Pendahuluan
Pengertian Injil
Apa itu injil?
Ada banyak orang Kristen memahami
Injil itu sebagai kabar baik. Namun mereka tidak pernah memikirkan kabar baik
yang bagaimana? Kabar baik yang seperti apa?
Sebagai orang Kristen, istilah
mengenai Injil atau mendengar kata “Injil” merupakan sesuatu yang tidak asing
lagi. Hal ini tentu karena berkaitan
dengan keimanan itu sendiri.
Pengertian Injil Dalam Konteks Kekinian
Untuk memahami kabar baik, kita
perlu untuk memahami arti dari kata “baik” disini.
Tentu saja maksudnya ialah baik
berdasarkan prsfektif Tuhan dan bukan manusia.
Jadi kalau kita berbicara mengenai kabar baik, kita harus tahu baik
menurut siapa dan baik yang bagaimana.
Mengapa hal tersebut menjadi
penting?
Karena manusia dalam segala
keterbatasannya tidak tahu apa yang baik sebenarnya.
Misalnya PKH 6:12 mengatakan, “Karena
siapakah yang mengetahui apa yang baik bagi manusia sepanjang waktu yang pendek
dari hidupnya yang sia-sia, yang ditempuhnya seperti bayangan? Siapakah yang
dapat mengatakan kepada manusia apa yang akan terjadi di bawah matahari sesudah
dia?”
Apa yang dipandang baik oleh
manuisa ternyata bukan sesuatu yang baik.
Sama halnya dengan kebodohan
orang-orang Yahudi pada zaman Yesus.
Memahami apa yang baik mengakibatkan kegagalan dalam menerima kabar baik
dari sang Mesias. Mereka sama sekali
tidak memahami misi utama kedatangan Yesus Kristus. Itulah sebabnya mereka mengangkat
Yesus menjadi raja menurut konsep pikiran mereka (Yoh 6:15).
Penderitaan dalam Hidup Orang Kristen
Pandagan mereka, dengan melakukan
hal itu mereka akan memperoleh sesuatu yang baik, tapi ternyata itu
bertentangan dengan rencana Allah.
Kemudian; Petrus pernah mencegah
Yesus pergi ke Yerusalem karena menurut tanggapan Petrus itu merupakan suatu
malapetaka. Tetapi apa yang dilakukan
oleh Yesus? Markus 8:33 Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang
murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: "Enyahlah
Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa
yang dipikirkan manusia."
Dimanakah iblisnya? Tentu saja di
dalam pikirannya Petrus, di dalam konsep-konsepnya. Apa yang menurut manusia
itu baik ternyata bertentangan dengan keinginan Allah.
Hari ini pun ada banyak orang
Kristen yang lebih meminta berkat-berkat-Nya, tetapi mereka melupakan apa yang
jauh lebih penting; yaitu keselamatan jiwa.
Untuk itulah kita harus mengetahui apa yang baik menurut pandangan Tuhan
bukan pandangan manusia.
Menurut Tuhan apa yang baik ialah
keselamatan. Apa itu keselamatan?
Keselamtan tidak hanya berbicara mengenai masuk Sorga dan tidak pergi ke Neraka
melainkan sebuah proses.
Proses yang membawa manusia
kembali kepada rancangan atau kodrat Allah yang semula. Apa kodart itu? Ya tentu saja menanggalkan
kodrat dosa dan menggunakan kembali kodrat ilahi.
Untuk itulah Injil menjadi
sarana, dimana kebenaran yang dimuat dalam Injil yang di ajarkan oleh Yesus
itulah yang berkuasa mengubah manusia.
Itulah sebabnya mengapa
pemberitaan Injil itu harus benar. Sebab
jika tidak (coba saudara berikan tanggapan secara pribadi).
Dalam hal ini dapat kita
ibaratkan dengan seseorang yang sedang sakit namun diberikan obat yang
salah. Ini bukan menyembuhkan orang
tersebut namun justru sebaliknya, akan memperparah penyakit tersebut.
Paulus menulis kepada jemaat di
Galatia mengenai adanya Injil yang lain, bukan Injil Kristus.
Gal 1:6-10
6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari
pada Dia, yang oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti
suatu injil lain,
7 yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang
mengacaukan kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus.
8 Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari
sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang
telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.
9 Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang
kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu
injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.
10 Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan
manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya
aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
Dari hal ini dapat dipahami bahwa
ada pengajar-pengajar palsu ada dalam kalangan orang percaya.
Bagi orang Kristen yang baru
maupun yang belum menerima pengajaran yang sesungguhnya, mereka tidak
mengetahui manakah Injil yang benar dan mana Injil yang palsu. Mereka tidak dapat membenarkan mana Yesus
yang benar yang tercatat dalam Alkitab mana yang bukan.
Hal ini juga berlaku bagi
orang-orang Kristen yang dilahirkan dari keluarga Kristen. Dilahirkan sebagai Kristen tidak menjamin
mereka dapat membedakan mana Injil yang murni dan mana yang bukan.
Hal ini menunjukkan adanya
orang-orang Krsiten yang mudah meninggalkan imannya, berpindah-pindah dari
gereja yang satu ke gereja yang lain.
Orang-orang ini tidak memiliki integritas terhadap gerejanya.
Menanggapi Injil yang lain ini
orang Percaya harus waspada 2 kor 11:2-4
2 Sebab aku
cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu
kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.
3 Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu
disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa
diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
4 Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang
memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau
memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau
Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.
Paulus lagi-lagi menekankan bahwa
ada Yesus yang lain, ada Injil yang lain dalam kalangan orang percaya.
Orang Krsten harus hati-hati,
mengapa? karena Iblis menyesatkan orang melalui pikirannya. Jika pikirannya sudah disesatkan oleh iblis
maka tewaslah manusia itu.
Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Injil yang murni itu
sehingga membuat Paulus berkomentar “ Terkutuklah orang yang memberitakan Injil
yang lain”
Galatia 1:9 “Seperti yang telah kami katakan
dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan
kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah kamu terima,
terkutuklah dia.
Ini menunjukkan kerasnya paulus
terhadap Injil yang palsu. Itulah kita
harus membedakan mana yang asli mana yang palsu.
Dalam hal ini juga ada banyak
penginjil-penginjil yang keliru, hal ini dikarenakan mereka juga memperoleh
sumber yang salah.
Dengan demikian mereka menjauhkan
manusia dari kesempuraan. Ketika ada
yang membicarakan atau mengajarkan kesempurnaan mereka akan menentangnya dengan
mengatakan “mana mungkin manusia itu menjadi sempurna?
Tetapi jelas Alkitab mengatakan
bahwa manusia itu harus menjadi sempurna.
Seperti yang tertulis dalam
Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti
Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”
Sempurnanya setiap manusia itu berbeda. Dalam hal ini kita dapat melihat bagaimana
fakta Iblis “bermain”, bukan hanya di luar gereja tetapi juga di dalam
gereja. Oleh sebab itu kita harus tetap
waspada, jangan sampai kita juga disesatkan oleh injil yang lain.
Asal usul kata “Injil”
Dalam Perjanjian Baru (PB) kata Injil diterjemahkan dari kata Yunani Euaggelízō. Penggunaan asli istilah ini
pada awalnya berasal dari kemiliteran.
Yakob Tomatala menjelaskan euaggelízō
berarti upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan perang.
Selanjutnya istilah ini mengalami perubahan makna yang cukup signifikan.
Euaggelízō yang diartikan sebagai upah, menjadi berita kemenangan
itu sendiri yang selanjutnya diadopsi orang Kristen untuk menjelaskan berita
tentang Yesus Kristus atau Injil “kabar baik” tentang Yesus. Selanjutnya
penekanan euaggelízō dalam istilah
ini lebih berfokus kepada tugas atau pekerjaan untuk mengabarkan atau
memberitakan Injil. Jadi fokus utama
dari istilah ini lebih kepada tugas atau pekerjaannya untuk mengabarkan Injil.
kata euaggelízō yang lebih menekankan ke dalam pekerjaan untuk
mengabarkan Injil ini ternyata kurang tepat dengan apa yang akan kita bahas
pada pelajaran kali ini. Dengan demikian
kita juga akan mengetahui bentuk kata untuk Injil selain dari euaggelízō, yaitu ευαγγέλιον (euanggelion)
Kata ‘Injil’ itu sendiri berasal
dari kata benda bahasa Yunani ευαγγέλιον (euanggelion) yang secara umum berarti
kabar baik atau berita baik. Jadi arti
dari Injil ialah “kabar baik”.
Pertanyaannya kabar baik mengenai apa? Kabar baik tentang siapa? Kabar
baik untuk siapa?
Dalam pembelajaran ini kita akan
mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut. Selain itu, pertanyaan ini juga sudah tentu
dapat di jawab dengan mudah oleh orang Kristen pada umumnya.
Injil yang adalah kabar baik merupakan
janji Allah kepada manusia setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa. Janji Allah ini sesungguhnya untuk memberikan
janji penyelamatan atau kabar baik yang disebut sebagai Injil
(proto-evangelium). Namun tidak hanya
Injil yang itu saja yang Allah janjikan, tetapi untuk penggenapan Injil
tersebut maka Allahpun memiliki misi.
Misi merupakan keinginan terdalam
dari hati Allah untuk menyelamatkan umat manusia yang telah berdosa. Dengan
demikian dapatlah diketahui bahwa misi dan penginjilan memiliki keterkaitan
satu sama lain. Jadi apa yang dimaksud
dengan penginjilan, sama dengan apa yang dimaksudkan dengan misi Allah, karena
fungsi dan tujuannya sama yaitu kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan umat
manusia.
Ketika manusia pertama yaitu Adam
dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah yang penuh kasih itulah yang pertama-tama
mencari manusia yang berdosa tersebut.
Inisiatif Allah untuk mencari manusia yang telah berdosa itu disebut
dengan penginjilan. Penginjilan adalah
ungkapan kasih Allah bagi manusia berdosa (Yeh. 18:23, 33:11). Dimana penginjilan itu diawali dari Allah
sendiri. Sehingga perlu digaris bawahi
bahwa penginjilan atau berita injil adalah anugerah Allah yang menjadi inti
dari mulai kitab Kejadian sampai kitab Maleakhi.
Di dalam Injil manusia memperoleh
anugerah, yaitu suatu pemberian yang tidak layak. Ketidaklayakan manusia ini diakibatkan karena
dosa yang telah manusia itu lakukan sebelumnya.
Alkitab mengatakan bahwa upah dosa ialah maut (Rm. 6:23) artinya orang
berdosa seharusnya memperoleh penghukuman dari Allah atas dosanya. Tetapi karena anugerah Allah maka manusia
mendapatkan suatu kesempatan untuk memperoleh relasinya kembali dengan Allah.
Bagi umat Yahudi, Injil adalah pesan keselamatan yang melalui
pemberitaannya merupakan tanda dari awal zaman keselamatan yaitu Kerajaan
Allah. Jadi Injil adalah kabar baik karena berisi berita keselamatan,
berita pengampunan, berita pendamaian dan berita pengudusan bagi orang berdosa.
Injil Dalam Perjanjian Lama
Setelah
kejatuhan manusia ke dalam dosa (Kej. 2 dan 3) Allah memberikan “janji
penyelamatan/kabar baik/Injil (proto-evangelium) yang paling awal”. Tujuan dari
janji ini adalah untuk membebaskan manusia dari dosa (Kej. 3:15; Gal. 4:4; Mat
1:21; 1 Tim. 2:5). Janji mengenai Injil ini terus dinyatakan dari generasi ke
generasi,sampai kepada zaman umat pilihan Allah yaitu bangsa Israel. Puncak dari penggenapan Injil ini ialah pada
pengorbanan Kristus di atas kayu salib di Bukit Golgota.
Ketika kita membahas Injil, yang
merupakan janji Allah, tentu saja hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari
proses perjalanan dari Injil tersebut.
Maksudnya ialah, Injil senantiasa berkaitan dengan adanya penginjilan
yaitu tugas dari umat Allah untuk menyampaikan kabar baik tersebut. Itulah sebabnya Injil tidak dapat dipisahkan
dari penginjilan.
Pemahaman mengenai penginjilan
yang pertama muncul di Perjanjian Baru merupakan suatu pemahaman yang
keliru. Hal tersebut dikatakan keliru
karena penginjilan bukan berawal dari Perjanjian Baru melainkan berawal sejak
Allah menciptakan manusia. Diawali dari
perintah Tuhan kepada manusia pertama yaitu Adam untuk menguasai dan
menaklukkan bumi seperti yang tercatat dalam kitab Kejadian 1:28. Penginjilan ini diberikan oleh Allah dengan
tujuan: agar umat-Nya memenuhi, menguasai dan menaklukkan bumi bagi kemuliaan
Allah. Jelas maksud dari penginjilan yang diberikan Allah kepada manusia,
semuanya untuk kemuliaan Allah.
Kegagalan manusia pertama dalam
melakukan perintah Allah yaitu larangan memakan buah pohon yang terletak di
tengah-tengah taman telah menyebabkan manusia jatuh ke dalam dosa (Kej. 2:17,
3:6). Akibat dari hal ini, hubungan
Allah dengan manusia yang merupakan gambar dan rupa Allah menjadi rusak. Dengan rusaknya hubungan ini membuat manusia
menjadi takut untuk bertemu dengan Allah, padahal sebelum peristiwa itu manusia
memiliki hubungan yang karib dengan Allah.
Manusia yang telah berdosa
menjadi takut untuk bertemu dengan Allah.
Lebih lanjut manusia tidak memiliki inisiatif sedikitpun untuk bertemu
dengan Allah. Justru yang terjadi adalah
manusia tersebut menyemat daun pohon ara dan membuat cawat serta bersembunyi
dari Allah (Kej. 3:7-8). Selanjutnya
dalam kitab Kejadian 3:9 terlihat bagaimana cara atau inisiatif Allah untuk
mencari manusia yang telah berdosa; Allah datang serta memanggil ciptaan-Nya
tersebut. Dengan demikian Allah tidak
meninggalkan atau membuang manusia yang berdosa, tetapi Dia mencari manusia
itu, Allah tidak membiarkan manusia itu tetap tinggal dalam persembunyiannya.
Seluruh dunia merupakan sasaran
misi Allah. Untuk melaksanakan rencana
misi-Nya ini, Allah telah memberikan “mandat misi” bagi umat-Nya untuk menjadi
mandataris-Nya. Dengan demikian umat Allah memiliki tanggung
jawab untuk melaksanakan mandat misi seperti yang tercatat dalam kitab
Kejadian.
Kejadian 1:28, Allah memberkati
mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah
banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut
dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Mandat misi Allah inilah yang menjadi dasar
penting bagi pemberitaan Injil (penginjilan) tersebut.
Yakob Tomatala mengemukakan
“menurut Alkitab, Allah adalah sumber, dasar dan dinamika bagi penginjilan. Penekanannya ada pada Allah, dimana
penginjilan itu dimulai atau bersumber dari Allah. Dengan demikian Allah sendirilah yang
menjamin pelaksanaan penginjilan itu.
Dalam kemahakuasaa-Nya, Allah sebagai inisiator penginjlan yang secara
kreatif akan membangun dan mengembangkan penginjilan. Atas dasar itulah maka diyakini bahwa tidak
ada hal apapun yang bisa membatasi atau menghalangi penginjilan Allah secara
permanen.
Dalam histori pencatatan Alkitab,
penginjilan atau misi Allah diawali dengan pemilihan dan penetapan Allah atas
individu sebagaimana dikemukakan dalam Perjanjian Lama. Pemanggilan kepada
individu seperti Nuh, Abraham, Musa juga pemanggilan Israel sebagai umat Allah
memiliki tujuan dan misi khusus. Misi khusus yang dimaksudkan tentu saja
rencana Allah yang bertujuan untuk menyelamatkan umat manusia. Jadi dapat dipahami bahwa usaha Allah ini
disebut sebagai misi atau penginjilan Allah yang melalui orang-orang
pilihan-Nya pada zamannya masing-masing.
Dalam
hal ini, Injil itu senantiasa ada bersama-sama dengan orang-orang yang Allah
pilih untuk menyebarkan Injil tersebut.
Tujuannya sederhana namun sangat penting yaitu ‘keselamatan
jiwa-jiwa’. Jadi Allah senantiasa
menjaga Injil dengan memakai para saleh-Nya untuk senantiasa mengabarkan dan
meneruskan berita Injil ini.
Adapun motif atau pola
penginjilan dalam Perjanjian Lama, dimulai dari kitab Kejadian 3:9. Penginjilan dimulai di hati Allah, inisiatif
Allah untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang (bdk. Luk. 19:10). Selanjutnya motif penginjilan dalam
Perjanjian Lama ini dibagi kedalam dua pengetian. Pengertian pertama karena kasih Allah, maka
Allah beinisiatif untuk melakukan penginjilan; pengertian kedua karena manusia
telah berdosa. Jadi semuanya karena kasih Allah dan juga karena dosa manusia
yang telah merusak hubungan baiknya dengan Allah. Itulah sebabnya tidak pernah orang berdosa
yang mencari Tuhan dan diselamatkan, tetapi Allah yang berinisiatif mencari
orang berdosa serta menyelamatkannya.
Ada pertanyaan yang muncul,
mengapa Allah melakukan hal ini? Jawaban
yang cukup sederhana, karena Allah merupakan arsitekturnya manusia. Dia sama sekali tidak menginginkan seorang
manusiapun ada yang mati dan binasa dalam kekekalan. Itulah alasannya mengapa Allah melakukan
penginjilan itu.
Bandingkan pertanyaan tersebut
dengan Yehezkiel 18:23; Allah tidak menginginkan kematian orang berdosa,
melainkan akan pertobatannya. Jadi
penginjilan merupakan bentuk dari kasih Allah yang mencari manusia yang berdosa,
dimana klimaks kasih ini dalam penggenapannya ada pada kematian Yesus Kristus.
Jadi, Injil dalam Perjanjian Lama
lebih kepada janji Allah yang Ia berikan kepada para saleh-Nya. dengan demikian Injil senantiasa hidup
bersama dengan orang-orang yang membawanya.
Dalam hal ini kita juga dapat memahami bahwa Injil dan budaya menjadi
sesuatu yang selalu bersama sehingga Injil tidak pernah terlepas dari budaya
manusia.
Injil Dalam Perjanjian Baru
Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa Injil merupakan kabar baik. Jika dalam PL Injil merupakan janji Allah,
maka dalam PB janji tersebut telah di genapi.
Penggenapan janji tersebut sudah pasti kita ketahui bersama yaitu dengan
kedatangan Allah itu sendiri yang mengambil rupa sebagai Anak Manusia yaitu
Yesus Kristus. Hal ini sama seperti yang
Alkitab katakan Lukas 2:11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu
Kristus, Tuhan, di kota Daud.
Kedatangan Yesus yang merupakan
penggenapan janji Allah ke dunia ini belum lah seutuhnya digenapi. Mengapa dikatakan seperti itu? Karena janji Allah tersebut bukan hanya
berbicara tentang kedatangan Yesus saja melainkan juga harus ada kematian Yesus
di atas kayu Salib dan kebangkitan-Nya yang menjadikan janji Allah itu sempurna
di genapi.
Injil adalah “kabar baik” yang
artinya Injil itu sesuatu yang harus di beritakan atau di kabarkan. Dengan demikian kita juga dapat melihat Injil
seperti apa yang ada dalam PB. Dalam
kitab Injil seperti Matius, Markus, Lukas dan juga Yohanes, kita dapat melihat
seperti apa Injil yang ada pada masa itu.
Beberapa Injil/kabar baik yang
dapat kita lihat juga seperti yang dilakukan oleh Yesus.
Dalam Yohanes 3:1-8, bagian ini
memberitahukan percakapan antara Yesus dan Nikodemus karena pada saat yang sama
Yesus melakukan penginjilan kepada Nikodemus. Model penginjilan yang dilakukan oleh Yesus
tersebut dikategorikan ke dalam model penginjilan pribadi. Hingga saat ini model penginjilan seperti
yang dilakukan Yesus masih merupakan model penginjilan yang efektif untuk
digunakan.
Model penginjilan lainnya yang
dilakukan Yesus ketika Dia melakukan penginjilan pribadi yang secara sengaja Ia
lakukan kepada seorang wanita Samaria.
Kisah ini dapat dilihat dengan jelas dalam kitab Yohanes 4:5-43. Dalam kisah ini, orang Samaria dan orang
Israel memiliki hubungan yang tidak baik dan itu sudah terjadi dalam kurun
waktu yang cukup lama. Tetapi melalui
hal ini Yesus menunjukkan bahwa setiap orang pantas mendapatkan keselamatan
yaitu air hidup, bukan hanya orang-orang Israel melainkan semua orang yang
percaya kepada-Nya. Dengan demikian dapatlah diketahui bagaimana keberhasilan
Yesus dalam menginjili wanita tersebut beserta dampaknya bagi orang-orang
Samaria sehingga merekapun beroleh keselamatan yang dari Allah.
Setelah kematian dan kebangkitan
Kristus; “Injil” mengalami perubahan dalam “isi” berita / kabar yang di
sampaikan. Jika sebelumnya Injil
berisikan janji Allah yang akan menyelamatkan manuisa. Maka sekarang, Injil menjadi berita kesukaan
bagi dunia karena Allah telah menuntaskan janji-Nya tersebut. Allah telah menyelamatkan manusia melalui
pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib dan berita mengenai kemenangan
inilah yang menjadi inti dari “INJIL” dalam Perjanjian Baru hingga saat ini.
Adapun contoh model penginjilan
dalam Perjanjian Baru setelah kenaikan Kristus ke Sorga dapat dilihat dalam
keseluruhan kitab Kisah Para Rasul.
Dalam kitab ini dapat diketahui kisah-kisah dan metode-metode dan juga
perkembangan serta jangkauan dalam melakukan penginjilan. Bagaimana penginjilan yang dilakukan oleh
murid-murid Yesus atau para rasul mulai menyebar keberbagai daerah. Semua itu terjadi tepat seperti Amanat Agung
Tuhan Yesus Kristus yang sekalipun dalam penyebarannya tidaklah mudah karena
banyaknya tantangan dan rintangan. Akan
tetapi seperti yang diketahui bahwa penginjilan merupakan karya Allah itu
sendiri, maka Allah senantiasa memberikan penghiburan, kekuatan, keberanian dan
lain sebagainya kepada setiap orang yang melakukan pekabaran Injil hingga saat
ini.
Sekarang dapatlah diketahui dan
dipahami dengan baik perkembangan penginjilan yang terus terjadi. Jika dalam Perjanjian Lama penginjilan
dilakukan melalui pribadi atau keluarga; selanjutnya bangsa Israel yang dipilih
oleh Tuhan dan bangsa lain harus datang kesana untuk memperoleh keselamatannya
dengan menjadi umat Allah. Maka dalam
Perjanjian Baru perkembangan penginjilan yang terjadi malah sebaliknya. Injil disebarluaskan dari bangsa Israel
menuju ke berbagai penjuru dunia dan awal dari kisah ini dapat dilihat dalam
peristiwa Petrus yang diperintahkan Tuhan untuk pergi ke rumah Kornelius dalam
Kisah Para Rasul 10:1-48. Demikianlah
perkembangan penginjilan dari Perjanjian Lama sampai dengan Perjanjian Baru
yang selanjutnya terus berkembang sampai masa kini.
Injil dan Budaya
Seperti yang
sudah kita ketahui bersama bahwa Allah memakai umat-Nya untuk mengabarkan
Injil. Dalam hal ini tentu kita juga
sudah mengetahui dengan baik bahwa Injil sudah pasti masuk ke dalam budaya dan
mungkin saja bercampur, secara khusus budaya para pengabar dan penerimanya. Dengan demikian kita dapat memahami bahwa Injil
tidak hadir dalam ruang hampa, melainkan ia hadir dalam dunia yang telah
memiliki nilai-nilai budaya sebagai identitasnya.
Karena itu,
perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan sering menimbulkan persoalan: apakah
Injil menguasai budaya atau sebaliknya budaya menguasai Injil ataukah terjadi
dialog antarkeduanya untuk kekayaan bersama? Tidak ada jawaban final yang dapat
diberikan terhadap setiap isu dan kasus perjumpaan antara Injil atau iman
Kristen dengan budaya atau kepercayaan suku mana pun. Itu berati, perjumpaan antara Injil dan
Kebudayaan merupakan persoalan yang telah dan akan terus terjadi dalam sejarah, selama Injil
masih berada di tengah-tengah kebudayaan dunia. Bahkan Richard Niebuhr ketika
berbicara tentang perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan cenderung mengatakan,
perjumpaan antara Injil dan Kebudayaan merupakan the enduring problem (masalah
yang tak berkesudahan) (Niebuhr 1956, Melihat problem itu, Niebuhr kemudian
mencetuskan lima tipologi relasi Injil dan Kebudayaan.
Kelima
tipologi yang dimasud adalah:
1.
Pertama, Christ
Against Culture (Kristus melawan atau menentang kebudayaan). Tipologi ini
bersifat radikal, di mana dunia dipandang jahat, karena itu dunia yang jahat
harus ditolak. Di dalam dunia yang jahat, tidak ada unsur kebudayaan yang dapat
digunakan sebagai wahana untuk menyampaikan Injil. Bahkan Injil Kristus
diproklamirkan untuk melawan kebudayaan.
Sebelum
kedatangan Tuhan Yesus di bumi, nilai nyawa manusia sangatlah murah. Hal ini
dapat kita lihat dalam sejarah, betapa mengerikannya suatu bangsa yang kalah
dalam peperangan akan diperlakukan. Ketaatan
kepada Kristus membuat manusia harus menolak segala sesuatu yang berhubungan
dengan dunia.
2.
Kedua, Christ
of Culture (Kristus dari atau milik kebudayaan). Tipologi ini bersifat
akomodatif, di mana dalam tipologi ini tidak ada pertentangan antara Injil dan
Kebudayaan. Injil bahkan diakomodasikan ke dalam kebudayaan. Melalui tipologi
ini, para pelaku budaya menginterpretasikan kebudayaan melalui Kristus,
kemudian menyimpulkan bahwa segala unsur kebudayaan sangat bersesuaian dengan
Injil. Di sisi lain, para pelaku budaya juga memahami Kristus melalui
kebudayaan. Mereka memilih ajaran Alkitab dan perilaku Kristus kemudian
menyatakannya sesuai dengan kebudayaan mereka. Jadi melalui tipologi ini,
Kristus diharmonisasikan dengan kebudayaan. Kelima tipologi ini di ringkas dari
(Niebuhr 1956, 45-229; Niebuhr 53-258; Brownlee 2004, 181-201; Yewangoe 2002,
80-82).
3.
Ketiga, Christ
above Culture (Kristus di atas kebudayaan). Tipologi ini bersifat sintesis,
di mana tipologi ini memilik kesamaan dengan tipologi yang kedua. Dalam
tipologi ini, Injil dilihat sebagai sesuatu yang relevan dengan kebudayaan,
tetapi di sisi lain, Injil juga dilihat mengatasi kebudayaan. Tipologi ini
menempatkan Kristus sebagai Tuhan atas kebudayaan. Jadi Injil lebih tinggi
derajatnya dari kebudayaan manapun dimuka bumi ini.
4.
Keempat, Christ
and Culture in Paradox (Kristus dan kebudayaan dalam paradoks). Tipologi
ini bersifat dualis, di mana Luther pada abad ke-16 menjadi wakilnya. Dalam
tipologi ini, manusia mengakui dan hidup dalam dua kerajaan, yaitu: kerajaan
Allah dan kerajaan manusia /masyarakat. Tetapi di antara dua kerajaan itu tidak
berhubungan bahkan bertentangan satu sama lain. Jadi Injil dan kebudayaan dalam
hal ini seperti dua garis lurus yang tidak saling bersentuhan, tetapi
beriringan adanya.
5.
Kelima,
Christ Transforms Culture (Kristus sebagai pembaru kebudayaan). Agustinus
pada abad ke-5 dan Calvin pada abad ke-16 mewakili tipologi ini. Tipologi ini
melihat bahwa ada pertentangan antara Injil dan Kebudayaan, karena kebudayaan
dilihat sebagai sesuatu yang telah jatuh dalam dosa. Akan tetapi, orang Kristen
tidak perlu memisahkan diri dari dunia, karena Injil dapat mengubah kebudayaan
dan masyarakat. Jadi tipologi ini melihat Kristus sebagai penebus yang
memperbaharui masyarakat. Dengan adanya tipologi ini, membawa kita kepada
pengertian bahwa semua budaya yang ada di dunia telah rsak karena dosa, tetapi
Injil dapat mengubahnya menjadi sesuatu yang baru.
Di dalam permulaan suratnya
kepada jemaat di Roma; Roma 1:2-4 Paulus menyatakan dengan satu definisi yang
sangat baik mengeni apa itu Injil.
tiga aspek penting dari Injil
yang dia sebutkan disini mengenai apa itu Injil?
1.
Pertama, Injil itu adalah penggenapan janji-janji
Allah yang Ia telah berikan sejak awal sejarah umat manusia. Injil adalah
jawaban yang bukan seketika; bukan tiba-tiba muncul. Paulus berkata, “Injil itu
telah dijanjikanNya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya
dalam kitab-kitab suci. Roma 1:2.
Ada sebagian orang Kristen tidak
mau membaca kitab-kitab Perjanjian Lama karena merasa apa yang dituliskan di
situ tidak relevan dengan Kekristenan. Mereka cuma mau membaca Perjanjian Baru saja.
Tentu saja sifat yang seperti ini merupakan suatu kesalahan yang besar. Kita
tidak boleh mempunyai sikap seperti itu, karena seluruh karya keselamatan Allah
bukan dimulai dari Perjanjian Baru, tetapi dari sejak jauh sebelumnya, sejak
dari awalnya Allah menyatakannya di dalam Perjanjian Lama.
Tanpa membaca Perjanjian Lama jelas
sekali kita akan mengalami kesulitan dalam memahami apa yang dikatakan di
Perjanjian Baru. Sebagai contoh misalnya, waktu kita membaca di Perjanjian
Baru, Injil Markus 1:1 “Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus, Anak
Allah, seperti ada tertulis dalam kitab nabi Yesaya” bagaimana kita merujuknya
kalau kita hanya punya kitab Perjanjian Baru dan tidak punya kitab Yesaya yang
ada di Perjanjian Lama itu? Perjanjian Baru mengatakan, Yesuslah penggenapan
janji keselamatan Allah, Dia harus mati sebagai Domba korban Allah (lihat
Ibrani 10:1-18). Darimana konsep itu? Dari Perjanjian Lama. Konsep Yesus mati
menebus dosa kita, konsep apa itu dosa, bagaimana dosa itu muncul, darimana
asalnya? Itu semua ada di Perjanjian Lama.
Akibat dari pemberontakan Adam kepada Allah, dosa tersebut menghasilkan
kematian
secara fisik dan secara rohani bagi manusia. Hal itu karena manusia terlepas dari hubungannya
dengan Allah yang adalah sumber hidup untuk selama-lamanya.
Maka tidak ada satu orang pun di dunia
ini yang bisa terhindar dari kematian. Tetapi Allah berjanji akan menjawab dan
menyelesaikan akibat dosa yaitu Ia akan memberikan karya
keselamatan bagi manusia. Janji itu mulai dari awal Allah berkata kepada setan yang
telah memperdaya manusia, “Keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau
akan meremukkan tumitnya” (Kejadian 3:15). Lalu janji itu diteruskan kepada
satu bangsa yaitu melalui Abraham yang akan menjadikan keturunan Israel sampai
kepada datangnya Yesus Kristus.
Maka Paulus mengatakan Injil itu
adalah penggenapan semua janji-janji Allah yang dikatakan sebelumnya oleh para
nabi di dalam Perjanjian Lama. Puji Tuhan! Ayat ini
sekaligus memberikan kekuatan kepada kita bahwa isi Alkitab tidak pernah bohong
adanya; isi Alkitab itu kekal dan tidak pernah berubah dan janji-janji itu bukan
diucapkan secara sembarangan, janji itu digenapi olehNya.
Sebaliknya kepada orang-orang Yahudi
yang menolak Yesus Kristus sebagai penggenapan janji Allah bahwa Dialah sang
Mesias itu dan menolak kitab Perjanjian Baru yang bicara mengenai Yesus Kristus;
mereka sampai hari ini hanya memegang 39 kitab Perjanjian Lama sebagai kitab
sucinya dan terus menunggu penggenapan janji-janji kapan Mesias itu datang.
Mereka percaya Allah yang berjanji itu tidak akan bohong; mereka percaya Allah
akan
menggenapkan janjiNya. Mesias itu adalah dari keturunan Daud, Mesias itu adalah
Raja di atas segala raja, Mesias itu akan mendatangkan keadilan dan kebenaran
dan Dia yang akan menyelesaikan dosa dan problema kejahatan di atas muka bumi
ini. Tetapi betapa kasihannya sampai hari ini mereka masih menanti-nantikan
kapankah janji kedatanganNya itu akan digenapi, sedangkan kita sudah
menerimanya di dalam Yesus Kristus, karena Ia adalah penggenapan dari semua
janji-janji yang ada di dalam kitab Perjanjian Lama itu.
2.
Kedua, Injil itu berkaitan dengan satu Pribadi
yang unik, satu Pribadi yang hanya Dia satu-satunya, dilukiskan dan dikatakan
oleh firman Tuhan karena satu Pribadi itu adalah keturunan Daud secara manusia,
tetapi Dia adalah Anak Allah yang maha kuasa. Paulus berkata, “Injil itu bicara
tentang AnakNya yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud…” (Roma 1:3).
Injil bukan bicara mengenai engkau akan sembuh; Injil bukan bicara
mengenai engkau akan sukses; Injil bukan bicara soal kelancaran hidup; Injil bicara
soal satu Pribadi yang namanya Yesus Kristus. Paulus mengatakan Yesus adalah
Anak Allah yang secara manusia datang dari keturunan Daud.
Kalimat ini penting menunjukkan
Yesus adalah keturunan Daud sebagai satu konfirmasi
Dia adalah Mesias the Anointed One, seorang juruselamat dari keturunan Daud yang
dijanjikan akan memerintah selama-lamanya. Injil Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes mencatat kelahiran dan kedatangan Yesus ke dunia dan mengkaitkannya
dengan Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa apa yang terjadi sejak dari
kelahiran Yesus, bahkan sampai kematian dan kebangkitanNya semuanya
menggenapkan apa yang dikatakan di dalam Perjanjian Lama.
Ini menjadi satu referensi yang
sangat kuat karena bukan hanya satu orang saja yang menubuatkan atau mengatakan
sesuatu yang akan terjadi pada diri Kristus begitu detail, dan begitu banyak
nubuat yang disebutkan dan dijanjikan itu tergenapi dengan sangat tepat pada
diri Kristus.
Beberapa contoh misalnya Yesaya 11:1-5
menubuatkan, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan
tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” Dari tunggul keluarga
David akan tumbuh tunas; Ya,
Cabang baru menghasilkan buah dari akar yang lama.
Yesaya menyatakan nubuat ini 700
tahun sebelum Yesus datang di dunia. Sejarah mencatat banyak keturunan Isai dan
keturunan Daud muncul, tetapi keturunan Isai dan keturunan Daud yang manakah
yang menggenapkan ayat ini?
Yesaya mengatakan, Roh TUHAN akan
ada padanya, dan sepanjang hidupnya dijalaninya dengan sempurna tanpa cacat cela.
Hanya Yesus Kristus yang menggenapi akan hal ini. Dan kemudian Injil Matius dan
Injil Lukas mencatat dan memberikan kepada kita silsilah Yesus. Kenapa itu
penting dan perlu? Supaya kita tahu bahwa Yesus betul adalah keturunan Daud menggenapkan
nubuat janji Allah.
Contoh lain bahwa Yesus lahir dari keturunan Daud misalnya Yeremia
23:5 “Sesungguhnya waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku
akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana
dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri.” Yeremia menubuatkan hal
ini kira-kira 500 tahun sebelum Yesus Kristus lahir. Itu adalah firman Allah
yang luar biasa tergenapi.
Itulah sebabnya kenapa Paulus
berkata Injil itu bukan buatan manusia, bukan hasil rekayasa manusia, Injil itu
bukan jawaban yang tiba-tiba mendadak dibuat. Injil itu adalah penggenapan dari
janji-janji Allah yang dikatakan oleh nabi-nabinya di dalam sepanjang sejarah.
Dalam Roma 1:3-4 Paulus menyatakan
Yesus Kristus sebagai satu Pribadi yang unik luar biasa; satu Pribadi yang
memiliki dua natur dalam hidupNya. Yesus Kristus adalah manusia sepenuhnya,
100% dan Yesus Kristus adalah Allah sepenuhnya, 100%.
Kenapa Yesus harus 100% manusia?
Karena supaya Dia boleh menjadi pengganti (substitusi) bagi setiap kita.
Sebagai manusia 100% kematianNya menjadi pembayaran bagi upah dosa yaitu maut atau
kematian. Tetapi kematian Kristus bukanlah kematian yang biasa seperti kematian
manusia yang lain, karena Ia adalah Allah 100% maka Ia memiliki hidup yang
tidak ada batasnya dan Ia sanggup bisa menjadi tebusan bagi siapa saja di dalam
sepanjang sejarah.
Itulah arti sesungguhnya dari
kematian Kristus yang 100% manusia dan 100% Allah sejati itu.
Ada orang yang
tidak percaya Yesus adalah Allah memberi ceramah mengatakan orang Kristen
menjadikan Yesus sebagai Allah, padahal Dia cuma manusia biasa.
Orang yang berkata seperti itu
tidak memahami apa yang Alkitab ajarkan karena Alkitab jelas mengatakan Yesus bukan
manusia yang dijadikan Allah, tetapi Ia adalah Allah yang menjadi manusia.
Gereja dan orang Kristen jelas tidak mau menjadikan Yesus manusia menjadi Allah
sebab itu bertentangan dengan apa yang kita percayai. Lalu bagaimana manusia
biasa menjadi Allah? Itu mustahil terjadi.
Lalu mungkin mereka bertanya
sebaliknya bagaimana bisa Yesus Anak Allah berinkarnasi menjadi manusia, ini
sesuatu hal mujizat yang di luar pemahaman akal manusia. Jawabannya sederhana,
kalau manusia menjadi Allah, itu tidak mungkin. Tetapi kalau Allah menjadi
manusia, itu justru hal yang mungkin terjadi. Allah yang kita sembah adalah
Allah yang maha kuasa, maka bukanlah hal yang mustahil Allah bisa menjadi
manusia.
3.
Ketiga,
Injil ini berkuasa karena Injil ini bicara tentang Yesus Kristus telah bangkit
dari kematian. Paulus berkata, “Menurut Roh Kekudusan dinyatakan oleh
kebangkitanNya dari antara orang mati bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa,
Yesus Kristus Tuhan kita” (Roma 1:4).
Saat kita ada kesempatan bicara
dengan orang yang tidak percaya apa penyebab segala kejahatan dan penderitaan
di atas muka bumi ini, orang itu mungkin menyangkal dosa sebagai sumber penyebabnya.
Orang mungkin bisa menyangkal eksistensi dosa, tetapi tidak ada orang yang bisa
menyangkal eksistensi kematian. Siapa pun dia, entahkah umurnya sudah tua atau
masih muda, entahkah dia kaya atau miskin, tidak ada orang yang bisa menghindar
saat kematian datang kepadanya. Tidak ada yang bisa escape, tidak ada yang bisa
lepas dari kematian.
Kematian bukan sekedar proses natural
dimana orang dari muda menjadi tua, lalu kemudian mati begitu saja. Orang
mungkin bisa menerima itu sebagai satu proses natural, tetapi hatinya
sedalam-dalamnya menyadari bahwa dia tidak ingin ditelan oleh kematian. Kalau
kematian itu adalah satu proses natural, kenapa manusia tetap ingin berusaha
supaya dia tidak mati? Dari situ kita tahu ada satu hal di dalam hati kita
sedalam-dalamnya yang tidak menginginkan kematian itu terjadi kepada kita.
Kenapa? Karena kita tahu kematian
itu bukan bagian original dari diri kita. Alkitab mengatakan kematian datang
karena dosa. “Sebab upah dosa adalah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup
yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 6:23).
Berdasarkan penjelasan di atas
maka kita diingatkan kembali bahwa Injil memang merupakan Kabar Baik bagi
setiap manusia, dimana jika itu diberitakan maka akan memberikan upah bagi si
pemberitanya dan memunculkan reaksi dan tindakan bagi pendengarnya, yaitu
ucapan terima kasih sebagai wujud korban kepada Allah.
Injil dan Keberadaannya
Di samping arti yang berkaitan
dengan etimologinya, istilah Injil juga dapat diletakkan dalam cakupan yang
lebih luas tergantung di mana istilah ini dipakai.
1.
Pertama, Injil dapat diartikan sebagai
keseluruhan Alkitab yang meliputi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Keseluruhan Alkitab disebut Injil
karena berisi Kabar Baik. Keseluruhan berita yang ada di dalam Perjanjian Lama
(PL) dan Perjanjian Baru (PB) berisi tindakan Allah yang menyelamatkan manusia
dari dosa kepada hidup melalui Yesus Kristus yang telah dinubuatkan oleh para
nabi.
2.
Kedua, Injil dapat diartikan sebagai berita
khusus tentang pembebasan Allah bagi umat-Nya. Nabi Yesaya pernah menubuatkan
berita pembebasan bagi umat-Nya dari pembuangan (Yes. 40:9). Kabar nubuatan
tentang pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir inipun juga dapat
disebut sebagai Injil atau kabar baik.
3.
Ketiga, Injil dapat diartikan sebagai Hidup dan
Pekerjaan Yesus yang adalah Sang Mesias. Hidup dan pekerjaan Yesus telah dinubuatkan
oleh para nabi di dalam PL. Di dalam hidup dan karyaNya, Allah hadir membebaskan
manusia. Hal ini selaras dengan nubuatan Nabi Yesaya tentang pelayanan Sang
Mesias yang membebaskan (Yes. 6:1; Luk. 4:18-19). Jadi hidup dan karya Yesus
adalah kabar baik atau Injil.
4.
Keempat, Injil dapat diartikan sebagai keempat
kitab yaitu Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Empat kitab yaitu Matius,
Markus, Lukas dan Yohanes merupakan Injil.
Mengapa demikian? Karena di dalam
keempat kitab tersebut secara khusus berbicara
tentang pribadi dan karya Yesus. Melalui pribadi dan karya-Nya, setiap manusia
yang
percaya kepada-Nya mengalami pembebasan. Maka keempat kitab tersebut dapat
disebut sebagai Kabar Baik atau Injil.
5.
Kelima, Injil dapat diartikan juga dengan
tulisan-tulisan Paulus dan kitab-kitab
lainnya. Surat-surat Paulus pada dasarnya adalah Injil, mengingat bahwa di
dalam surat-suratnya Paulus menuliskan beberapa fakta tentang Injil.
Sebagai contoh di dalam surat kepada
jemaat di Korintus (I Kor. 15:1-11), Paulus menjelaskan elemen-elemen dalam Injil
yaitu:
·
Pertama, Yesus telah mati karena dosa-dosa kita,
sesuai dengan Kitab Suci.
·
Kedua, Yesus telah dikuburkan. Ketiga, Yesus
telah dibangkitkan, pada hari yang
·
ketiga, sesuai dengan Kitab Suci.
·
Keempat, Yesus akan kembali kepada umat
kepunyaan-Nya.
·
Selain itu di dalam surat Roma, Paulus menyebut
Injil Allah. Berati semua isi surat Roma adalah Injil atau Kabar Baik.
Kabar yang Sangat Penting didengar Manusia
Packer menunjukkan Good News itu sebagai berikut: “Injil
Yesus Kristus adalah kabar
terbaik yang pernah ada, setelah kabar terburuk yang mungkin ada.” Berdasarkan
pernyataan Packer tersebut tampak bahwa yang disebut Good News adalah Injil.
Pernyataannya tersebut sangatlah beralasan, karena pada dasarnya Injil
merupakan
jawaban atas kondisi manusia berdosa yang tanpa harapan akibat penghukuman
Allah.
Melalui Injil, setiap manusia mendapatkan solusi untuk terhindar dari
penghukuman Allah.
Kalis Stevanus menjelaskan hal
itu sebagai berikut:
“Berita Injil adalah berita sukacita bahwa Allah di dalam kasih-Nya yang tidak
terbatas menyediakan pengampunan bagi manusia berdosa berdasarkan karya
penebusan Yesus Kristus di kayu salib. Hanya melalui Yesus Kristus, tiada jalan
lain
yang dapat membawa seseorang kembali berdamai dengan Allah (Kis. 4:12; Yoh.
3:16; 1 Tim. 1:15). Tanpa karya Yesus Kristus, manusia berdosa akan berhadapan
dengan Allah sebagai hakim yang adil”.
Injil pada dasarnya berisi kabar baik tentang Yesus Kristus, tentang
kedatangan-Nya ke
dunia, tentang penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya. Stanley Heath membuat
ringkasan isi Injil berdasarkan I Korintus 15:1-4 sebagai berikut:
·
“Yesus adalah Anak Allah, yang telah
menggantikan hukuman saya pada kayu
salib. Ia telah disahkan menjadi penebus pribadi saya, dalam hal Allah sudah
membangkitkan Dia dari kubur-Nya sesuai dengan isi Kitab Suci.”
Berdasarkan
penjelasan Heath tersebut tampak bahwa kabar baik yang terkandung di dalam
Injil adalah karya Allah melalui Yesus Kristus Anak-Nya untuk menyelamatkan
setiap manusia yang percayakepada-Nya. Yesus Kristus menggantikan hukuman di
atas kayu salib dan menebus mereka dari segala dosa. Bahkan kebangkita-Nya
telah menjadi bukti bahwa kuasa dosa telah dikalahkan (1 Kor. 15:17-20).
Melalui Injil setiap manusia yang percaya
dapat diselamatkan dari penghukuman Allah.
Rasul Paulus
tanpa ragu meyakini hal tersebut. Dia menyatakan keyakinannya itu
sebagai berikut: “Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil, karena
Injil
adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya,
pertama-tama
orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rom. 1:16).
Berdasarkan
pernyataan Paulus tersebut tampak bahwa Injil merupakan kabar baik yang dapat
memulihkan harapan setiap manusia untuk diselamatkan. Kabar baik ini penting
untuk didengar oleh semua orang, karena pada dasarnya Injil itu untuk semua
orang.11 Hal ini tampak dari perkataan Tuhan Yesus berikut: “Pergilah ke seluruh
dunia, beritakan Injil kepada segala makhluk.
·
Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan,
tetapi siapa yang tidak percaya dihukum (Mark. 16:15-16). Jadi, mandat untuk
memberitakan Injil untuk semua manusia di seluruh dunia merupakan bukti dan fakta
keuniversalan dari Injil tersebut.
Injil dan Dampaknya bagi Transformasi
Spiritual
Alkitab secara jelas menunjukan
fakta keadaan spiritual manusia ketika hidup di luar injil.
1.
Pertama, semua manusia telah berbuat dosa
sehingga pasti akan menghadapi
hukuman (Rom. 3:23; 6:23).13 Setiap manusia tidak dapat menghindarinya sebab
pada dasarnya tidak ada satupun manusia yang benar di hadapan Allah (Rom.
3:11). Dosa telah mengakibatkan kerusakan total pada manusia. Edwin Palmer
menjelaskan hal tersebut sebagai berikut:
·
“Kerusakan total adalah manusia selalu dan
semata-mata
berbuat dosa, manusia tidak dapat melakukan kebajikan, tidak dapat melakukan
kebajikan kebajikan, tidak dapat memahami kebajikan, tidak dapat mengingini
kebajikan.”
·
Mereka semua telah menyeleweng , tidak berguna,
tidak ada yang berbuat
baik, seorangpun tidak (Rom. 3:12).
·
Keadaan ini membuat manusia mustahil untuk dapat
menyelamatkan dirinya sendiri. Hal itu dikarenakan manusia telah dilahirkan dalam
dosa dan mati secara rohani sehingga dia tidak memiliki kemampuan untuk percaya
kepada Yesus dan melakukan kehendak-Nya (ayub 14:4; Yeremia13:23; Mat. 7:16-18,
Yoh. 6:44,65, Rom. 11:35-36, I Kor. 2:14, II Kor. 3:5).15Selanjutnya, fakta
2.
kedua adalah setiap usaha manusia untuk
melepaskan diri dari penghukuman adalah sia-sia. Manusia tidak dapat
menyelamatkan dirinya sendiri. Ketidakberdayaan manusia berdosa mengharuskan
adanya kelahiran kembali, sehingga memungkinkan orang berdosa datang dan percaya
kepada kepada Tuhan Yesus.
·
Karena keselamatan bukanlah hasil usaha manusia,
namun merupakan pemberian Allah melalui Yesus Kristus (Ef. 2:8-9). Keselamatan
tersebut merupakan kelepasan seutuhnya dari penghukuman atas dosa-dosa manusia.
·
Kedua fakta di atas membuat manusia tidak
berdaya menghadapi penghukuman Allah. Manusia memerlukan Injil yang dapat
menyelamatkannya. Karena Injil adalah
kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya (Rom. 1:16-17).
·
Rupanya melalui Injil, setiap manusia
diperhadapkan dengan dua fakta penting.
1.
Fakta pertama adalah Yesus Kristus satu-satunya
Juru Selamat. John Piper menjelaskan supremasi Yesus Kristus dalam keselamatan
sebagai berikut: “Masalah dosa bersifat universal, memisahkan manusia dari
Allah. Jalan keluar bagi permasalahan itu ialah kematian Anak Allah sebagai
penebus dosa-sekali untuk selama-lamanya.
v
Ini adalah dasar misi. Karena karya Kristus
adalah satu-satunya dasar bagi keselamatan, hal ini harus diberitakan kepada
seluruh bangsa.”
v
Yesus telah ditentukan menjadi jalan pendamain
bagi penebusan dosa-dosa
manusia (Roma 3: 23-25). Dan setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan
akan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Dia sendiri telah memikul dosadosa
kita di dalam tubuh-Nya, di atas kayu salib supaya kita yang telah mati karena dosa
dapat hidup untuk kebenaran (1 Pet. 2:24).
2.
Fakta kedua adalah jika seseorang menerima Yesus
sebagai Tuhan dan Juru Selamat maka dia pasti akan diselamatkan. Hal ini
dinyatakan jelas oleh rasul Paulus sebagai berikut:
“Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan
percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang
mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan
dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan” (Rom. 10:9-10).
Selanjutnya, kepastian
keselamatan di dalam Yesus juga dinyatakan oleh rasul Paulus di
dalam surat Roma 5:8-10 berikut: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya
kepada
kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.
Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan
diselamatkan dari
murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan
Allah oleh
kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti
akan
diselamatkan oleh hidup-Nya!
Demikianlah dua fakta penting
yang ada dalam Injil yaitu bahwa Yesus satu-satunya
Juru Selamat dan jika seseorang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat
maka
dia pasti akan diselamatkan. Fakta Injil tersebut akan memberikan dampak
transformasi
spiritual bagi setiap orang yang memercayainya.
Dampak Injil bagi Kehidupan
Sosial Manusia Injil merupakan Kabar Baik bagi setiap manusia. Kabar baik
tersebut akan berdampak luar biasa jika diterima dengan tulus dan terbuka.
Ternyata Injil tidak sekadar berdampak pada keadaan spiritual kepada manusia,
namun juga memberikan dampak bagi perubahan sosial manusia.
Injil dan Sistem Kalender Dunia
Yesus berkata di dalam Wahyu 21:
5, “Lihatlah, Aku menjadikan segala sesuatu baru!”
Ketika Yesus datang ke dunia, Ia telah mengubah segala sesuatunya menjadi baru.
Bahkan dunia pun mengakui bahwa penghitungan kurun waktu telah berubah semenjak
Yesus lahir ke dunia.
Pada masa sebelum kalender
Gregorius diberlakukan, bangsa Romawi menggunakan kalender Julius. Kalender
Julius atau Kalender Julian diusulkan oleh astronom Sosigenes yang diberlakukan
oleh Julius Caesar sejak 1 Januari, tahun 45 sebelum Masehi. Dalam Kaleder ini
setiap 3 tahun terdapat 365 hari, setiap tahun ke-4 terdapat 366 hari.
Kelender tersebut telah digunakan
secara resmi diseluruh Eropa, sampai kemudian terjadi reformasi kalender dengan
digunakannya kalender Gregorian oleh Paus Gregorious XIII pada tahun 1.582 M.
Kalender Gregorian, yang juga
dikenal sebagai Kalender Barat atau Kristen, adalah kalender paling banyak
digunakan di dunia saat ini.
Pendahulunya, Kalender Julian,
diganti karena tidak tepat mencerminkan waktu
sebenarnya yang dibutuhkan bumi untuk mengelilingi matahari.
D. James Kennedy menyebutkan
bahwa penggunaan kalender Gregorian memberikan pengaruh yang cukup besar bagi
sistem kalender dunia masa kini. Dia menyatakannya sebagai berikut: “…Ia (Kristus)
telah mengalihkan arus jaman dari alurnya dan
mengangkat abad-abad dari ikatannya.
Nah, seluruh dunia menghitung
waktu sebagai Sebelum Masehi (S.M. atau dalam bahasa Inggris B.C.----Before
Christ) dan A.D.
Harus disayangkan, bahwa dalam
banyak kasus, generasi kita yang buta huruf sekarang, bahkan tidak tahu bahwa
A.D. berarti Anno Domini (bahasa Latin), yang berarti ‘Dalam Tahun Tuhan’.
Sejarah mencatat bahwa kelahiran
Kristus telah berpengaruh pada penghitungan kurun waktu. melalui kalender
Masehi, tampak keakuratan perhitungan waktu yang dibutuhkan bumi dalam
mengelilingi matahari. Meskipun kalender tersebut baru bebe-rapa abad digunakan
di seluruh Eropa namun pengaruhnya terhadap perhitungan kurun waktu di dunia
tidak dapat dianggap sepele.
Injil dan Nilai Hidup Manusia
Sebelum kedatangan Tuhan Yesus di
bumi, nilai nyawa manusia sangatlah murah. Namun melalui kedatangan-Nya, umat
manusia mendapatkan sudut pandang baru tentang nilai nyawa manusia. Perubahan
pandangan tersebut adalah sebagai berikut:
·
Pertama, perubahan pandangan tentang anak-anak.
Pada jaman dahulu, nyawa anak-anak sangatlah tidak bernilai. Anak-anak
dijadikan kurban bagi dewa-dewa pada
peribadatan kuno. Hal ini dibuktikan dengan penemuan tulang belulang bayi di
pemakaman kuno dekat kuil-kuil kafir di Samaria oleh para arkeolog.
Bukti ini menunjukkan
bahwa pada masa dahulu nyawa anak-anak di daerah Timur Dekat, Timur Tengah dan
Timur jauh tidak bernilai.
Pada masa lalu ketika Romawi dan Yunani masih dikuasai budaya kafir, melahirkan
bayi adalah hal yang berbahaya.
Terdapat
kebiasaan yang sangat mengerikan pada saat itu, dimana praktek pengguguran,
membuang bayi yang lemah dan cacat, menyingkirkan bayi perempuan yang dianggap
inferior, dan anak-anak dijadikan kurban di kuil-kuil adalah hal yang biasa.
Pembunuhan anak-anak bukan saja sah; perbuatan demikian dipuji.
Namun keadaan tersebut berubah semenjak Injil masuk ke Roma. Sejak waktu itu,
umat Kristiani sangat mengahargai nyawa sebagai sesuatu yang sakral. Di Roma
kuno, umat Kristiani menyelamatkan banyak bayi-bayi dan membesarkan mereka
dalam Ajaran Kristen.
Melalui
Gereja-Nya, Yesus akhirnya menghentikan pembunuhan anak-anak. Pengaruh Kristus
memberi nilai kepada nyawa manusia, dan pembunuhan anak-anak dilarang.
Perbuatan
demikian tidak disukai umat Kristen yang menganggapnya kejahatan yang sangat
keterlaluan. Pengaruh Kristen dalam Kekaisaran Romawi membantu mengabadikan di
dalam hukum prinsip Kristiani bahwa nyawa manusia itu sakral.
·
Kedua, perubahan pandangan terhadap wanita.
Dalam
budaya kuno, para wanita merupakan sosok yang tersisihkan. Mereka dianggap tidak
berarti dan nyawanya sangat murah. Hal tersebut tampak dalam pemikiran para filsuf
kuno berikut: “Aristoteles berkata bahwa seorang wanita adalah makhluk di suatu
tempat antara laki-laki bebas dan budak...Plato mengajarkan bahwa jika
laki-laki menjalani kehidupan pengecut, ia akan direinkarnsi sebagai wanita.
Jika wanita menjalani kehidupan pengecut, ia akan reinkarnasi sebagai burung.”
Ø
Keadaan wanita sangatlah menyedihkan pada masa
kuno. Di India, Roma dan
Yunani, wanita dianggap tidak mampu untuk mandiri. Bahkan sering ditemukan
praktik aborsi dan pembunuhan terhadap bayi-bayi perempuan, karena mereka
nantinya dianggap akan menjadi sumber masalah. Sebaliknya, jika tak mampu
mengandung dan melahirkan, perempuan juga yang selalu dipersalahkan.
Ø
Namun setelah Injil diterima di berbagai belahan
dunia, sikap terhadap wanitapun berubah. Sebagai contoh di Cina, sebelum Injil
masuk, wanita diperlakukan secara keji. Hampir disemua di kota besar Cina
beberapa bayi perempuan dibuang di jalan atau ditenggelamkan di air seperti
anak
anjing.
Ø
Tetapi setelah Injil masuk ke negeri tersebut,
ada usaha-usaha yang cukup
serius untuk menyelamatkan bayi-bayi perempuan bahkan harkat wanita semakin mendapat
perhatian yang tinggi di negara tersebut. Sedangkan di India, tradisi sati mulai ditinggalkan setelah Injil memberi banyak
pengaruh di negera tersebut.
(info: Tradisi sati
adalah praktik langka religius di India yang dilakukan para wanita. Sati
sebagai bentuk kepatuhan dan kesetiaan para wanita India yang dilakukan dengan
pengorbanan diri.
Ketika sang suami meninggal, lalu “upacara
kremasi” digelar, tumpukan kayu diletakkan dan peti mati ikut dibakar di
dalamnya.
Di sinilah kesetiaan wanita diuji seperti istri, selir,
pelayan atau ibu dari yang ditinggalkan.
Mereka akan melemparkan diri masuk ke dalam kobaran api dan
terbakar bersama dengan pria di dalam peti mati itu.
Sati ini berasal dari nama istri Dewa Siwa yang membakar
dirinya sendiri karena sang ayah membenci Siwa.)
·
Ketiga, perubahan pandangan terhadap kaum
miskin. Sikap dunia kuno terhadap
kaum miskin tidaklah sebaik masa sekarang. Kepedulian dalam bentuk amal bagi
sesama, serasa sangat kurang pada masa itu. Sejarawan Will Durant mengatakan
bahwa pada jaman Roma kuno yang dianggap sebagai puncak tertinggi peradaban,
perbuatan amal tidak berkembang, keramahtamahan ada karena hubungan timbal
balik.
Kedekatan Yesus
terhadap orang-orang yang tersisih pada masa-Nya, menunjukkan teladan agung
dari-Nya. Bahkan kepada mereka diberitakan Kabar Baik (Mat. 5:11). Yesus sangat
peduli terhadap penderitaan mereka, dan tidak segan-segan untuk menolong.
Teladan ini telah memberi inspirasi pada tokoh-tokoh dan organisasi-organisasi
Kristen untuk mem-berikan aksi nyata kepada kaum miskin. Wirt menunjukkan
beberapa tokoh dan organisasi Kristen yang bergerak dalam kepedulian terhadap
kaum miskin:
George Muller dan panti asuhan
(anak yatim piatu) yang termasyur di Inggris dikelola berdasarkan iman, yang
membantu ribuan anak-anak dan mencetuskan pelayanan yang sama.
The Young Men’s Christian Association (YMCA), didirikan di tahun
1854, dan The Young Women’s Christian
Association (YWCA), didirikan di tahun 1855.
Kedua asosiasi ini memberikan
pelayanan kepada kebutuhan fisik dan spiritual jutaan orang miskin di wilayah
urban di berbagai pelosok dunia. Lord Shaftesbury, Anthony Ashley Cooper
(1801-1885), yang bertindak bagi kaum miskin di Inggris Raya apa yang
Wilberforce lakukan untuk kaum miskin Afrika.
Terbukti bahwa Injil telah
memberi pengaruh yang cukup besar terhadap sikap kepada kaum miskin. Melalui
Injil ada banyak tokoh dan organisasi Kristen yang bergerak untuk menolong
mereka yang tersisih di tengah-tengah masyarakat.
·
Keempat, pandangan terhadap pendidikan. Melalui
Injil, Yesus ditampilkan sebagai guru yang luar biasa. Bahkan, para
pendengar-Nya takjub oleh pengajarannya yang luar biasa (Mat. 7:28-29). Yesus
juga sangat kreatif dalam mengajar. Dia menggunakan perumpamaan-perumpamaan
yang diambil dari kehidupan keseharian untuk menjelaskan kebenaran tentang
Kerajaan Allah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Dia adalah Pengajar yang
Agung. Rupanya hal tersebut telah menginspirasi orang-orang Kristen untuk
terlibat aktif dalam dunia pendidikan.
Para misionaris telah mendidik
berjuta-juta orang di negara-negara Dunia Ketiga, dengan mendirikan
sekolah-sekolah di daerahdaerah terpencil serta mengajarkan membaca dan menulis
kepada mereka yang buta huruf.
Peran para misionari Kristen dalam memajukan pendidikan tidak dapat dipungkiri.
Sebagai contoh, Frank Laubach (1884-1970) adalah misionari Amerika yang telah berperan
penting dalam pendidikan di seluruh dunia, melalui progam pelatihannya yang telah
berlangsung selama enam puluh tahun kurang lebih 100 juta orang di 200 negara telah
terbebas dari buta huruf. Injil tidak sekedar membebaskan seseorang dari dosa, namun
juga membebaskan seseorang dari keterbelakangan pendidikan. Dampak Injil bagi
manusia sungguh nyata.
Injil itu kekuatan Allah
Injil
itu kabar baik, yang mengandung atau memuat kekuatan Allah. Artinya Injil ini
sangat istimewa yang tidak bisa di dapatkan dari manapun. Kenyataan Injil diberitakan untuk menjawab
kebutuhan2 jasmani. Orang sakit, orang
miskin. Perhatikan Injil yang
diberitakan dewasa ini.
Kekuatan apakah sesungguhnya yg termuat di dalam Injil? Yoh
8:31-32
31 Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang
percaya kepada-Nya: "Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar
adalah murid-Ku
32 dan kamu
akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu."
Dalam hal ini berarti orang-orang
Yahudi yang belum percaya secara dewasa. Kebenaran itulah Injil. Kalau kamu
tetap dalam firman-Ku kamu akan tetap dalam kebenaran.
Saat ini Injil yang diberitakan
tidak berdampak seperti yang Allah kehendaki.
Menapa hal itu dapat terjadi?
Karena saat ini Injil yang di ajarkan telah di modifikasi sedemikian
untuk mengikuti selera zaman, injil yang dibawa Tuhan Yesus luar biasa “tajam”
dan juga kejam” tajam menembus batin, kejam merebut kita dari dunia. jadi konotasinya bukan ke hal yang negatif.
Merenggut, manusia dari cara
berpikir yang dipengaruhi dunia dengan segala kenikmatannya. Oleh sebab itu,
jika ada orang Krsten saat ini hanya menginginkan berita-berita Injil tentang
kehidupan jasmaninya, sesungguhnya mata hatinya sedang tertutup dari kebenaran
Injil. Dalam hal ini Tuhan hanya menjadi Alat/ sarana, Allah tidak menjadi
tujuan.
Flp 3:19
Masalah terbesar karena kita
terikat dengan sesuatu. Seharusnya kita terikat dengan Allah.
Bertahun-tahun mnjadi kristen
maupun majelis bahkan pdt. Masih terikat dengan dunia ini, apkah trikat materi,
pangkat keinginan daganing dsb, belum merdeka.
Adanya kebangaan2 tertentu, org ini tidak menginginkan kemerdekaan tidak
ingin bertemu tuhan.
Org masih materialistis tidak
akan bisa dididik dan di ubah Yesus.
Sekalipun rajin ke gereja maupun ibadah namun memiliki “kerdil rohani”
karena tidak ada pertumbuhan. Karena masih
membagi hati, ingat ikut Yesus itu tidak boleh membagi hati, Tuhan harus yang
nomor satu. Dengan demikian kita dapat di didik oleh Yesus. Punya banyak hal
tetapi tidak terikat. Dengan demikian kita dapat menikmatinya.
Ada banyak perkataan Yesus yang seolah-olah kejam terhadap
kita ketika kita mengikuti Dia salah satu contohnya dalam Lukas 9:23 “23 Kata-Nya
kepada mereka semua: ‘Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Ayat-ayat
selanjutnya juga menegaskan hal yang sama, anmun itulah yang tuhan inginkan
bahwa kita seutuhnya milik dan melayani Dia.
Injil yang benar dapat merebut
kita dari dunia. kita tidak akan sama dengan orang-orang dunia. kita akan
memiliki ciri seperti bapa. Akan ada perbedaan dimanapun kita berada karena
kita menjadi saksi bukan menjadi pamer.
Adanya perubahan karakter.
Flp 3:17-18. 17 Saudara-saudara, ikutilah
teladanku dan perhatikanlah mereka, yang hidup sama seperti kami yang menjadi
teladanmu.
18 Karena,
seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula
sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus.
Paulus menjadi saingan kita.
Karena dia juga manusia biasa sama seperti kita. Namun memberikan teladan yang
sangat baik.
Kemudian ayat 19-20. 19 Kesudahan mereka ialah
kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka,
pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
20 Karena
kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Juruselamat,
Hati-hati dengan perut atau
kenikmatan duniawi, karena itu akan membawa kepada kebinasaan.
Lagipula kita orang Kristen
merupakan warga kerajaan Allah yang artinya kita seharusnya tidak terpana
dengan tawaran-tawaran yang dunia berikan.
Sebagai contoh ketika sedang
kumpul-kumpul, baik dikantor, dalam berwisata percakapannya pasti tentang
duniawi. Bukan keliru, tetapi seharusnya
tidak menjadi hal yang prioritas, karena kita bukan kewargaan dunia ini lagi.
Kita harus serupa dengan Dia
supaya kita bisa bertemu dengan Dia. Orang Krsten harus memprioritaskan dirinya
untuk Tuhan, all out untuk Tuhan.
Ketahuilah iblis mengupayakan
kesejahteraan di bumi supaya kita melupakan Allah. Kuasa dunia membuat kita
nyaman supaya kita melupakan rencana Allah. Ingat, nyaman itu tidak dosa,
tetapi jika itu menjadi keinginan itu berbahaya karena orang itu tidak akan
merasa membutuhkan apa-apa termasuk butuh Tuhan. Termasuk orang-orang yang
mencari kehormatan di gereja. Hal ini mendukakan hati Tuhan. Kenyamanan hidup,
membat kita tidak butuh Tuhan.
·
Jangan memburu kenyamanan untuk jiwa. Ketika
jiwa kita merasa aman maka Hati-hati dalam keadaan ini. Ini sebuah sinyal supaya kita juga mau
memikul beban orang lain.
·
Ingat “Percintaan dunia perseterun dengan Allah.”
·
Kita harus mengatakan “Yesus cukup bagi ku.”
Sanjunglah Tuhan, hidup kita di bumi ini hanya singkat dan
tidak lama.
Luk 21: 34
“Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan
tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat.
Ayat ini mengingatkan supaya Orang kristen harus berjuang
sungguh-sungguh karena berubah itu tidak mudah.
Hati-hati dengan percintaan dunia, karena itu sama
dengan menyembah iblis.
·
Kenyamanan hidup membuat seseorang tidak
melayani Tuhan tetapi melayani diri sendiri.
·
Orang yang mencari kenyamanan hidup tidak
mungkin melayani tuhan dengan baik.Kalaupun memberi dia pasti memberi dengan
sangat terbatas.
Markus 10:21-22
21 Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata
kepadanya: ”Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki
dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di
sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”
22 Mendengar
perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak
hartanya.
Ikut Tuhan harus 100 % atau tidak sama sekali.
Dalam hidup ini tidak ada yang dapat kita pertahankan
kecuali tuhan.
Sebuah tantangan
Ada pertanyaan “banyak yang
mengatakan bahwa Injil itu palsu. Jika Injil yang sekarang itu palsu, dimanakah
Injil yang asli?
Jawababan dari DR. Bambang
Noorsena yang di muat dalam video YouTube : https://www.youtube.com/watch?v=66ZVrMt0Vww
Itu merupakan prespektif teologi
yang dipaksakan lagi.
Mana yang asli? Pertanyaan ini
merupakan bayangan Injil menurut pikiran mereka.
Kita harus bisa membedakan asumsi
teologis dan fakta historis.
Fakta historis memberitahukan
kepada kita bahwa “TIDAK ADA INJIL yang Turun dari Sorga”. Hal ini merupakan
fakta sejarah.
Jadi jika ada pertanyaan “mana
yang asli?” ya tidak ada buktinya karena yang asli ya Matius, Markus, Lukas dan
Yohanes.
Mengapa ke-empat Injil ini
dikatakan asli?
Ø Tidak
ada satu dokumen ke agamaan yang lengkapnya menandingi Injil.
Hal ini dapat
dibandingkan dengan tulisan atau manuskripnya Plato hidupnya tahun berapa,
Aristoteles tahun berapa manuskripnya ada tahun berapa.
Time/ gap
manuskrip dengan penulisan itu ditemukan kapan?
·
Paling jauh naskah-naskah Yunani itu ada yang 15
naskah, 8 Naskah.
·
Aristoteles di akui sebagai seorang Filsuf yang
besar, ini dapat dibuktikan dari segi ilmu ekonomi maupun, hukum dan ilmu
sosial yang lain; ia menyakan bahwa “manusia merupakan makhluk sosial”
·
Pertanyaannya ialah: mana sekarang uji kritik
naskah terhadap Aristoteles?
·
Time gap-nya
mencapai seribu tahun lebih dan tidak sampai 10 buah jumlahnya. dan tidak
pernah ada pembahasan ujian kritik teks Aristoteles. Tidak pernah ada mengenai
hal ini yang ada justru Injil.
Ø Injil
memiliki naskah PB saja itu lebih dari lima ribu (5.000) manuskrip. Bisa
dibayangkan sebelum Injil berbentuk codex (berjilid). Itu kira-kira dari abad
ke-4 atau akhir abad ke-3. Misalnya
codex sinaiticus dari 325, codex vaticanus 350, codex aleksandrinus tahun 400.
Ø Sebelum
memiliki codex, Injil telah memiliki yang namanya Papirus. Salah satunya yang
tertua berasal dari tahun 115 Masehi namanya papirus jonrailen yang diberi kode
Papirus p52. Karena di simpan di perpustakaan jonrailen; itu ditemukan di
Mesir. Menurut catatan gereja Purba.
Ø Yohanes
murid Yesus yang dikenal sebagai Yohanes anak Zebedeus itu meninggal dikota
Efesus yang sekarang Turki pada tahun 96.
Ø Naskah
Injil tertua yang ditemukan itu tahun 115.
Ø Artinya
hanya ada jarak kurang dari 20 tahun.
Ø Hal
ini sama dengan zaman pak Suharto pada tahun 1998 yang menyerahkan kekuasaannya
pada pak Habibie.
Ø Apa
buktinya pak Harto pernah menyerahkan kekuasaannya pada pak Habibie?
Ø Ya
itu dapat dibuktikan dengan arsipnya yang masih ada semua atau secara
keseluruhan. Itu bukan waktu yang lama. Naskahnya berusia .
Jadi ini naskah-naskah Injil kuno
yang bisa kita miliki
Kemudian ada “p66” itu berkisar
dari tahun 120-125 Masehi itu berjarak kurang dari 30 tahun.
Naskah PB yang lain, ada yang
lebih tua menurut uji karbon dari prof Kim yang merupakan seorang ahli Papirus.
Ia melakukan penelitiannya kurang dari tahun 2000-an.
Ia mengatakan ada naskah yang
bercode “p-46” itu isinya 10 surat-surat Paulus yang berasal dari tahun 85
Masehi.
Nah kalau kita belajar
noovumtestamentum greek edisi kritis kitab suci itu baru ditentukan abadnya.
Hal itu dikarenakan memakai uji
karbon diawal abad 20 atau 21 awal ini.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil tersebut merupakan hasil terbaru yang
hanya berjarak belasan tahun dari kehidupan Paulus.
Ø Saat
ini kita hanya berbicara mengenai fakta sejarah saja. Kita tidak memusingkn
kitab ajaran agama-agama lain.
Ø Saat
ini dunia akademis Kristen mengembangkan metode penelahan teks.
Dengan seluruh fakta sejarah atau
historis yang ada maka, Injil yan dimiliki orang Kristen merupakan Injil yang
asli.
“jika ada pertanyaan lain yang
masih mengkrtitik Injil secara khusus orang diluar Kristen, maka sang
pengkritik itu sendiri harus menelaah kembali mengenai isi teks kitabnya
sendiri.”
Apakah mampu dibuktikan secara
historis?
Apakah dapat di uji berdasarkan
fakta?
Standar yang diberikan kepada
Injil harus ia gunakan juga kepada dirinys sendiri!
Kesimpulan
Injil memberikan dampak yang positif bagi setiap manusia yang memercayainya.
Injil
tidak saja memberikan dampak transformasi spiritual tetapi juga transformasi
sosial.
Injil mentransformasi keadaan rohani manusia yang berdosa dan patut dihukum,
menjadi anak-anak Allah yang diselamatkan di dalam Yesus Kristus. Selain itu
kehadiran
Injil mengubah cara pandang manusia tentang kehidupan sosial. Manusia lebih
menghargai waktu, nilai hidup manusia, dan pendidikan. Masih ada banyak lagi
dampak
Injil bagi transformasi kehidupan sosial manusia. Hal ini membuktikan bahwa
Injil tidak
saja memberikan dampak transformasi spiritual namun juga tansformasi sosial.
Penginjilan yang berawal dari
usaha Allah untuk menyelamatkan atau memperbaiki relasi dengan manusia yang
telah berdosa. Maka penginjilan adalah
pemberitaan kabar gembira tentang perbuatan Allah dengan maksud supaya orang
yang mendengar berita itu mengambil keputusan untuk bertobat kepada
Kristus. Kemudian penginjilan dapat
berarti memproklamasikan kemenangan atas dosa di dalam Tuhan Yesus Kristus.
Sumber
Chew, Jim. When You Cros
Cultures. Singapura: The Navigators, 1993.
Eben
Munthe, “Penginjilan yang Sesungguhnya: Siapa saja yang Harus Berperan?” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan
2, no. 10 (Januari 2020): 109. 107-120)
Eben
Munthe, “Penginjilan yang Sesungguhnya: Siapa saja yang Harus Berperan?” PNEUMATIKOS Jurnal Teologi Kependetaan
2, no. 10 (Januari 2020): 109. 107-120)
Evendy Tobing, “Topik Khusus: “Penginjilan
dalam Perjanjian Lama” (Part I),” [video online]; diambil dari
https://www.youtube.com/watch?v=PR7RkqGLV_g; internet;
Fransiskus Mistrianto, “Percakapan Yesus Dengan
Perempuan Samaria. Yoh. 4:5-42,”[video online]; diambil dari
https://www.youtube.com/watch?v=gA5bMjAHf44; internet; diakses pada 19 Oktober
2020.
Gernaida Krisna R. Pakpahan, “Karakteristik
Misi Keluarga dalam Perspektif Perjanjian Lama” Vox Dai Jurnal Teologi & Pastoral 2, no. 1(Juni 2020): 22
Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual ISSN 2655-4666
(print), 2655-4682 (online) Volume 2, No 1, Juni 2019; (83-93)
David Eko Setiawan Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu Ketegangan Antara
Injil dan Jemaat Aniti Levina Taribaba Sekolah Tinggi Teologi Tawangmangu
Setiawan, David Eko.
“Dampak Injil Bagi Transformasi Spiritual Dan Sosial.”
BIA’: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Kontekstual 2, no. 1 (June 24, 2019): 83–93.
Siswanto, Krido. “Perjumpaan Injil Dan Tradisi Jawa Timuran Dalam
Pelayanan Misi Kontekstual.”
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat (2017).
Sudarmanto, Gunaryo. “Misi Transformatif Di Tengah Tantangan
Gereja” (n.d.): 2020.
Tanudjaja, Rahmiati. “Kontekstualisasi Sebagai Sebuah Strategi
Dalam Menjalankan Misi: Sebuah Ulasan Literatur.” Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan (2000).
Wongso, Peter. Tugas Gereja Dan Masa
Kini. Surabaya: Yakin, 2000.
Yakob Tomatala, Penginjilan
Masa Kini Jilid 2 : Penuntun Pelayanan Pekabaran Injil Secara Pribadi
(Malang: Gandum Mas, 1998), 7.
https://www.youtube.com/watch?v=vtEJv0zvPXM
INJIL ADALAH KEKUATAN ALLAH
| Pdt. Dr. Erastus Sabdono - 20181118 (SBT)
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.