna.

Seperti yang tertulis dalam Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”

Sempurnanya setiap manusia itu berbeda.  Dalam hal ini kita dapat melihat bagaimana fakta Iblis “bermain”, bukan hanya di luar gereja tetapi juga di dalam gereja.  Oleh sebab itu kita harus tetap waspada, jangan sampai kita juga disesatkan oleh injil yang lain.

Asal usul kata “Injil”

Dalam Perjanjian Baru (PB) kata Injil diterjemahkan dari kata Yunani Euaggelízō. Penggunaan asli istilah ini pada awalnya berasal dari kemiliteran.  Yakob Tomatala menjelaskan euaggelízō berarti upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan perang. Selanjutnya istilah ini mengalami perubahan makna yang cukup signifikan.

Euaggelízō yang diartikan sebagai upah, menjadi berita kemenangan itu sendiri yang selanjutnya diadopsi orang Kristen untuk menjelaskan berita tentang Yesus Kristus atau Injil “kabar baik” tentang Yesus. Selanjutnya penekanan euaggelízō dalam istilah ini lebih berfokus kepada tugas atau pekerjaan untuk mengabarkan atau memberitakan Injil.  Jadi fokus utama dari istilah ini lebih kepada tugas atau pekerjaannya untuk mengabarkan Injil.

kata euaggelízō yang lebih menekankan ke dalam pekerjaan untuk mengabarkan Injil ini ternyata kurang tepat dengan apa yang akan kita bahas pada pelajaran kali ini.  Dengan demikian kita juga akan mengetahui bentuk kata untuk Injil selain dari euaggelízō, yaitu ευαγγέλιον (euanggelion)

Kata ‘Injil’ itu sendiri berasal dari kata benda bahasa Yunani ευαγγέλιον (euanggelion) yang secara umum berarti kabar baik atau berita baik.  Jadi arti dari Injil ialah “kabar baik”.  Pertanyaannya kabar baik mengenai apa? Kabar baik tentang siapa? Kabar baik untuk siapa?

Dalam pembelajaran ini kita akan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut.  Selain itu, pertanyaan ini juga sudah tentu dapat di jawab dengan mudah oleh orang Kristen pada umumnya.

Injil yang adalah kabar baik merupakan janji Allah kepada manusia setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa.  Janji Allah ini sesungguhnya untuk memberikan janji penyelamatan atau kabar baik yang disebut sebagai Injil (proto-evangelium).  Namun tidak hanya Injil yang itu saja yang Allah janjikan, tetapi untuk penggenapan Injil tersebut maka Allahpun memiliki misi.

Misi merupakan keinginan terdalam dari hati Allah untuk menyelamatkan umat manusia yang telah berdosa. Dengan demikian dapatlah diketahui bahwa misi dan penginjilan memiliki keterkaitan satu sama lain.  Jadi apa yang dimaksud dengan penginjilan, sama dengan apa yang dimaksudkan dengan misi Allah, karena fungsi dan tujuannya sama yaitu kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan umat manusia.

Ketika manusia pertama yaitu Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah yang penuh kasih itulah yang pertama-tama mencari manusia yang berdosa tersebut.  Inisiatif Allah untuk mencari manusia yang telah berdosa itu disebut dengan penginjilan.  Penginjilan adalah ungkapan kasih Allah bagi manusia berdosa (Yeh. 18:23, 33:11).  Dimana penginjilan itu diawali dari Allah sendiri.  Sehingga perlu digaris bawahi bahwa penginjilan atau berita injil adalah anugerah Allah yang menjadi inti dari mulai kitab Kejadian sampai kitab Maleakhi.

Di dalam Injil manusia memperoleh anugerah, yaitu suatu pemberian yang tidak layak.  Ketidaklayakan manusia ini diakibatkan karena dosa yang telah manusia itu lakukan sebelumnya.  Alkitab mengatakan bahwa upah dosa ialah maut (Rm. 6:23) artinya orang berdosa seharusnya memperoleh penghukuman dari Allah atas dosanya.  Tetapi karena anugerah Allah maka manusia mendapatkan suatu kesempatan untuk memperoleh relasinya kembali dengan Allah.

Bagi umat Yahudi, Injil adalah pesan keselamatan yang melalui pemberitaannya merupakan tanda dari awal zaman keselamatan yaitu Kerajaan Allah. Jadi Injil adalah kabar baik karena berisi berita keselamatan, berita pengampunan, berita pendamaian dan berita pengudusan bagi orang berdosa.

Injil Dalam Perjanjian Lama

Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 2 dan 3) Allah memberikan “janji penyelamatan/kabar baik/Injil (proto-evangelium) yang paling awal”. Tujuan dari janji ini adalah untuk membebaskan manusia dari dosa (Kej. 3:15; Gal. 4:4; Mat 1:21; 1 Tim. 2:5). Janji mengenai Injil ini terus dinyatakan dari generasi ke generasi,sampai kepada zaman umat pilihan Allah yaitu bangsa Israel.  Puncak dari penggenapan Injil ini ialah pada pengorbanan Kristus di atas kayu salib di Bukit Golgota.

Ketika kita membahas Injil, yang merupakan janji Allah, tentu saja hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari proses perjalanan dari Injil tersebut.  Maksudnya ialah, Injil senantiasa berkaitan dengan adanya penginjilan yaitu tugas dari umat Allah untuk menyampaikan kabar baik tersebut.  Itulah sebabnya Injil tidak dapat dipisahkan dari penginjilan.

Pemahaman mengenai penginjilan yang pertama muncul di Perjanjian Baru merupakan suatu pemahaman yang keliru.  Hal tersebut dikatakan keliru karena penginjilan bukan berawal dari Perjanjian Baru melainkan berawal sejak Allah menciptakan manusia.  Diawali dari perintah Tuhan kepada manusia pertama yaitu Adam untuk menguasai dan menaklukkan bumi seperti yang tercatat dalam kitab Kejadian 1:28.  Penginjilan ini diberikan oleh Allah dengan tujuan: agar umat-Nya memenuhi, menguasai dan menaklukkan bumi bagi kemuliaan Allah. Jelas maksud dari penginjilan yang diberikan Allah kepada manusia, semuanya untuk kemuliaan Allah.

Kegagalan manusia pertama dalam melakukan perintah Allah yaitu larangan memakan buah pohon yang terletak di tengah-tengah taman telah menyebabkan manusia jatuh ke dalam dosa (Kej. 2:17, 3:6).  Akibat dari hal ini, hubungan Allah dengan manusia yang merupakan gambar dan rupa Allah menjadi rusak.  Dengan rusaknya hubungan ini membuat manusia menjadi takut untuk bertemu dengan Allah, padahal sebelum peristiwa itu manusia memiliki hubungan yang karib dengan Allah.

Manusia yang telah berdosa menjadi takut untuk bertemu dengan Allah.  Lebih lanjut manusia tidak memiliki inisiatif sedikitpun untuk bertemu dengan Allah.  Justru yang terjadi adalah manusia tersebut menyemat daun pohon ara dan membuat cawat serta bersembunyi dari Allah (Kej. 3:7-8).  Selanjutnya dalam kitab Kejadian 3:9 terlihat bagaimana cara atau inisiatif Allah untuk mencari manusia yang telah berdosa; Allah datang serta memanggil ciptaan-Nya tersebut.  Dengan demikian Allah tidak meninggalkan atau membuang manusia yang berdosa, tetapi Dia mencari manusia itu, Allah tidak membiarkan manusia itu tetap tinggal dalam persembunyiannya.

Seluruh dunia merupakan sasaran misi Allah.  Untuk melaksanakan rencana misi-Nya ini, Allah telah memberikan “mandat misi” bagi umat-Nya untuk menjadi mandataris-Nya.   Dengan demikian umat Allah memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan mandat misi seperti yang tercatat dalam kitab Kejadian. 

Kejadian 1:28, Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.”  Mandat misi Allah inilah yang menjadi dasar penting bagi pemberitaan Injil (penginjilan) tersebut.

Yakob Tomatala mengemukakan “menurut Alkitab, Allah adalah sumber, dasar dan dinamika bagi penginjilan.  Penekanannya ada pada Allah, dimana penginjilan itu dimulai atau bersumber dari Allah.  Dengan demikian Allah sendirilah yang menjamin pelaksanaan penginjilan itu.  Dalam kemahakuasaa-Nya, Allah sebagai inisiator penginjlan yang secara kreatif akan membangun dan mengembangkan penginjilan.  Atas dasar itulah maka diyakini bahwa tidak ada hal apapun yang bisa membatasi atau menghalangi penginjilan Allah secara permanen.

Dalam histori pencatatan Alkitab, penginjilan atau misi Allah diawali dengan pemilihan dan penetapan Allah atas individu sebagaimana dikemukakan dalam Perjanjian Lama. Pemanggilan kepada individu seperti Nuh, Abraham, Musa juga pemanggilan Israel sebagai umat Allah memiliki tujuan dan misi khusus. Misi khusus yang dimaksudkan tentu saja rencana Allah yang bertujuan untuk menyelamatkan umat manusia.  Jadi dapat dipahami bahwa usaha Allah ini disebut sebagai misi atau penginjilan Allah yang melalui orang-orang pilihan-Nya pada zamannya masing-masing.

            Dalam hal ini, Injil itu senantiasa ada bersama-sama dengan orang-orang yang Allah pilih untuk menyebarkan Injil tersebut.  Tujuannya sederhana namun sangat penting yaitu ‘keselamatan jiwa-jiwa’.  Jadi Allah senantiasa menjaga Injil dengan memakai para saleh-Nya untuk senantiasa mengabarkan dan meneruskan berita Injil ini.

Adapun motif atau pola penginjilan dalam Perjanjian Lama, dimulai dari kitab Kejadian 3:9.  Penginjilan dimulai di hati Allah, inisiatif Allah untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (bdk. Luk. 19:10).  Selanjutnya motif penginjilan dalam Perjanjian Lama ini dibagi kedalam dua pengetian.  Pengertian pertama karena kasih Allah, maka Allah beinisiatif untuk melakukan penginjilan; pengertian kedua karena manusia telah berdosa. Jadi semuanya karena kasih Allah dan juga karena dosa manusia yang telah merusak hubungan baiknya dengan Allah.  Itulah sebabnya tidak pernah orang berdosa yang mencari Tuhan dan diselamatkan, tetapi Allah yang berinisiatif mencari orang berdosa serta menyelamatkannya.

Ada pertanyaan yang muncul, mengapa Allah melakukan hal ini?  Jawaban yang cukup sederhana, karena Allah merupakan arsitekturnya manusia.  Dia sama sekali tidak menginginkan seorang manusiapun ada yang mati dan binasa dalam kekekalan.  Itulah alasannya mengapa Allah melakukan penginjilan itu. 

Bandingkan pertanyaan tersebut dengan Yehezkiel 18:23; Allah tidak menginginkan kematian orang berdosa, melainkan akan pertobatannya.  Jadi penginjilan merupakan bentuk dari kasih Allah yang mencari manusia yang berdosa, dimana klimaks kasih ini dalam penggenapannya ada pada kematian Yesus Kristus.

Jadi, Injil dalam Perjanjian Lama lebih kepada janji Allah yang Ia berikan kepada para saleh-Nya.  dengan demikian Injil senantiasa hidup bersama dengan orang-orang yang membawanya.  Dalam hal ini kita juga dapat memahami bahwa Injil dan budaya menjadi sesuatu yang selalu bersama sehingga Injil tidak pernah terlepas dari budaya manusia.

 

Injil Dalam Perjanjian Baru

            Seperti yang kita ketahui bersama bahwa Injil merupakan kabar baik.  Jika dalam PL Injil merupakan janji Allah, maka dalam PB janji tersebut telah di genapi.  Penggenapan janji tersebut sudah pasti kita ketahui bersama yaitu dengan kedatangan Allah itu sendiri yang mengambil rupa sebagai Anak Manusia yaitu Yesus Kristus.  Hal ini sama seperti yang Alkitab katakan Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Kedatangan Yesus yang merupakan penggenapan janji Allah ke dunia ini belum lah seutuhnya digenapi.  Mengapa dikatakan seperti itu?  Karena janji Allah tersebut bukan hanya berbicara tentang kedatangan Yesus saja melainkan juga harus ada kematian Yesus di atas kayu Salib dan kebangkitan-Nya yang menjadikan janji Allah itu sempurna di genapi.

Injil adalah “kabar baik” yang artinya Injil itu sesuatu yang harus di beritakan atau di kabarkan.  Dengan demikian kita juga dapat melihat Injil seperti apa yang ada dalam PB.  Dalam kitab Injil seperti Matius, Markus, Lukas dan juga Yohanes, kita dapat melihat seperti apa Injil yang ada pada masa itu.

Beberapa Injil/kabar baik yang dapat kita lihat juga seperti yang dilakukan oleh Yesus.

Dalam Yohanes 3:1-8, bagian ini memberitahukan percakapan antara Yesus dan Nikodemus karena pada saat yang sama Yesus melakukan penginjilan kepada Nikodemus.  Model penginjilan yang dilakukan oleh Yesus tersebut dikategorikan ke dalam model penginjilan pribadi.  Hingga saat ini model penginjilan seperti yang dilakukan Yesus masih merupakan model penginjilan yang efektif untuk digunakan.

Model penginjilan lainnya yang dilakukan Yesus ketika Dia melakukan penginjilan pribadi yang secara sengaja Ia lakukan kepada seorang wanita Samaria.  Kisah ini dapat dilihat dengan jelas dalam kitab Yohanes 4:5-43.  Dalam kisah ini, orang Samaria dan orang Israel memiliki hubungan yang tidak baik dan itu sudah terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama.  Tetapi melalui hal ini Yesus menunjukkan bahwa setiap orang pantas mendapatkan keselamatan yaitu air hidup, bukan hanya orang-orang Israel melainkan semua orang yang percaya kepada-Nya. Dengan demikian dapatlah diketahui bagaimana keberhasilan Yesus dalam menginjili wanita tersebut beserta dampaknya bagi orang-orang Samaria sehingga merekapun beroleh keselamatan yang dari Allah.

Setelah kematian dan kebangkitan Kristus; “Injil” mengalami perubahan dalam “isi” berita / kabar yang di sampaikan.  Jika sebelumnya Injil berisikan janji Allah yang akan menyelamatkan manuisa.  Maka sekarang, Injil menjadi berita kesukaan bagi dunia karena Allah telah menuntaskan janji-Nya tersebut.  Allah telah menyelamatkan manusia melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib dan berita mengenai kemenangan inilah yang menjadi inti dari “INJIL” dalam Perjanjian Baru hingga saat ini.      

Adapun contoh model penginjilan dalam Perjanjian Baru setelah kenaikan Kristus ke Sorga dapat dilihat dalam keseluruhan kitab Kisah Para Rasul.  Dalam kitab ini dapat diketahui kisah-kisah dan metode-metode dan juga perkembangan serta jangkauan dalam melakukan penginjilan.  Bagaimana penginjilan yang dilakukan oleh murid-murid Yesus atau para rasul mulai menyebar keberbagai daerah.  Semua itu terjadi tepat seperti Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus yang sekalipun dalam penyebarannya tidaklah mudah karena banyaknya tantangan dan rintangan.  Akan tetapi seperti yang diketahui bahwa penginjilan merupakan karya Allah itu sendiri, maka Allah senantiasa memberikan penghiburan, kekuatan, keberanian dan lain sebagainya kepada setiap orang yang melakukan pekabaran Injil hingga saat ini.

           

Sekarang dapatlah diketahui dan dipahami dengan baik perkembangan penginjilan yang terus terjadi.  Jika dalam Perjanjian Lama penginjilan dilakukan melalui pribadi atau keluarga; selanjutnya bangsa Israel yang dipilih oleh Tuhan dan bangsa lain harus datang kesana untuk memperoleh keselamatannya dengan menjadi umat Allah.  Maka dalam Perjanjian Baru perkembangan penginjilan yang terjadi malah sebaliknya.  Injil disebarluaskan dari bangsa Israel menuju ke berbagai penjuru dunia dan awal dari kisah ini dapat dilihat dalam peristiwa Petrus yang diperintahkan Tuhan untuk pergi ke rumah Kornelius dalam Kisah Para Rasul 10:1-48.  Demikianlah perkembangan penginjilan dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru yang selanjutnya terus berkembang sampai masa kini.

Injil dan Budaya

Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa Allah memakai umat-Nya untuk mengabarkan Injil.  Dalam hal ini tentu kita juga sudah mengetahui dengan baik bahwa Injil sudah pasti masuk ke dalam budaya dan mungkin saja bercampur, secara khusus budaya para pengabar dan penerimanya.  Dengan demikian kita dapat memahami bahwa Injil tidak hadir dalam ruang hampa, melainkan ia hadir dalam dunia yang telah memiliki nilai-nilai budaya sebagai identitasnya.

Karena itu, perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan sering menimbulkan persoalan: apakah Injil menguasai budaya atau sebaliknya budaya menguasai Injil ataukah terjadi dialog antarkeduanya untuk kekayaan bersama? Tidak ada jawaban final yang dapat diberikan terhadap setiap isu dan kasus perjumpaan antara Injil atau iman Kristen dengan budaya atau kepercayaan suku mana pun.  Itu berati, perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan merupakan persoalan yang telah dan akan  terus terjadi dalam sejarah, selama Injil masih berada di tengah-tengah kebudayaan dunia. Bahkan Richard Niebuhr ketika berbicara tentang perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan cenderung mengatakan, perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan merupakan the enduring problem (masalah yang tak berkesudahan) (Niebuhr 1956, Melihat problem itu, Niebuhr kemudian mencetuskan lima tipologi relasi Injil dan Kebudayaan.

Kelima tipologi yang dimasud adalah:

1.     Pertama, Christ Against Culture (Kristus melawan atau menentang kebudayaan). Tipologi ini bersifat radikal, di mana dunia dipandang jahat, karena itu dunia yang jahat harus ditolak. Di dalam dunia yang jahat, tidak ada unsur kebudayaan yang dapat digunakan sebagai wahana untuk menyampaikan Injil. Bahkan Injil Kristus diproklamirkan untuk melawan kebudayaan.

Sebelum kedatangan Tuhan Yesus di bumi, nilai nyawa manusia sangatlah murah. Hal ini dapat kita lihat dalam sejarah, betapa mengerikannya suatu bangsa yang kalah dalam peperangan akan diperlakukan.  Ketaatan kepada Kristus membuat manusia harus menolak segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia.

2.     Kedua, Christ of Culture (Kristus dari atau milik kebudayaan). Tipologi ini bersifat akomodatif, di mana dalam tipologi ini tidak ada pertentangan antara Injil dan Kebudayaan. Injil bahkan diakomodasikan ke dalam kebudayaan. Melalui tipologi ini, para pelaku budaya menginterpretasikan kebudayaan melalui Kristus, kemudian menyimpulkan bahwa segala unsur kebudayaan sangat bersesuaian dengan Injil. Di sisi lain, para pelaku budaya juga memahami Kristus melalui kebudayaan. Mereka memilih ajaran Alkitab dan perilaku Kristus kemudian menyatakannya sesuai dengan kebudayaan mereka. Jadi melalui tipologi ini, Kristus diharmonisasikan dengan kebudayaan. Kelima tipologi ini di ringkas dari (Niebuhr 1956, 45-229; Niebuhr 53-258; Brownlee 2004, 181-201; Yewangoe 2002, 80-82).

3.     Ketiga, Christ above Culture (Kristus di atas kebudayaan). Tipologi ini bersifat sintesis, di mana tipologi ini memilik kesamaan dengan tipologi yang kedua. Dalam tipologi ini, Injil dilihat sebagai sesuatu yang relevan dengan kebudayaan, tetapi di sisi lain, Injil juga dilihat mengatasi kebudayaan. Tipologi ini menempatkan Kristus sebagai Tuhan atas kebudayaan. Jadi Injil lebih tinggi derajatnya dari kebudayaan manapun dimuka bumi ini.

4.     Keempat, Christ and Culture in Paradox (Kristus dan kebudayaan dalam paradoks). Tipologi ini bersifat dualis, di mana Luther pada abad ke-16 menjadi wakilnya. Dalam tipologi ini, manusia mengakui dan hidup dalam dua kerajaan, yaitu: kerajaan Allah dan kerajaan manusia /masyarakat. Tetapi di antara dua kerajaan itu tidak berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Jadi Injil dan kebudayaan dalam hal ini seperti dua garis lurus yang tidak saling bersentuhan, tetapi beriringan adanya.

5.     Kelima, Christ Transforms Culture (Kristus sebagai pembaru kebudayaan). Agustinus pada abad ke-5 dan Calvin pada abad ke-16 mewakili tipologi ini. Tipologi ini melihat bahwa ada pertentangan antara Injil dan Kebudayaan, karena kebudayaan dilihat sebagai sesuatu yang telah jatuh dalam dosa. Akan tetapi, orang Kristen tidak perlu memisahkan diri dari dunia, karena Injil dapat mengubah kebudayaan dan masyarakat. Jadi tipologi ini melihat Kristus sebagai penebus yang memperbaharui masyarakat. Dengan adanya tipologi ini, membawa kita kepada pengertian bahwa semua budaya yang ada di dunia telah rsak karena dosa, tetapi Injil dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang baru.

 

Di dalam permulaan suratnya kepada jemaat di Roma; Roma 1:2-4 Paulus menyatakan dengan satu definisi yang sangat baik mengeni apa itu Injil.

tiga aspek penting dari Injil yang dia sebutkan disini mengenai apa itu Injil?

1.     Pertama, Injil itu adalah penggenapan janji-janji Allah yang Ia telah berikan sejak awal sejarah umat manusia. Injil adalah jawaban yang bukan seketika; bukan tiba-tiba muncul. Paulus berkata, “Injil itu telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya
dalam kitab-kitab suci.  Roma 1:2.

 

Ada sebagian orang Kristen tidak mau membaca kitab-kitab Perjanjian Lama karena merasa apa yang dituliskan di situ tidak relevan dengan Kekristenan. Mereka cuma mau membaca Perjanjian Baru saja. Tentu saja sifat yang seperti ini merupakan suatu kesalahan yang besar. Kita tidak boleh mempunyai sikap seperti itu, karena seluruh karya keselamatan Allah bukan dimulai dari Perjanjian Baru, tetapi dari sejak jauh sebelumnya, sejak dari awalnya Allah menyatakannya di dalam Perjanjian Lama.

Tanpa membaca Perjanjian Lama jelas sekali kita akan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan di Perjanjian Baru. Sebagai contoh misalnya, waktu kita membaca di Perjanjian Baru, Injil Markus 1:1 “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak Allah, seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya” bagaimana kita merujuknya kalau kita hanya punya kitab Perjanjian Baru dan tidak punya kitab Yesaya yang ada di Perjanjian Lama itu? Perjanjian Baru mengatakan, Yesuslah penggenapan janji keselamatan Allah, Dia harus mati sebagai Domba korban Allah (lihat Ibrani 10:1-18). Darimana konsep itu? Dari Perjanjian Lama. Konsep Yesus mati menebus dosa kita, konsep apa itu dosa, bagaimana dosa itu muncul, darimana asalnya? Itu semua ada di Perjanjian Lama.


Akibat dari pemberontakan Adam kepada Allah, dosa tersebut menghasilkan kematian
secara fisik dan secara rohani bagi manusia.  Hal itu karena manusia terlepas dari hubungannya dengan Allah yang adalah sumber hidup untuk selama-lamanya.

Maka tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa terhindar dari kematian. Tetapi Allah berjanji akan menjawab dan menyelesaikan akibat dosa yaitu Ia akan memberikan karya
keselamatan bagi manusia. Janji itu mulai dari awal Allah berkata kepada setan yang telah memperdaya manusia, “Keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya” (Kejadian 3:15). Lalu janji itu diteruskan kepada satu bangsa yaitu melalui Abraham yang akan menjadikan keturunan Israel sampai kepada datangnya Yesus Kristus.

Maka Paulus mengatakan Injil itu adalah penggenapan semua janji-janji Allah yang dikatakan sebelumnya oleh para nabi di dalam Perjanjian Lama. Puji Tuhan! Ayat ini
sekaligus memberikan kekuatan kepada kita bahwa isi Alkitab tidak pernah bohong adanya; isi Alkitab itu kekal dan tidak pernah berubah dan janji-janji itu bukan diucapkan secara sembarangan, janji itu digenapi olehNya.

Sebaliknya kepada orang-orang Yahudi yang menolak Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Allah bahwa Dialah sang Mesias itu dan menolak kitab Perjanjian Baru yang bicara mengenai Yesus Kristus; mereka sampai hari ini hanya memegang 39 kitab Perjanjian Lama sebagai kitab sucinya dan terus menunggu penggenapan janji-janji kapan Mesias itu datang. Mereka percaya Allah yang berjanji itu tidak akan bohong; mereka percaya Allah akan
menggenapkan janjiNya. Mesias itu adalah dari keturunan Daud, Mesias itu adalah Raja di atas segala raja, Mesias itu akan mendatangkan keadilan dan kebenaran dan Dia yang akan menyelesaikan dosa dan problema kejahatan di atas muka bumi ini. Tetapi betapa kasihannya sampai hari ini mereka masih menanti-nantikan kapankah janji kedatanganNya itu akan digenapi, sedangkan kita sudah menerimanya di dalam Yesus Kristus, karena Ia adalah penggenapan dari semua janji-janji yang ada di dalam kitab Perjanjian Lama itu.

2.     Kedua, Injil itu berkaitan dengan satu Pribadi yang unik, satu Pribadi yang hanya Dia satu-satunya, dilukiskan dan dikatakan oleh firman Tuhan karena satu Pribadi itu adalah keturunan Daud secara manusia, tetapi Dia adalah Anak Allah yang maha kuasa. Paulus berkata, “Injil itu bicara tentang AnakNya yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud…” (Roma 1:3). Injil bukan bicara mengenai engkau akan sembuh; Injil bukan bicara
mengenai engkau akan sukses; Injil bukan bicara soal kelancaran hidup; Injil bicara soal satu Pribadi yang namanya Yesus Kristus. Paulus mengatakan Yesus adalah Anak Allah yang secara manusia datang dari keturunan Daud.

Kalimat ini penting menunjukkan Yesus adalah keturunan Daud sebagai satu konfirmasi
Dia adalah Mesias the Anointed One, seorang juruselamat dari keturunan Daud yang dijanjikan akan memerintah selama-lamanya. Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes mencatat kelahiran dan kedatangan Yesus ke dunia dan mengkaitkannya dengan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa apa yang terjadi sejak dari kelahiran Yesus, bahkan sampai kematian dan kebangkitanNya semuanya menggenapkan apa yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama.

Ini menjadi satu referensi yang sangat kuat karena bukan hanya satu orang saja yang menubuatkan atau mengatakan sesuatu yang akan terjadi pada diri Kristus begitu detail, dan begitu banyak nubuat yang disebutkan dan dijanjikan itu tergenapi dengan sangat tepat pada diri Kristus.

Beberapa contoh misalnya Yesaya 11:1-5 menubuatkan, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” Dari tunggul keluarga David akan tumbuh tunas; Ya, Cabang baru menghasilkan buah dari akar yang lama.

Yesaya menyatakan nubuat ini 700 tahun sebelum Yesus datang di dunia. Sejarah mencatat banyak keturunan Isai dan keturunan Daud muncul, tetapi keturunan Isai dan keturunan Daud yang manakah yang menggenapkan ayat ini?

Yesaya mengatakan, Roh TUHAN akan ada padanya, dan sepanjang hidupnya dijalaninya dengan sempurna tanpa cacat cela. Hanya Yesus Kristus yang menggenapi akan hal ini. Dan kemudian Injil Matius dan Injil Lukas mencatat dan memberikan kepada kita silsilah Yesus. Kenapa itu penting dan perlu? Supaya kita tahu bahwa Yesus betul adalah keturunan Daud menggenapkan nubuat janji Allah.

Contoh lain bahwa Yesus  lahir dari keturunan Daud misalnya Yeremia 23:5 “Sesungguhnya waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.” Yeremia menubuatkan hal ini kira-kira 500 tahun sebelum Yesus Kristus lahir. Itu adalah firman Allah yang luar biasa tergenapi.

Itulah sebabnya kenapa Paulus berkata Injil itu bukan buatan manusia, bukan hasil rekayasa manusia, Injil itu bukan jawaban yang tiba-tiba mendadak dibuat. Injil itu adalah penggenapan dari janji-janji Allah yang dikatakan oleh nabi-nabinya di dalam sepanjang sejarah.

Dalam Roma 1:3-4 Paulus menyatakan Yesus Kristus sebagai satu Pribadi yang unik luar biasa; satu Pribadi yang memiliki dua natur dalam hidupNya. Yesus Kristus adalah manusia sepenuhnya, 100% dan Yesus Kristus adalah Allah sepenuhnya, 100%.

Kenapa Yesus harus 100% manusia? Karena supaya Dia boleh menjadi pengganti (substitusi) bagi setiap kita. Sebagai manusia 100% kematianNya menjadi pembayaran bagi upah dosa yaitu maut atau kematian. Tetapi kematian Kristus bukanlah kematian yang biasa seperti kematian manusia yang lain, karena Ia adalah Allah 100% maka Ia memiliki hidup yang tidak ada batasnya dan Ia sanggup bisa menjadi tebusan bagi siapa saja di dalam sepanjang sejarah.

Itulah arti sesungguhnya dari kematian Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah sejati itu.

Ada orang yang tidak percaya Yesus adalah Allah memberi ceramah mengatakan orang Kristen menjadikan Yesus sebagai Allah, padahal Dia cuma manusia biasa.

Orang yang berkata seperti itu tidak memahami apa yang Alkitab ajarkan karena Alkitab jelas mengatakan Yesus bukan manusia yang dijadikan Allah, tetapi Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Gereja dan orang Kristen jelas tidak mau menjadikan Yesus manusia menjadi Allah sebab itu bertentangan dengan apa yang kita percayai. Lalu bagaimana manusia biasa menjadi Allah? Itu mustahil terjadi.

Lalu mungkin mereka bertanya sebaliknya bagaimana bisa Yesus Anak Allah berinkarnasi menjadi manusia, ini sesuatu hal mujizat yang di luar pemahaman akal manusia. Jawabannya sederhana, kalau manusia menjadi Allah, itu tidak mungkin. Tetapi kalau Allah menjadi manusia, itu justru hal yang mungkin terjadi. Allah yang kita sembah adalah Allah yang maha kuasa, maka bukanlah hal yang mustahil Allah bisa menjadi manusia.

3.      Ketiga, Injil ini berkuasa karena Injil ini bicara tentang Yesus Kristus telah bangkit dari kematian. Paulus berkata, “Menurut Roh Kekudusan dinyatakan oleh kebangkitanNya dari antara orang mati bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 1:4).

Saat kita ada kesempatan bicara dengan orang yang tidak percaya apa penyebab segala kejahatan dan penderitaan di atas muka bumi ini, orang itu mungkin menyangkal dosa sebagai sumber penyebabnya. Orang mungkin bisa menyangkal eksistensi dosa, tetapi tidak ada orang yang bisa menyangkal eksistensi kematian. Siapa pun dia, entahkah umurnya sudah tua atau masih muda, entahkah dia kaya atau miskin, tidak ada orang yang bisa menghindar saat kematian datang kepadanya. Tidak ada yang bisa escape, tidak ada yang bisa lepas dari kematian.

Kematian bukan sekedar proses natural dimana orang dari muda menjadi tua, lalu kemudian mati begitu saja. Orang mungkin bisa menerima itu sebagai satu proses natural, tetapi hatinya sedalam-dalamnya menyadari bahwa dia tidak ingin ditelan oleh kematian. Kalau kematian itu adalah satu proses natural, kenapa manusia tetap ingin berusaha supaya dia tidak mati? Dari situ kita tahu ada satu hal di dalam hati kita sedalam-dalamnya yang tidak menginginkan kematian itu terjadi kepada kita.

Kenapa? Karena kita tahu kematian itu bukan bagian original dari diri kita. Alkitab mengatakan kematian datang karena dosa. “Sebab upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).

 

Berdasarkan penjelasan di atas maka kita diingatkan kembali bahwa Injil memang merupakan Kabar Baik bagi setiap manusia, dimana jika itu diberitakan maka akan memberikan upah bagi si pemberitanya dan memunculkan reaksi dan tindakan bagi pendengarnya, yaitu ucapan terima kasih sebagai wujud korban kepada Allah.

Injil dan Keberadaannya

Di samping arti yang berkaitan dengan etimologinya, istilah Injil juga dapat diletakkan dalam cakupan yang lebih luas tergantung di mana istilah ini dipakai.

1.     Pertama, Injil dapat diartikan sebagai keseluruhan Alkitab yang meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Keseluruhan Alkitab disebut Injil karena berisi Kabar Baik. Keseluruhan berita yang ada di dalam Perjanjian Lama (PL) dan Perjanjian Baru (PB) berisi tindakan Allah yang menyelamatkan manusia dari dosa kepada hidup melalui Yesus Kristus yang telah dinubuatkan oleh para nabi.

2.     Kedua, Injil dapat diartikan sebagai berita khusus tentang pembebasan Allah bagi umat-Nya. Nabi Yesaya pernah menubuatkan berita pembebasan bagi umat-Nya dari pembuangan (Yes. 40:9). Kabar nubuatan tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir inipun juga dapat disebut sebagai Injil atau kabar baik.

3.     Ketiga, Injil dapat diartikan sebagai Hidup dan Pekerjaan Yesus yang adalah Sang Mesias. Hidup dan pekerjaan Yesus telah dinubuatkan oleh para nabi di dalam PL. Di dalam hidup dan karyaNya, Allah hadir membebaskan manusia. Hal ini selaras dengan nubuatan Nabi Yesaya tentang pelayanan Sang Mesias yang membebaskan (Yes. 6:1; Luk. 4:18-19). Jadi hidup dan karya Yesus adalah kabar baik atau Injil.

4.     Keempat, Injil dapat diartikan sebagai keempat kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Empat kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes merupakan Injil.

Mengapa demikian? Karena di dalam keempat kitab tersebut secara khusus berbicara
tentang pribadi dan karya Yesus. Melalui pribadi dan karya-Nya, setiap manusia yang
percaya kepada-Nya mengalami pembebasan. Maka keempat kitab tersebut dapat disebut sebagai Kabar Baik atau Injil.

5.     Kelima, Injil dapat diartikan juga dengan tulisan-tulisan Paulus dan kitab-kitab
lainnya. Surat-surat Paulus pada dasarnya adalah Injil, mengingat bahwa di dalam surat-suratnya Paulus menuliskan beberapa fakta tentang Injil.

Sebagai contoh di dalam surat kepada jemaat di Korintus (I Kor. 15:1-11), Paulus menjelaskan elemen-elemen dalam Injil yaitu:

·       Pertama, Yesus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci.

·       Kedua, Yesus telah dikuburkan. Ketiga, Yesus telah dibangkitkan, pada hari yang

·       ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.

·       Keempat, Yesus akan kembali kepada umat kepunyaan-Nya.

·       Selain itu di dalam surat Roma, Paulus menyebut Injil Allah. Berati semua isi surat Roma adalah Injil atau Kabar Baik.

Kabar yang Sangat Penting didengar Manusia

Packer menunjukkan Good News itu sebagai berikut: “Injil Yesus Kristus adalah kabar
terbaik yang pernah ada, setelah kabar terburuk yang mungkin ada.” Berdasarkan
pernyataan Packer tersebut tampak bahwa yang disebut Good News adalah Injil.
Pernyataannya tersebut sangatlah beralasan, karena pada dasarnya Injil merupakan
jawaban atas kondisi manusia berdosa yang tanpa harapan akibat penghukuman Allah.
Melalui Injil, setiap manusia mendapatkan solusi untuk terhindar dari penghukuman Allah.

Kalis Stevanus menjelaskan hal itu sebagai berikut:


“Berita Injil adalah berita sukacita bahwa Allah di dalam kasih-Nya yang tidak
terbatas menyediakan pengampunan bagi manusia berdosa berdasarkan karya
penebusan Yesus Kristus di kayu salib. Hanya melalui Yesus Kristus, tiada jalan lain
yang dapat membawa seseorang kembali berdamai dengan Allah (Kis. 4:12; Yoh.
3:16; 1 Tim. 1:15). Tanpa karya Yesus Kristus, manusia berdosa akan berhadapan
dengan Allah sebagai hakim yang adil”.


Injil pada dasarnya berisi kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang kedatangan-Nya ke
dunia, tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Stanley Heath membuat ringkasan isi Injil berdasarkan I Korintus 15:1-4 sebagai berikut:

·       “Yesus adalah Anak Allah, yang telah menggantikan hukuman saya pada kayu
salib. Ia telah disahkan menjadi penebus pribadi saya, dalam hal Allah sudah membangkitkan Dia dari kubur-Nya sesuai dengan isi Kitab Suci.”

Berdasarkan penjelasan Heath tersebut tampak bahwa kabar baik yang terkandung di dalam Injil adalah karya Allah melalui Yesus Kristus Anak-Nya untuk menyelamatkan setiap manusia yang percayakepada-Nya. Yesus Kristus menggantikan hukuman di atas kayu salib dan menebus mereka dari segala dosa. Bahkan kebangkita-Nya telah menjadi bukti bahwa kuasa dosa telah dikalahkan (1 Kor. 15:17-20).

Melalui Injil setiap manusia yang percaya
dapat diselamatkan dari penghukuman Allah.

 

Rasul Paulus tanpa ragu meyakini hal tersebut. Dia menyatakan keyakinannya itu
sebagai berikut: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena Injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16).

 

Berdasarkan pernyataan Paulus tersebut tampak bahwa Injil merupakan kabar baik yang dapat memulihkan harapan setiap manusia untuk diselamatkan. Kabar baik ini penting untuk didengar oleh semua orang, karena pada dasarnya Injil itu untuk semua orang.11 Hal ini tampak dari perkataan Tuhan Yesus berikut: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk.

·       Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya dihukum (Mark. 16:15-16). Jadi, mandat untuk memberitakan Injil untuk semua manusia di seluruh dunia merupakan bukti dan fakta keuniversalan dari Injil tersebut.

 

Injil dan Dampaknya bagi Transformasi Spiritual

Alkitab secara jelas menunjukan fakta keadaan spiritual manusia ketika hidup di luar injil.

1.     Pertama, semua manusia telah berbuat dosa sehingga pasti akan menghadapi
hukuman (Rom. 3:23; 6:23).13 Setiap manusia tidak dapat menghindarinya sebab pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang benar di hadapan Allah (Rom. 3:11). Dosa telah mengakibatkan kerusakan total pada manusia. Edwin Palmer menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:

·       “Kerusakan total adalah manusia selalu dan semata-mata
berbuat dosa, manusia tidak dapat melakukan kebajikan, tidak dapat melakukan
kebajikan kebajikan, tidak dapat memahami kebajikan, tidak dapat mengingini
kebajikan.”

·       Mereka semua telah menyeleweng , tidak berguna, tidak ada yang berbuat
baik, seorangpun tidak (Rom. 3:12).

·       Keadaan ini membuat manusia mustahil untuk dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Hal itu dikarenakan manusia telah dilahirkan dalam dosa dan mati secara rohani sehingga dia tidak memiliki kemampuan untuk percaya kepada Yesus dan melakukan kehendak-Nya (ayub 14:4; Yeremia13:23; Mat. 7:16-18, Yoh. 6:44,65, Rom. 11:35-36, I Kor. 2:14, II Kor. 3:5).15Selanjutnya, fakta

 

2.     kedua adalah setiap usaha manusia untuk melepaskan diri dari penghukuman adalah sia-sia. Manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri. Ketidakberdayaan manusia berdosa mengharuskan adanya kelahiran kembali, sehingga memungkinkan orang berdosa datang dan percaya kepada kepada Tuhan Yesus.

·       Karena keselamatan bukanlah hasil usaha manusia, namun merupakan pemberian Allah melalui Yesus Kristus (Ef. 2:8-9). Keselamatan tersebut merupakan kelepasan seutuhnya dari penghukuman atas dosa-dosa manusia.

·       Kedua fakta di atas membuat manusia tidak berdaya menghadapi penghukuman Allah. Manusia memerlukan Injil yang dapat menyelamatkannya. Karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rom. 1:16-17).

·       Rupanya melalui Injil, setiap manusia diperhadapkan dengan dua fakta penting.

1.     Fakta pertama adalah Yesus Kristus satu-satunya Juru Selamat. John Piper menjelaskan supremasi Yesus Kristus dalam keselamatan sebagai berikut: “Masalah dosa bersifat universal, memisahkan manusia dari Allah. Jalan keluar bagi permasalahan itu ialah kematian Anak Allah sebagai penebus dosa-sekali untuk selama-lamanya.

v  Ini adalah dasar misi. Karena karya Kristus adalah satu-satunya dasar bagi keselamatan, hal ini harus diberitakan kepada seluruh bangsa.”

v  Yesus telah ditentukan menjadi jalan pendamain bagi penebusan dosa-dosa
manusia (Roma 3: 23-25). Dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan akan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Dia sendiri telah memikul dosadosa kita di dalam tubuh-Nya, di atas kayu salib supaya kita yang telah mati karena dosa dapat hidup untuk kebenaran (1 Pet. 2:24).

2.     Fakta kedua adalah jika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat maka dia pasti akan diselamatkan. Hal ini dinyatakan jelas oleh rasul Paulus sebagai berikut:
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan
dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom. 10:9-10).

Selanjutnya, kepastian keselamatan di dalam Yesus juga dinyatakan oleh rasul Paulus di
dalam surat Roma 5:8-10 berikut: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari
murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh
kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan
diselamatkan oleh hidup-Nya!

Demikianlah dua fakta penting yang ada dalam Injil yaitu bahwa Yesus satu-satunya
Juru Selamat dan jika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat maka
dia pasti akan diselamatkan. Fakta Injil tersebut akan memberikan dampak transformasi
spiritual bagi setiap orang yang memercayainya.

Dampak Injil bagi Kehidupan Sosial Manusia Injil merupakan Kabar Baik bagi setiap manusia. Kabar baik tersebut akan berdampak luar biasa jika diterima dengan tulus dan terbuka. Ternyata Injil tidak sekadar berdampak pada keadaan spiritual kepada manusia, namun juga memberikan dampak bagi perubahan sosial manusia.

Injil dan Sistem Kalender Dunia

Yesus berkata di dalam Wahyu 21: 5, “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!”
Ketika Yesus datang ke dunia, Ia telah mengubah segala sesuatunya menjadi baru.
Bahkan dunia pun mengakui bahwa penghitungan kurun waktu telah berubah semenjak
Yesus lahir ke dunia.

Pada masa sebelum kalender Gregorius diberlakukan, bangsa Romawi menggunakan kalender Julius. Kalender Julius atau Kalender Julian diusulkan oleh astronom Sosigenes yang diberlakukan oleh Julius Caesar sejak 1 Januari, tahun 45 sebelum Masehi. Dalam Kaleder ini setiap 3 tahun terdapat 365 hari, setiap tahun ke-4 terdapat 366 hari.

Kelender tersebut telah digunakan secara resmi diseluruh Eropa, sampai kemudian terjadi reformasi kalender dengan digunakannya kalender Gregorian oleh Paus Gregorious XIII pada tahun 1.582 M.

Kalender Gregorian, yang juga dikenal sebagai Kalender Barat atau Kristen, adalah kalender paling banyak digunakan di dunia saat ini.

Pendahulunya, Kalender Julian, diganti karena tidak tepat mencerminkan waktu
sebenarnya yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari.

D. James Kennedy menyebutkan bahwa penggunaan kalender Gregorian memberikan pengaruh yang cukup besar bagi sistem kalender dunia masa kini. Dia menyatakannya sebagai berikut: “…Ia (Kristus) telah mengalihkan arus jaman dari alurnya dan
mengangkat abad-abad dari ikatannya.

Nah, seluruh dunia menghitung waktu sebagai Sebelum Masehi (S.M. atau dalam bahasa Inggris B.C.----Before Christ) dan A.D.

Harus disayangkan, bahwa dalam banyak kasus, generasi kita yang buta huruf sekarang, bahkan tidak tahu bahwa A.D. berarti Anno Domini (bahasa Latin), yang berarti ‘Dalam Tahun Tuhan’.

Sejarah mencatat bahwa kelahiran Kristus telah berpengaruh pada penghitungan kurun waktu. melalui kalender Masehi, tampak keakuratan perhitungan waktu yang dibutuhkan bumi dalam mengelilingi matahari. Meskipun kalender tersebut baru bebe-rapa abad digunakan di seluruh Eropa namun pengaruhnya terhadap perhitungan kurun waktu di dunia tidak dapat dianggap sepele.

Injil dan Nilai Hidup Manusia

Sebelum kedatangan Tuhan Yesus di bumi, nilai nyawa manusia sangatlah murah. Namun melalui kedatangan-Nya, umat manusia mendapatkan sudut pandang baru tentang nilai nyawa manusia. Perubahan pandangan tersebut adalah sebagai berikut:

·       Pertama, perubahan pandangan tentang anak-anak. Pada jaman dahulu, nyawa anak-anak sangatlah tidak bernilai. Anak-anak dijadikan kurban bagi dewa-dewa pada
peribadatan kuno. Hal ini dibuktikan dengan penemuan tulang belulang bayi di
pemakaman kuno dekat kuil-kuil kafir di Samaria oleh para arkeolog.

Bukti ini menunjukkan bahwa pada masa dahulu nyawa anak-anak di daerah Timur Dekat, Timur Tengah dan Timur jauh tidak bernilai.
Pada masa lalu ketika Romawi dan Yunani masih dikuasai budaya kafir, melahirkan
bayi adalah hal yang berbahaya.

Terdapat kebiasaan yang sangat mengerikan pada saat itu, dimana praktek pengguguran, membuang bayi yang lemah dan cacat, menyingkirkan bayi perempuan yang dianggap inferior, dan anak-anak dijadikan kurban di kuil-kuil adalah hal yang biasa. Pembunuhan anak-anak bukan saja sah; perbuatan demikian dipuji.
Namun keadaan tersebut berubah semenjak Injil masuk ke Roma. Sejak waktu itu,
umat Kristiani sangat mengahargai nyawa sebagai sesuatu yang sakral. Di Roma kuno, umat Kristiani menyelamatkan banyak bayi-bayi dan membesarkan mereka dalam Ajaran Kristen.

Melalui Gereja-Nya, Yesus akhirnya menghentikan pembunuhan anak-anak. Pengaruh Kristus memberi nilai kepada nyawa manusia, dan pembunuhan anak-anak dilarang.

Perbuatan demikian tidak disukai umat Kristen yang menganggapnya kejahatan yang sangat keterlaluan. Pengaruh Kristen dalam Kekaisaran Romawi membantu mengabadikan di dalam hukum prinsip Kristiani bahwa nyawa manusia itu sakral.

 

·       Kedua, perubahan pandangan terhadap wanita.

Dalam budaya kuno, para wanita merupakan sosok yang tersisihkan. Mereka dianggap tidak berarti dan nyawanya sangat murah. Hal tersebut tampak dalam pemikiran para filsuf kuno berikut: “Aristoteles berkata bahwa seorang wanita adalah makhluk di suatu tempat antara laki-laki bebas dan budak...Plato mengajarkan bahwa jika laki-laki menjalani kehidupan pengecut, ia akan direinkarnsi sebagai wanita. Jika wanita menjalani kehidupan pengecut, ia akan reinkarnasi sebagai burung.”

Ø  Keadaan wanita sangatlah menyedihkan pada masa kuno. Di India, Roma dan
Yunani, wanita dianggap tidak mampu untuk mandiri. Bahkan sering ditemukan praktik aborsi dan pembunuhan terhadap bayi-bayi perempuan, karena mereka nantinya dianggap akan menjadi sumber masalah. Sebaliknya, jika tak mampu mengandung dan melahirkan, perempuan juga yang selalu dipersalahkan.

Ø  Namun setelah Injil diterima di berbagai belahan dunia, sikap terhadap wanitapun berubah. Sebagai contoh di Cina, sebelum Injil masuk, wanita diperlakukan secara keji. Hampir disemua di kota besar Cina beberapa bayi perempuan dibuang di jalan atau ditenggelamkan di air seperti anak
anjing.

Ø  Tetapi setelah Injil masuk ke negeri tersebut, ada usaha-usaha yang cukup
serius untuk menyelamatkan bayi-bayi perempuan bahkan harkat wanita semakin mendapat perhatian yang tinggi di negara tersebut. Sedangkan di India, tradisi sati  mulai ditinggalkan setelah Injil memberi banyak pengaruh di negera tersebut.

(info: Tradisi sati adalah praktik langka religius di India yang dilakukan para wanita. Sati sebagai bentuk kepatuhan dan kesetiaan para wanita India yang dilakukan dengan pengorbanan diri. 

Ketika sang suami meninggal, lalu “upacara kremasi” digelar, tumpukan kayu diletakkan dan peti mati ikut dibakar di dalamnya. 

Di sinilah kesetiaan wanita diuji seperti istri, selir, pelayan atau ibu dari yang ditinggalkan. 

Mereka akan melemparkan diri masuk ke dalam kobaran api dan terbakar bersama dengan pria di dalam peti mati itu. 

Sati ini berasal dari nama istri Dewa Siwa yang membakar dirinya sendiri karena sang ayah membenci Siwa.)

·       Ketiga, perubahan pandangan terhadap kaum miskin. Sikap dunia kuno terhadap
kaum miskin tidaklah sebaik masa sekarang. Kepedulian dalam bentuk amal bagi
sesama, serasa sangat kurang pada masa itu. Sejarawan Will Durant mengatakan bahwa pada jaman Roma kuno yang dianggap sebagai puncak tertinggi peradaban, perbuatan amal tidak berkembang, keramahtamahan ada karena hubungan timbal balik.

Kedekatan Yesus terhadap orang-orang yang tersisih pada masa-Nya, menunjukkan teladan agung dari-Nya. Bahkan kepada mereka diberitakan Kabar Baik (Mat. 5:11). Yesus sangat peduli terhadap penderitaan mereka, dan tidak segan-segan untuk menolong.
Teladan ini telah memberi inspirasi pada tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi
Kristen untuk mem-berikan aksi nyata kepada kaum miskin. Wirt menunjukkan
beberapa tokoh dan organisasi Kristen yang bergerak dalam kepedulian terhadap kaum miskin:

George Muller dan panti asuhan (anak yatim piatu) yang termasyur di Inggris dikelola berdasarkan iman, yang membantu ribuan anak-anak dan mencetuskan pelayanan yang sama.

The Young Men’s Christian Association (YMCA), didirikan di tahun 1854, dan The Young Women’s Christian Association (YWCA), didirikan di tahun 1855.

Kedua asosiasi ini memberikan pelayanan kepada kebutuhan fisik dan spiritual jutaan orang miskin di wilayah urban di berbagai pelosok dunia. Lord Shaftesbury, Anthony Ashley Cooper (1801-1885), yang bertindak bagi kaum miskin di Inggris Raya apa yang Wilberforce lakukan untuk kaum miskin Afrika.

Terbukti bahwa Injil telah memberi pengaruh yang cukup besar terhadap sikap kepada kaum miskin. Melalui Injil ada banyak tokoh dan organisasi Kristen yang bergerak untuk menolong mereka yang tersisih di tengah-tengah masyarakat.

·       Keempat, pandangan terhadap pendidikan. Melalui Injil, Yesus ditampilkan sebagai guru yang luar biasa. Bahkan, para pendengar-Nya takjub oleh pengajarannya yang luar biasa (Mat. 7:28-29). Yesus juga sangat kreatif dalam mengajar. Dia menggunakan perumpamaan-perumpamaan yang diambil dari kehidupan keseharian untuk menjelaskan kebenaran tentang Kerajaan Allah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dia adalah Pengajar yang Agung. Rupanya hal tersebut telah menginspirasi orang-orang Kristen untuk terlibat aktif dalam dunia pendidikan.

Para misionaris telah mendidik berjuta-juta orang di negara-negara Dunia Ketiga, dengan mendirikan sekolah-sekolah di daerahdaerah terpencil serta mengajarkan membaca dan menulis kepada mereka yang buta huruf.
Peran para misionari Kristen dalam memajukan pendidikan tidak dapat dipungkiri. Sebagai contoh, Frank Laubach (1884-1970) adalah misionari Amerika yang telah berperan penting dalam pendidikan di seluruh dunia, melalui progam pelatihannya yang telah berlangsung selama enam puluh tahun kurang lebih 100 juta orang di 200 negara telah terbebas dari buta huruf. Injil tidak sekedar membebaskan seseorang dari dosa, namun juga membebaskan seseorang dari keterbelakangan pendidikan. Dampak Injil bagi manusia sungguh nyata.

 

Injil itu kekuatan Allah

            Injil itu kabar baik, yang mengandung atau memuat kekuatan Allah. Artinya Injil ini sangat istimewa yang tidak bisa di dapatkan dari manapun.  Kenyataan Injil diberitakan untuk menjawab kebutuhan2 jasmani.  Orang sakit, orang miskin.  Perhatikan Injil yang diberitakan dewasa ini.

Kekuatan apakah sesungguhnya yg termuat di dalam Injil? Yoh 8:31-32

31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku

32 dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."

 

Dalam hal ini berarti orang-orang Yahudi yang belum percaya secara dewasa. Kebenaran itulah Injil. Kalau kamu tetap dalam firman-Ku kamu akan tetap dalam kebenaran.

 

Saat ini Injil yang diberitakan tidak berdampak seperti yang Allah kehendaki.  Menapa hal itu dapat terjadi?  Karena saat ini Injil yang di ajarkan telah di modifikasi sedemikian untuk mengikuti selera zaman, injil yang dibawa Tuhan Yesus luar biasa “tajam” dan juga kejam” tajam menembus batin, kejam merebut kita dari dunia.  jadi konotasinya bukan ke hal yang negatif.

Merenggut, manusia dari cara berpikir yang dipengaruhi dunia dengan segala kenikmatannya. Oleh sebab itu, jika ada orang Krsten saat ini hanya menginginkan berita-berita Injil tentang kehidupan jasmaninya, sesungguhnya mata hatinya sedang tertutup dari kebenaran Injil. Dalam hal ini Tuhan hanya menjadi Alat/ sarana, Allah tidak menjadi tujuan.

Flp 3:19

Masalah terbesar karena kita terikat dengan sesuatu. Seharusnya kita terikat dengan Allah.

Bertahun-tahun mnjadi kristen maupun majelis bahkan pdt. Masih terikat dengan dunia ini, apkah trikat materi, pangkat keinginan daganing dsb, belum merdeka.  Adanya kebangaan2 tertentu, org ini tidak menginginkan kemerdekaan tidak ingin bertemu tuhan.

Org masih materialistis tidak akan bisa dididik dan di ubah Yesus.  Sekalipun rajin ke gereja maupun ibadah namun memiliki “kerdil rohani” karena tidak ada pertumbuhan.  Karena masih membagi hati, ingat ikut Yesus itu tidak boleh membagi hati, Tuhan harus yang nomor satu. Dengan demikian kita dapat di didik oleh Yesus. Punya banyak hal tetapi tidak terikat. Dengan demikian kita dapat menikmatinya.

Ada banyak perkataan Yesus yang seolah-olah kejam terhadap kita ketika kita mengikuti Dia salah satu contohnya dalam Lukas 9:23 “23 Kata-Nya kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Ayat-ayat selanjutnya juga menegaskan hal yang sama, anmun itulah yang tuhan inginkan bahwa kita seutuhnya milik dan melayani Dia.

 

Injil yang benar dapat merebut kita dari dunia. kita tidak akan sama dengan orang-orang dunia. kita akan memiliki ciri seperti bapa. Akan ada perbedaan dimanapun kita berada karena kita menjadi saksi bukan menjadi pamer.  Adanya perubahan karakter.

Flp 3:17-18. 17 Saudara-saudara, ikutilah teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi teladanmu.

18 Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.

Paulus menjadi saingan kita. Karena dia juga manusia biasa sama seperti kita. Namun memberikan teladan yang sangat baik.

Kemudian ayat 19-20. 19 Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.

20 Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat,

Hati-hati dengan perut atau kenikmatan duniawi, karena itu akan membawa kepada kebinasaan.

Lagipula kita orang Kristen merupakan warga kerajaan Allah yang artinya kita seharusnya tidak terpana dengan tawaran-tawaran yang dunia berikan.

 

Sebagai contoh ketika sedang kumpul-kumpul, baik dikantor, dalam berwisata percakapannya pasti tentang duniawi.  Bukan keliru, tetapi seharusnya tidak menjadi hal yang prioritas, karena kita bukan kewargaan dunia ini lagi.

Kita harus serupa dengan Dia supaya kita bisa bertemu dengan Dia. Orang Krsten harus memprioritaskan dirinya untuk Tuhan, all out untuk Tuhan.

Ketahuilah iblis mengupayakan kesejahteraan di bumi supaya kita melupakan Allah. Kuasa dunia membuat kita nyaman supaya kita melupakan rencana Allah. Ingat, nyaman itu tidak dosa, tetapi jika itu menjadi keinginan itu berbahaya karena orang itu tidak akan merasa membutuhkan apa-apa termasuk butuh Tuhan. Termasuk orang-orang yang mencari kehormatan di gereja. Hal ini mendukakan hati Tuhan. Kenyamanan hidup, membat kita tidak butuh Tuhan.

·       Jangan memburu kenyamanan untuk jiwa. Ketika jiwa kita merasa aman maka Hati-hati dalam keadaan ini.  Ini sebuah sinyal supaya kita juga mau memikul beban orang lain.

·       Ingat “Percintaan dunia perseterun dengan Allah.” 

·       Kita harus mengatakan “Yesus cukup bagi ku.”

Sanjunglah Tuhan, hidup kita di bumi ini hanya singkat dan tidak lama.

Luk 21: 34

“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.

Ayat ini mengingatkan supaya Orang kristen harus berjuang sungguh-sungguh karena berubah itu tidak mudah.

Hati-hati dengan percintaan dunia, karena itu sama dengan menyembah iblis.

 

·       Kenyamanan hidup membuat seseorang tidak melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri.

·       Orang yang mencari kenyamanan hidup tidak mungkin melayani tuhan dengan baik.Kalaupun memberi dia pasti memberi dengan sangat terbatas.

 

Markus 10:21-22

21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: ”Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

 

Ikut Tuhan harus 100 %  atau tidak sama sekali.

Dalam hidup ini tidak ada yang dapat kita pertahankan kecuali tuhan.

 

Sebuah tantangan

Ada pertanyaan “banyak yang mengatakan bahwa Injil itu palsu. Jika Injil yang sekarang itu palsu, dimanakah Injil yang asli?

Jawababan dari DR. Bambang Noorsena yang di muat dalam video YouTube : https://www.youtube.com/watch?v=66ZVrMt0Vww

Itu merupakan prespektif teologi yang dipaksakan lagi.

Mana yang asli? Pertanyaan ini merupakan bayangan Injil menurut pikiran mereka.

Kita harus bisa membedakan asumsi teologis dan fakta historis.

Fakta historis memberitahukan kepada kita bahwa “TIDAK ADA INJIL yang Turun dari Sorga”. Hal ini merupakan fakta sejarah.

 

Jadi jika ada pertanyaan “mana yang asli?” ya tidak ada buktinya karena yang asli ya Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Mengapa ke-empat Injil ini dikatakan asli?

Ø  Tidak ada satu dokumen ke agamaan yang lengkapnya menandingi Injil.

Hal ini dapat dibandingkan dengan tulisan atau manuskripnya Plato hidupnya tahun berapa, Aristoteles tahun berapa manuskripnya ada tahun berapa.

Time/ gap manuskrip dengan penulisan itu ditemukan kapan?

·       Paling jauh naskah-naskah Yunani itu ada yang 15 naskah, 8 Naskah.

·       Aristoteles di akui sebagai seorang Filsuf yang besar, ini dapat dibuktikan dari segi ilmu ekonomi maupun, hukum dan ilmu sosial yang lain; ia menyakan bahwa “manusia merupakan makhluk sosial”

·       Pertanyaannya ialah: mana sekarang uji kritik naskah terhadap Aristoteles?

·       Time gap-nya mencapai seribu tahun lebih dan tidak sampai 10 buah jumlahnya. dan tidak pernah ada pembahasan ujian kritik teks Aristoteles. Tidak pernah ada mengenai hal ini yang ada justru Injil.

 

Ø  Injil memiliki naskah PB saja itu lebih dari lima ribu (5.000) manuskrip. Bisa dibayangkan sebelum Injil berbentuk codex (berjilid). Itu kira-kira dari abad ke-4 atau akhir abad ke-3.  Misalnya codex sinaiticus dari 325, codex vaticanus 350, codex aleksandrinus tahun 400.

Ø  Sebelum memiliki codex, Injil telah memiliki yang namanya Papirus. Salah satunya yang tertua berasal dari tahun 115 Masehi namanya papirus jonrailen yang diberi kode Papirus p52. Karena di simpan di perpustakaan jonrailen; itu ditemukan di Mesir. Menurut catatan gereja Purba.

Ø  Yohanes murid Yesus yang dikenal sebagai Yohanes anak Zebedeus itu meninggal dikota Efesus yang sekarang Turki pada tahun 96.

Ø  Naskah Injil tertua yang ditemukan itu tahun 115.

Ø  Artinya hanya ada jarak kurang dari 20 tahun.

 

Ø  Hal ini sama dengan zaman pak Suharto pada tahun 1998 yang menyerahkan kekuasaannya pada pak Habibie.

 

Ø  Apa buktinya pak Harto pernah menyerahkan kekuasaannya pada pak Habibie?

 

Ø  Ya itu dapat dibuktikan dengan arsipnya yang masih ada semua atau secara keseluruhan. Itu bukan waktu yang lama. Naskahnya berusia .

 

Jadi ini naskah-naskah Injil kuno yang bisa kita miliki

Kemudian ada “p66” itu berkisar dari tahun 120-125 Masehi itu berjarak kurang dari 30 tahun.

Naskah PB yang lain, ada yang lebih tua menurut uji karbon dari prof Kim yang merupakan seorang ahli Papirus. Ia melakukan penelitiannya kurang dari tahun 2000-an.

Ia mengatakan ada naskah yang bercode “p-46” itu isinya 10 surat-surat Paulus yang berasal dari tahun 85 Masehi.

 

Nah kalau kita belajar noovumtestamentum greek edisi kritis kitab suci itu baru ditentukan abadnya.

Hal itu dikarenakan memakai uji karbon diawal abad 20 atau 21 awal ini.  Hal ini menunjukkan bahwa hasil tersebut merupakan hasil terbaru yang hanya berjarak belasan tahun dari kehidupan Paulus.

Ø  Saat ini kita hanya berbicara mengenai fakta sejarah saja. Kita tidak memusingkn kitab ajaran agama-agama lain.

Ø  Saat ini dunia akademis Kristen mengembangkan metode penelahan teks.

Dengan seluruh fakta sejarah atau historis yang ada maka, Injil yan dimiliki orang Kristen merupakan Injil yang asli.

 

“jika ada pertanyaan lain yang masih mengkrtitik Injil secara khusus orang diluar Kristen, maka sang pengkritik itu sendiri harus menelaah kembali mengenai isi teks kitabnya sendiri.”

Apakah mampu dibuktikan secara historis?

Apakah dapat di uji berdasarkan fakta?

Standar yang diberikan kepada Injil harus ia gunakan juga kepada dirinys sendiri!

 

Kesimpulan


Injil memberikan dampak yang positif bagi setiap manusia yang memercayainya. Injil
tidak saja memberikan dampak transformasi spiritual tetapi juga transformasi sosial.
Injil mentransformasi keadaan rohani manusia yang berdosa dan patut dihukum,
menjadi anak-anak Allah yang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Selain itu kehadiran
Injil mengubah cara pandang manusia tentang kehidupan sosial. Manusia lebih
menghargai waktu, nilai hidup manusia, dan pendidikan. Masih ada banyak lagi dampak
Injil bagi transformasi kehidupan sosial manusia. Hal ini membuktikan bahwa Injil tidak
saja memberikan dampak transformasi spiritual namun juga tansformasi sosial.

Penginjilan yang berawal dari usaha Allah untuk menyelamatkan atau memperbaiki relasi dengan manusia yang telah berdosa.  Maka penginjilan adalah pemberitaan kabar gembira tentang perbuatan Allah dengan maksud supaya orang yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat kepada Kristus.  Kemudian penginjilan dapat berarti memproklamasikan kemenangan atas dosa di dalam Tuhan Yesus Kristus.

Sumber

 

Chew, Jim. When You Cros Cultures. Singapura: The Navigators, 1993.

Eben Munthe, “Penginjilan yang Sesungguhnya: Siapa saja yang Harus Berperan?” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 2, no. 10 (Januari 2020): 109. 107-120)

Eben Munthe, “Penginjilan yang Sesungguhnya: Siapa saja yang Harus Berperan?” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan 2, no. 10 (Januari 2020): 109. 107-120)

Evendy Tobing, “Topik Khusus: “Penginjilan dalam Perjanjian Lama” (Part I),” [video online]; diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=PR7RkqGLV_g; internet;

Fransiskus Mistrianto, “Percakapan Yesus Dengan Perempuan Samaria. Yoh. 4:5-42,”[video online]; diambil dari https://www.youtube.com/watch?v=gA5bMjAHf44; internet; diakses pada 19 Oktober 2020.

Gernaida Krisna R. Pakpahan, “Karakteristik Misi Keluarga dalam Perspektif Perjanjian Lama” Vox Dai Jurnal Teologi & Pastoral 2, no. 1(Juni 2020): 22

Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual ISSN 2655-4666 (print), 2655-4682 (online) Volume 2, No 1, Juni 2019; (83-93)

David Eko Setiawan Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu Ketegangan Antara Injil dan Jemaat Aniti Levina Taribaba Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu

Setiawan, David Eko. “Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial.”
BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24, 2019): 83–93.

Siswanto, Krido. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam Pelayanan Misi Kontekstual.”

Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat (2017).

Sudarmanto, Gunaryo. “Misi Transformatif Di Tengah Tantangan Gereja” (n.d.): 2020.

Tanudjaja, Rahmiati. “Kontekstualisasi Sebagai Sebuah Strategi Dalam Menjalankan Misi: Sebuah Ulasan Literatur.” Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan (2000).

Wongso, Peter. Tugas Gereja Dan Masa Kini. Surabaya: Yakin, 2000.

Yakob Tomatala, Penginjilan Masa Kini Jilid 2 : Penuntun Pelayanan Pekabaran Injil Secara Pribadi (Malang: Gandum Mas, 1998), 7.

https://www.youtube.com/watch?v=vtEJv0zvPXM

INJIL ADALAH KEKUATAN ALLAH | Pdt. Dr. Erastus Sabdono - 20181118 (SBT)

 

No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.