Pengertian Pertobatan


A .Apa itu pertobatan?

Dasar kata pertobatan adalah “tobat,” yang mana kata ini diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sebagai: (1) sadar dan menyesal akan dosa (perbuatan yang salah atau jahat) dan berniat akan memperbaiki tingkah laku dan perbuatan; (2) kembali kepada agama (jalan, hal) yang benar; (3) merasa tidak sanggup lagi; (4) menyatakan rasa heran, kesal, atau sebal; (5) jera (tidak akan berbuat lagi).[1] Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa pertobatan ini, diperlukan oleh setiap orang yang mengikuti jalan yang salah atau melakukan hal yang salah. Hal ini sangat penting, jikalau orang tersebut ingin mengenal kebenaran dengan agamanya masing-masing. Apalagi kita sebagai orang percaya, pertobatan merupakan salah satu syarat untuk mengalami keselamatan.

Pengertian Pertobatan 

Pertobatan adalah tindakan orang berdosa untuk "berbalik" kepada Allah, setelah Roh Kudus meyakinkan dia akan dosa, membawa perubahan dalam pikiran, keinginan dan sikap. Hal ini terjadi oleh karana tindakan iman yang dilakukan orang tersebut. Iman tersebut menyelamatkan melalui penebusan yang membenarkan dia. Dalam pengertian lebih sederhana kata "pertobatan" sering diartikan sebagai "tindakan sukarela dari jiwa atau orang yang secara sadar menerima Kristus dengan iman sebagai Juruselamat." "Kelahiran kembali" atau lahir baru akan menciptakan keadaan hati yang baru, itu bukanlah tindakan pribadi manusia, melainkan pekerjaan Roh Kudus yang membuat kita mengalami perubahan hati. Pertobatan berarti dilahirkan kembali "dari atas" (Yoh. 3:7), suatu "pembaruan budi" (Rm. 12:2), "menanggalkan manusia lama ... dan mengenakan manusia baru" (Ef. 4:22, 24). Perubahan melalui kelahiran kembali terletak pada penemuan kembali citra moral Allah dalam hati - "suatu kondisi yang memungkinkan kita mengasihi Dia amat sangat dan menemukan sukacita tertinggi saat melayani Dia." Maka benarlah jika dianggap bahwa orang yang ingin melakukan kehendak Allah serta menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya - orang yang menganggap dirinya dan semua miliknya adalah untuk melayani Tuhan - ia telah dilahirkan kembali, dan siap dipakai oleh Tuhan dalam pekerjaan-Nya.[2]

Dalam kekristenan pertobatan juga bisa berarti memiliki cara hidup yang berbeda.[3] Dulunya hidup dalam dosa, sekarang berbalik kepada Tuhan dengan kerelaan. Walaupun pertobatan biasanya disertai oleh sukacita dan kelegaan, tetapi pertobatan lebih daripada pengalaman yang penuh emosi itu. Pertobatan adalah permulaan baru, perubahan arah hidup kita kepada Tuhan. Alkitab berkali-kali mengimbau orang-orang untuk berbalik kepada Allah, misalnya dalam Amsal 1:23 “Berpalinglah kamu kepada teguranku! Sesungguhnya, aku hendak mencurahkan isi hatiku kepadamu dan memberitahukan perkataanku kepadamu” demikian juga dalam Yesaya 31:6; Yehezkiel 14:6; Yoel 2:12; Matius 18:3; Kisah Para Rasul 3:19).[4]


B. Jenis-jenis Pertobatan[5]

1. Pertobatan secara nasional.

Pada zaman Musa, Yosua, dan juga para Hakim, bangsa Israel berulang kali berubah setia kepada Tuhan dan setelah mereka mengalami murka Tuhan, mereka menyesali dosa-dosa mereka dan berbalik kepada Tuhan. Ada juga peristiwa dimana kerajaan Yehuda pada zaman raja Hizkia, dan juga pada zaman raja Yosia mengadakan pertobatan secara nasional ini. Demikian juga dengan orang-orang Niniwe menyesali dosa mereka setelah mendengarkan khotbah yang disampaikan oleh Yunus. Pertobatan nasional sebenarnya lebih mengarah kepada reformasi moral suatu bangsa. Pertobatan ini juga merupakan bagian dari pertobatan agama yang datang dari pemimpin-pemimpin tertentu, yang belum tentu sesuai dengan keinginan masyarakatnya. Mereka menunjukkan sikap itu karena ada seorang pemimpin yang disegani, tetapi ketika pemimpin itu kemudian digantikan oleh pemimpin lain yang jahat, maka bangsa itu segera kembali pada kebiasaan lama mereka.


2. Pertobatan Sementara

Alkitab juga mengisahkan pertobatan orang-orang secara pribadi yang tidak menunjukkan adanya perubahan dalam hati, dan kemudian mundur dari imannya. Dalam perumpamaan tentang penabur, Tuhan Yesus berbicara tentang orang-orang yang mendengar Firman Tuhan dan segera menerimanya dengan sukacita, tetapi tidak berakar kuat, karena itu hanya dapat tumbuh sebentar. Ketika kesulitan dan penderitaan datang melanda, segera mereka menjadi layu dan mati (Mat. 13:20,21). Salah satu contohnya adalah Himeneus dan Aleksander yang telah kandas imannya ( 1 Tim. 1:19,20, band. II Tim. 2:17,18). Demikian juga dengan dengan Demas ( II Tim. 4:10) yang telah meninggalkan Paulus, karena ia lebih mengasihi dunia ini. Penulis surat Ibrani berbicara tentang sebagian orang yang jatuh, “ Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi , tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum (Ibr. 6:4-6). Yohanes juga berbicara tentang beberapa orang yang berbalik imannya, “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk pada kita (Ibr. 6:4-6)”.

3. Pertobatan yang benar

Perubahan ini berakar pada karya kelahiran kembali, dan dinyatakan dalam keadaan sadar oleh orang berdosa karena pekerjaan Roh Kudus. Hal ini juga berarti perubahan cara berpikir dan berpendapat, perubahan pada keinginan dan perbuatan, yang juga mencakup pengetahuan bahwa arah yang sebelumnya diambil dalam hidupnya adalah suatu arah yang salah dan kemudian ia mengubah seluruh arah hidupnya kepada Tuhan. Ada dua hal yang perlu kita ketahui tentang pertobatan yang benar: (1) Allah Roh Kudus yang lebih dahulu menginsafkan manusia untuk mengalami kelahiran baru; (2) Pertobatan adalah reaksi orang berdosa kepada Roh Kudus yang telah menginsafkan dia. Dengan demikian, pertobatan yang benar tidak hanya semata-mata bersumber pada tindakan manusia, tetapi juga adalah karya dari Allah. Alkitab menuliskan banyak contoh-contoh tentang pertobatan yang benar, misalnya pertobatan Naaman (II Raj. 5:15), Zakheus (Luk. 19:8,9), orang yang buta sejak lahirnya (Yoh. 9:38), perempuan Samaria (Yoh. 4:29, 39), sida-sida dari Etiopia (Kis. 8:30), Kornelius (Kis. 10:44), Paulus (Kis. 9:5), dan masih banyak lainnya. Ada juga contoh lain, dimana cerita ini diceritakan oleh Yesus yang terdapat dalam Lukas 15:11-32 yang diberi perikop “anak yang hilang.” Dari kisah ini ada tindakan yang dilakukannya, yakni:

· Sadar: ayat 17...lalu ia menyadari keadaannya;

· Membuat keputusan : Ayat 18 … aku akan bangkit dan pergi kepada Bapaku

· Bertindak : Ayat 20 … maka bangkitlah ia pergi kepada Bapanya

Hasilnya adalah ia diterima kembali oleh Bapa dengan sukacita, diberi jabatan baru, diberi cincin baru (Kuasa dan kasih), diberkati atau dipestakan (dipulihkan).

4. Pertobatan yang diulang

Alkitab juga berbicara mengenai suatu pertobatan yang diulang, dimana orang yang bertobat itu dalam suatu waktu mengalami kejatuhan dalam hidupnya, kemudian berbalik lagi kepada Tuhan. Salah satu contohnya adalah peristiwa dimana Yesus akan dikhianati oleh Yudas, dan mereka sedang makan dan minum dalam perjamuan malam. Kata Yesus kepada Petrus: “tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu (Luk. 22:32). Demikian juga dalam beberapa teks dalam tulisan Yohanes (Why. 2:5, 16, 21, 22; 3:3,19). Kata “insaf” juga memiliki pengertian sebagai “sadar akan kekeliruannya dan bertekad akan memperbaiki dirinya” yang juga sinonim dengan kata pertobatan. Mereka yang pernah mengalami pertobatan yang benar bisa saja jatuh dalam dosa, dan oleh karena itu perlu juga mengalami kelahiran yang baru. Orang yang mengalami kelahiran baru tentu akan mendapatkan kedudukannya yang semula lagi dan pasti akan membawanya kembali kepada Tuhan dengan hati yang penuh penyesalan.


C. Apakah pentingnya pertobatan?[6]

1. Pertobatan merupakan pesan yang disampaikan oleh para nabi Perjanjian Lama (Ul. 30:10; II Raj. 17:13; Yer. 8:6; Yeh. 16:6; 18:30)

2. Pertobatam merupakan tema pemberitaan Yohanes pembabtis (Mat. 3:2; Mark. 1:15), Yesus Kristus (Mat. 4:17; Luk. 13:3-5), kedua belas murid (Mrk. 6:12), dan secara khusus tema khotbah Petrus pada hari pentakosta (Kis. 2:38; band. 3:19).

3. Pertobatan juga menjadi pokok khotbah Paulus (Kis. 20:21; 26:20)

4. Pertobatan jelas diperintahkan untuk semua orang (Kis. 17:30)

5. Pertobatan merupakan tindakan yang sangat menarik perhatian seisi Sorga (Luk. 15:7; 10; 24:46, 47).

6. Pertobatan adalah yang paling mendasar dari segala asas pengajaran (Mat. 21:32; Ibr. 6:1), karena pertobatan merupakan syarat mutlak untuk dapat diselamatkan (Luk. 13:2-5).

D. Mengapa kita sulit untuk bertobat?

1. Terikat dengan dosa-dosa (intimidasi dosa)

2. Mengeraskan hati

3. Menyepelekan dosa

4. Kecenderungan untuk berbuat dosa (natur manusia yang berdosa)

5. Merasa benar, tidak mau merendahkan diri

6. Pengaruh lingkungan yang berdosa

E. Mengapa kita harus bertobat? [7]

1. Pertobatan memungkinkan Tuhan memulihkan, mengampuni, dan menyucikan kita (Lih. 1 Yoh. 1:9). Allah mau kita kembali kepadanya (Zak. 1:3; Mal. 3:7). Allah berjanji akan memulihkan ketika kita mengakui dosa-dosa kita (Yer. 15:9)

2. Pertobatan membantu kita mengenal kebenaran. Paulus mengatakan bahwa pertobatan membuat kita mengenal kebenaran sehingga kita dapat menjadi sadar (2 Tim. 2:25-26). Ketika kita bertobat dan belajar untuk setuju dengan kebenaran standar Allah tentang kebenaran dan dosa, kita akan bertumbuh dalam kerendahan hati.

3. Pertobatan menjauhkan Iblis dari kita. Alkitab mengatakan kepada kita, “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yak. 4:7). Dalam ayat ini, tunduk kepada Allah berarti membersihkan tangan kita dan menyucikan hati kita dari dosa dan hati yang mendua (Yak. 4:8). Ketika kita berdosa, sesungguhnya kita sedang memberikan izin kepada Iblis untuk mendekat kepada kita, sebab “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1 Yoh. 3:8). Iblis itu dekat dengan mereka yang melakukan apa yang Iblis lakukan (Yoh. 8:44). Dan ketika Iblis dekat dengan kita, dia “datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan” (Yoh.10:10).Ketika kita tunduk kepada Allah dengan bertobat, kita sedang menyatakan bahwa kita adalah milik Allah dan kita dapat melawan Iblis dan pengaruhnya di dalam hidup kita.

4. Pertobatan membebaskan kita dari kuasa dosa. (Lih. Ibr. 4:16), demikian juga dalam Kisah Para Rasul 3:19 “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.”

5. Pertobatan membawa kita kepada hidup dan keselamatan. Dosa akan membawa kita kepada kematian rohani. Firman Tuhan memberitahu kita bahwa “upah dosa ialah maut” (Rm. 6:23) dan Yesus berkata, “jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa” (Luk. 13:3). Sebaliknya, pertobatan membawa kita kepada hidup (Kis. 11:18) dan keselamatan (2 Kor. 7:10). Sukacita yang tidak terukur dari memiliki hubungan yang erat dengan Allah adalah apa yang telah Yesus berikan kepada kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga kita “mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yoh. 10:10). Itu akan mengalahkan segala tipuan dan “sukacita palsu” yang ditawarkan oleh dosa apapun!

F. Tokoh-tokoh Alkitab yang bertobat dari dosanya

1. Simson (dibutahkan oleh wanita-): Hakim-hakim 16 ; Ibrani 11:32

2. Daud (berzinah dan membunuh): 2 Samuel 11-12; Mazmur 51

3. Hizkia (mengandalkan manusia): 2 Raja-raja 20:1-21; 2 Taw. 32:26

4. Manasye (melakukan penyembahan berhala): 2 Tawarikh 33:10-13

5. Yunus (lari dari panggilan): Yunus 1-2

6. Zakheus (memeras rakyat): Lukas 19:1-10

7. Petrus (menyangkal Yesus): Matius 26:69-75

8. Penjahat yang disalibkan bersama Yesus (merampok dan membunuh): Lukas 23:33-39

9. Paulus (membunuh dan menganiaya orang Kristen): Kisah Para Rasul 9; 22:4

10. Simon Tukang Sihir (melakukan sihir): Kisah Para Rasul 8:12-13.

G. Istilah Alkitab untuk pertobatan[8]

Alkitab menggunakan beberapa kata yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai pertobatan:

2. Istilah Pertobatan dalam Perjanjian Lama

a. Nacham, yang mengandung arti adanya perasaan yang dalam, baik perasaan menderita atau perasaan terlepas. Ada dua terjemahan yang biasanya dipakai untuk mengartikan kata ini: (1) menyesal, penyesalan ini sering disertai juga dengan adanya perubahan dalam rencana tindakan. Kata ini tidak hanya dipakai untuk manusia tetapi juga untuk Tuhan. Misalnya dalam Kejadian 6:7 “Berfirmanlah TUHAN: "Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka” ;(2) Menghibur atau menghibur diri sendiri. Kata ini juga biasa dipakai untuk menunjuk arti dari penyesalan itu. Sebagai contoh dalam kitab Hakim-hakim 2:18 “Setiap kali apabila TUHAN membangkitkan seorang hakim bagi mereka, maka TUHAN menyertai hakim itu dan menyelamatkan mereka dari tangan musuh mereka selama hakim itu hidup; sebab TUHAN berbelas kasihan mendengar rintihan mereka karena orang-orang yang mendesak dan menindas mereka.” Kata ini juga dipakai dalam Keluaran 32:14 dan 1 Samuel 15:11.

b. Shubh, yang merupakan paling umum untuk pertobatan berarti berbalik, berbalik kembali, atau kembali. Kata ini sering dipakai dalam pengertian harfiah baik oleh Tuhan maupun oleh manusia, tetapi kata itu kemudian mendapatkan suatu arti penting yang bersifat religius atau etis. Arti ini paling jelas dalam perkataan para nabi, yang menunjukkan bagaimana Israel berbalik kepada Tuhan, setelah Israel meninggalkan Dia. Kata itu dengan jelas menunjukkan bahwa apa yang disebutkan oleh Perjanjian Lama sebagai pertobatan adalah kembali kepada Dia dari dosa yang telah memisahkan manusia dengan Tuhan. Elemen ini sangat penting dalam pertobatan. Misalnya dalam Bilangan 14:43 “sebab orang Amalek dan orang Kanaan ada di sana di depanmu dan kamu akan tewas oleh pedang; dari sebab kamu berbalik membelakangi TUHAN, maka TUHAN tidak akan menyertai kamu .

3. Istilah Pertobatan dalam Perjanjian Baru

a. Metanoia (bentuk kata kerjanya adalah metaneo). Kata ini paling umum dipakai untuk menunjukkan pertobatan di dalam Perjanjian Baru, dan juga merupakan istilah yang paling mendasar untuk dipakai. Kata ini berasal dari dua kata yaitu meta dan nous yang kemudian lagi dikaitkan dengan kata kerja ginosko (dalam bahasa Latin noscere, dalam bahasa Inggris to know), dan semua kata itu menunjukkan kesadaran dalam hidup manusia. Kata ini dapat menunjukkan suatu perubahan ke arah yang buruk dan juga bisa berubah ke arah yang baik. Akan tetapi, dalam Perjanjian baru artinya kemudian menjadi lebih dalam lagi, dan pertama-tama kata itu menunjukkan suatu perubahan dalam pikiran, yang melihat masa lalu dengan lebih bijaksana termasuk juga menyesali segala kekeliruan yang dilakukan di masa lalu, dan kemudian dan kemudian mengubah hidup menuju ke arah yang lebih baik. Kata ini tidak hanya terbatas pada kesadaran intelektual belaka, tetapi juga mencakup kesadaran moral dan juga hati nurani. Ketika pikiran seseorang telah diubah, ia bukan saja menerima pengetahuan, tetapi juga mendapatkan arah yang jelas dalam kehidupannya, dan kualitas moralnya juga diubahkan. Metanoia bukan berarti hanya sekedar beralih dari suatu arah yang disadari menuju ke arah lain, tetapi melakukan hal itu dengan satu sikap yang jelas membenci arah yang semula. Pertobatannya mancakup iman dan penyesalan akan dosa.

b. Epistrophe (bentuk kata kerjanya epistrepho). Kata ini memiliki arti penting nomor dua setelah metanoia. Pengertian kata ini juga sama dengan kata shubh dalam Perjanjian Lama yakni berbalik lagi atau berbalik kembali. Dalam Perjanjian baru kata benda epistrophe hanya dipakai satu kali saja, yaitu dalam Kisah Para Rasul 15:3 “Mereka diantarkan oleh jemaat sampai ke luar kota, lalu mereka berjalan melalui Fenisia dan Samaria, dan di tempat-tempat itu mereka menceriterakan tentang pertobatan orang-orang yang tidak mengenal Allah. Hal itu sangat menggembirakan hati saudara-saudara di situ”, tetapi kata kerjanya muncul berulang kali. Kata ini kadang-kadang mempunyai arti yang sedikit lebih luas dari metanoeo, dan sesungguhnya menunjukkan langkah terakhir dalam pertobatan. Kata itu bukan sekedar menunjukkan arti suatu perubahan dalam nous atau pikiran seseorang, tetapi menekankan kenyataan bahwa suatu hubungan yang baru sudah ditetapkan, dan bahwa kehidupan yang aktif telah ditunjukkan ke arah yang lain. Kadang-kadang metaneo mengandung pengertian mengakui dosa-dosa saja, sedangkan episterpho selalu mencakup elemen iman.

c. Metameleia (bentuk kata kerjanya metamelomai). Hanya bentuk kata kerjanya saja yang dipakai dalam Perjanjian baru, dan secara harfiah berarti menjadikan perhatian kepada seseorang sesudahnya. Kata ini merupakan salah satu kata yang juga dipakai untuk menerjemahkan kata nicham dalam bahasa Ibrani yang terdapat dalam septuaginta. Dalam Perjanjian baru kata ini hanya dijumpai lima kali, salah satunya dalam Matius 21:32 “Sebab Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya. Tetapi pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal percaya kepadanya. Dan meskipun kamu melihatnya, tetapi kemudian kamu tidak menyesal dan kamu tidak juga percaya kepadanya.” Selain itu, kata ini juga terdapat dalam Mat 21:29; 27:3; 2 Kor. 7:10; Ibr 7:21. Terlihat dari ayat-ayat itu bahwa kata itu menekankan elemen penyesalan akan dosa, walaupun tidak selalu menunjukkan penyesalan akan dosa sesungguhnya. Dalam kata itu, melihat ke belakang atau masa lampau yang emosional menjadi elemen yang paling diutamakan. Perbedaannya dengan metanoeo adalah kata metanoeo juga mencakup elemen kekuatan dan menunjukkan perubahan yang energetik dari kehendak seseorang.

H. Ciri khas pertobatan[9]

1. Pertobatan merupakan bagian dari tindakan rekreatif dan bukan dari tindakan yurudis dari Allah. Artinya pertobatan itu merupakan bagian dari rencana Allah yang berasal dari keinginan hatiNya dan bukan berasal dari hukum yang Allah tetapkan. Pertobatan tidak mengubah keadaan manusia tetapi mengubah kondisi manusia. Dalam pertobatan, manusia menjadi sadar akan kenyataan bahwa ia layak untuk dihukum dan juga dibawa untuk mengenali kenyataan itu. Kemudian dalam pertobatan pula, manusia dibangkitkan menuju kepada jaminan yang mulia sebab semua dosanya diampuni berdasarkan karya Yesus Kristus.

2. Sebagaimana dengan jelas ditunjukkan oleh kata metanoia, pertobatan itu terjadi berdasarkan kesadaran manusia. Tetapi kenyataan ini bukan berarti bahwa pertobatan itu tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan bawah sadarnya. Hal ini dikarenakan pertobatan merupakan akibat langsung dari kelahiran kembali, maka pertobatan itu juga mencakup suatu lingkup dalam tindakan hidup baru dari bawah sadar menuju pada kesadaran. Dengan kata lain pertobatan sebenarnya dimulai dari keadaan bawah sadar kita secara tidak langsung, kemudian kita mengambil keputusan untuk bertobat dalam keadaan yang sadar penuh. Hal ini penting, oleh karena pertobatan yang tidak berakar pada kelahiran baru bukanlah pertobatan yang benar.

3. Pertobatan bukan saja berbicara perihal membuang manusia lama, meninggalkan dosa, tetapi juga mengenakan manusia baru dan berjuang untuk hidup yang suci. Dalam kelahiran kembali, prinsip-prinsip yang berdosa dari hidup lama sudah digantikan dengan prinsip-prinsip yang kudus dalam hidup baru. Hasilnya adalah orang itu segera meninggalkan dosa yang lama dan berbalik menuju hidup pesekutuan dan beribadah kepada Tuhan. Akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa pergumulan antara hidup yang lama dan hidup baru segera berakhir, oleh karena pergumulan itu akan terus berlangsung selama manusia masih hidup.

4. Pertobatan dapat mengandung arti sebagai perubahan pada suatu waktu. Ketika manusia yang sudah menyerahkan hidupnya kepada Tuhan, namun di tengah jalan mengalami kegagalan, Alkitab juga menyebut tindakan itu sebagai pertobatan. Tindakan itu merupakan suatu jalan pulang kepada Allah untuk mendapatkan kedududakan awalnya sebagai anak Allah.

5. Pertobatan bisa dianggap sebagai sebuah krisis yang yang ditandai dengan perubahan yang luar biasa, namun juga bisa dianggap sebagai satu perubahan yang terjadi sedikit demi sedikit.

6. Pertobatan selalu berbicara mengenai pekerjaan supranatural dari Allah yang menghasilkan suatu perubahan religius.

I. Unsur-unsur yang terdapat dalam pertobatan[10]

1. Perubahan pada pikiran, dimana dosa dikenali dalam pengertian yang sesungguhnya, sebagai perbuatan yang dibenci Tuhan.

2. Penyesalan yang sungguh-sungguh atas dosa, bukan sekedar kesedihan karena akibat dosa yang pahit.

3. Pengakuan yang rendah hati akan dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya; Dosa kini diakui sebagai kesalahan pribadi, Allah sebagai Dia yang benar menuntut kebenaran, dan dia sendiri yang sudah tercemar dan tidak berdaya.

4. Membenci dosa, yang mencakup keputusan yang tegas untuk meninggalkannya;

5. Kembali kepada Allah yang adalah Bapa yang penuh rahmat di dalam Yesus Kristus, dalam iman bahwa Yesus dapat dan akan mengampuni dosa kita;

6. Sukacita yang penuh di dalam Allah melalui Kristus; kasih yang murni kepada Allah dan sesama beserta kesukaan di dalam melayani Allah.

J. Elemen-elemen yang terdapat dalam pertobatan[11]

Elemen mendasar dari pertobatan terdiri dari dua, yakni penyesalan dosa dan iman. Penyesalan akan dosa berkaitan langsung dengan dengan penyucian, sedangkan iman erat kaitannya dengan pembenaran. Pembahasan mengenai iman akan dibahas secara terpisah dari bagian ini, oleh karena itu elemen yang dibahas disini hanya berfokus pada elemen-elemen penyesalan akan dosa. Ada tiga elemen yang membedakannya, yaitu:



1. Elemen Intelektual. Ada suatu perubahan pandangan, menyadari akan dosa yang termasuk juga setiap kesalahan yang dilakukan secara pribadi, kecemaran, dan ketidakberdayaan. Hal ini disebutkan dalam Alkitab sebagai epignosis hamartias (menyadari dosa). Jika hal ini tidak disertai dengan elemen lain, maka hanya akan menjadi satu rasa takut pada hukuman, tetapi sama sekali tidak membenci dosa itu.

2. Elemen Emosional. Ada suatu perubahan perasaan, yang diwujudkan dalam bentuk dukacita karena telah melakukan dosa pada masa lalu terhadap Tuhan yang kudus dan adil. Sebagai contoh pernyataan Daud dalam Mazmur 51:2 “bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku!” Elemen penyesalan akan dosa ini ditunjukkan pula oleh kata metamelomai. Elemen emosional ini bisa menyebabkan dua hal. Pertama, dukacita ilahi atau penyesalan secara emosial karena benar-benar menyadari kesalahannya. Kedua, dukacita duniawi yang dinyatakan dalam kekecewaan dan penyesalan belaka. Seperti yang dilakukan oleh Yudas dalam Matius 27:3 “Pada waktu Yudas, yang menyerahkan Dia, melihat, bahwa Yesus telah dijatuhi hukuman mati, menyesallah ia. Lalu ia mengembalikan uang yang tiga puluh perak itu kepada imam-imam kepala dan tua-tua.” Perbedaan keduaya terletak pada bagaimana keduanya merespon penyesalan akan dosa mereka. Kedua bentuk penyesalan ini juga terlihat jelas dalam II Korintus 7:9-10 “ namun sekarang aku bersukacita, bukan karena kamu telah berdukacita, melainkan karena dukacitamu membuat kamu bertobat. Sebab dukacitamu itu adalah menurut kehendak Allah, sehingga kamu sedikitpun tidak dirugikan oleh karena kami. Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.”

3. Elemen kekuatan dan keputusan. Elemen ini lebih kepada perubahan tujuan, dari dalam merupakan sebuah tindakan beralih dari dosa dan suatu sikap hati yang mencari pengampunan dan penyucian. Misalnya dalam Mazmur 51:5 dan Yeremia 25:5. Elemen ini juga saling terkait dengan elemen yang lainnya, dan merupakan satu aspek yang sangat penting dalam penyesalan akan dosa. Dalam Alkitab elemen ini ditunjukkan oleh kata metanoia seperti yang terdapat dalam Kis.2;38 “Maukah engkau menganggap sepi kekayaan kemurahan-Nya, kesabaran-Nya dan kelapangan hati-Nya? Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?”


K. Sarana yang dipakai Allah untuk membuat manusia bertobat[12]

1. Firman Allah (Luk. 16:30,31)

2. Pemberitaan Injil (Mat. 12:41; Luk. 24:47: Kis. 2:37,38; II Tim. 2:25)

3. Kebaikan Allah kepada cipataaNya (Rm. 2:4; II Pet. 3:9)

4. Ajaran dari Tuhan (Ibr. 12:10,11; Why. 3:19)

5. Percaya akan kebenaran (Yun. 3:5-10)

6. Pemahaman baru tentang Allah (Ayb. 42:5,6)



L. Apa yang menyebabkan seseorang bertobat?[13]

1. Allah adalah pembuat pertobatan itu.

Hanya Allah saja yang dapat disebut sebagai penyebab pertobatan. Dalam Mazmur 85:5 sang pemazmur berkata “Pulihkanlah kami, ya Allah penyelamat kami, dan tiadakanlah sakit hati-Mu kepada kami.” Serta di dalam Yeremia 31:18 “Telah Kudengar sungguh-sungguh Efraim meratap : Engkau telah menghajar aku, dan aku telah menerima hajaran, seperti anak lembu yang tidak terlatih. Bawalah aku kembali, supaya aku berbalik, sebab Engkaulah TUHAN, Allahku.” Kedua doa tersebut adalah doa yang mengandung pernyataan iman, bahwa Tuhanlah yang menyelamatkan manusia dan Ialah yang membawa manusia kembali kepadaNya. Demikian juga dalam Kisah Para Rasul 11:18, Petrus memperhatikan suatu kenyataan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada semua orang pertobatan supaya mereka beroleh hidup.

Pernyataan yang sama juga dapat kita jumpai dalam II Timotius 2:25 dimana Paulus menuliskan “dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran.” Terlihat jelas disini bahwa Allah yang menuntun seseorang untuk berbalik kepadaNya. Allah mengerjakan pertobatan itu melalui FirmanNya yang kudus (Mzm. 19:7-10), dan iman yang timbul dari pendengaran kita (Rm. 10:17). Bagaimanapun juga, tanpa perkenanNya seseorang pun tidak akan ada yang datang kepada Allah seperti yang dikatakan Yesus dalam Yohanes 6:44 “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman.”

Allah yang meyakinkan manusia dengan ramah, dan Allah Roh Kuduslah yang bekerja aktif dalam hal ini. Roh Kudus adalah pelaksana ke-Allahan yang menerapkan berbagai manfaat penebusan kepada orang yang percaya dan yang tidak percaya. Hal ini tertulis dalam Yohanes 16:8-11: “Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum.” Alat utama yang dipakai oleh Roh Kudus untuk menginsafkan manusia tentu saja adalah Firman Allah yang didengar oleh manusia (Rm. 10:17). Roh Kudus tidak memaksakan perhatian-Nya pada setiap individu, tetapi Ia memanggil orang-orang berdosa untuk datang kepada Kristus. (Menzies, 102).

2. Manusia bekerjasama dalam pertobatan itu.

Hal yang menarik yang ditemukan dalam Alkitab adalah dalam Perjanjian Lama kata shubh dipakai 74 kali untuk menunjukkan pertobatan sebagai pekerjaan manusia, dan hanya 15 kali pertobatan sebagai tindakan anugerah Allah. Kemudian dalam Perjanjian Baru mengemukakan pertobatan sebagai tindakan manusia sebanyak 26 kali, dan membicarakannya sebagai tindakan Allah hanya 2 atau 3 kali.[14] Ini merupakan fakta yang menarik, namun bukan berarti pekerjaan yang manusia adalah yang terutama melainkan merupakan hasil dari apa yang Allah kerjakan. Seperti yang tertulis dalam Filipi 2:13 “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” Jelas disini bahwa ini semua merupakan hasil pekerjaan Allah. Lalu mengapa dikatakan manusia bekerjasama dengan Allah dalam hal pertobatan? Tentu saja jika manusia itu itu tidak mau, maka pertobatan itu tidak akan terjadi dalam dirinya. Seperti yang terdapat dalam Yesaya 55:7 “Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya.” Allah memberikan pengampunan, tetapi kalau manusia tidak berbalik dari dosanya maka itu menjadi sia-sia. Alasan yang kedua adalah, Allah yang menghendaki pertobatan itu terjadi dalam diri manusia. Dengan kata lain Allah mau tindakan aktif oleh manusia “Sebab itu, katakanlah kepada orang Yehuda dan kepada penduduk Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: Sesungguhnya, Aku ini sedang menyiapkan malapetaka terhadap kamu dan merancangkan rencana terhadap kamu. Baiklah kamu masing-masing bertobat dari tingkah langkahmu yang jahat, dan perbaikilah tingkah langkahmu dan perbuatanmu! (Yer. 18:11). Hal ini juga dapat ditemukan dalam Yehezkiel 18:22,32; 33:11; Kisah Para Rasul 2:38;17:30 dan masih banyak lagi.

M. Hubungan Pertobatan dengan Iman

Pertobatan adalah reaksi orang berdosa kepada Roh Kudus yang menginsafkan dia. Tindakan berbalik ini tentu saja memerlukan elemen mendasar yang sudah disinggung di atas yakni iman. Ada dua jenis iman yang benar, dan masing-masing mempunyai obyek yang berbeda, yaitu: (a) pengenalan atas kebenaran wahyu Tuhan tentang penebusan “kepercayaan kepada apa yang Alkitab tuliskan”; (b) penerimaan atas keselamatan yang ditawarkan oleh Kristus yang berupa iman yang menyelamatkan. Roh Kudus menginsafkan orang-orang, sehingga ia menyadari dosa-dosanya. Orang berdosa bukan hanya harus “berpaling dari” tetapi juga “berpaling kepada.” Kita berpaling dari dosa dan berpaling kepada Allah. Dengan demikian kita memasuki hubungan yang positif dengan Allah. Seperti yang terdapat dalam Ibrani 11:6 “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada , dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.” Semua hubungan kita dengan Allah tertambat dalam iman.[15]

Iman dalam pertobatan dapat dilihat pada tiga tingkat. Pertama-tama, ada tingkat intelektual. Iman dibangun berdasarkan informasi. Kita tidak diminta untuk percaya sesuatu yang tidak ada. Iman timbul dari apa yang kita dengar tentang Allah kita yang hebat (Rm. 10:17). Kita perlu mengetahui fakta-fakta pokok dari Injil sebeleum dapat diharapkan bahwa kita benar-benar mempercayainya. Selain itu, ada unsur emosional dalam iman yang menyelamatkan. Penjelasan Yesus tentang perumpamaan seorang penabur (Mat. 13:20-21) secara hidup menggambarkan tingkat iman ini. Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu dan segera tumbuh, tetapi layu karena terik matahari. Demikianlah, ada banyak orang yang tampaknya menyesali dosa (tingkat pertobatan emosional) dan gembira karena pengalaman keagamaan mereka, tetapi tampaknya mereka tidak ditegakkan dengan kokoh pada dasar yang benar. Ketika terjadi kesengsaraan, kesukaran, atau penganiayaan, pengalaman-pengalaman dangkal seperti itu dengan mudah terbawa hanyut. Banyak orang mundur dari Tuhan dan tidak pernah berkembang melampaui tingkat emosional dari iman yang menyelamatkan.[16]

Tingkat kedua yang bisa menjangkau inti kepribadian seseorang yaitu pusat kehendak. Iman yang berkenaan dengan dengan kehendak melampaui persetujuan intelektual saja, melampaui perasaan bahwa dirinya orang yang beragama, sampai ia membuat komitmen yang tegas yang menggerakan dirinya kepada kasih karunia Allah. Ada penyerahan kehendak secara menyeluruh kepada Yesus Kristus. Kata yang digunakan dalam bahasa Ibrani dan Yuanani untuk “percaya” menyampaikan gagasan kepatuhan mutlak, penyerahan kehendak secara menyeluruh, dan ketaatan setia dan terus-menerus. Tidak ada iman yang terlepas dari ketaatan, komitemen secara keseluruhan kepadaNya.

N. Hubungan Pertobatan dengan Panggilan yang Efektif[17]

Pertobatan merupakan akibat langsung dari panggilan dalam hati. Sebagai suatu akibat yang terjadi pada manusia, panggilan dalam hati dan permulaan pertobatan terjadi bersama-sama. Keadaannya bukan bahwa Tuhan memanggil orang berdosa dan kemudian orang berdosa itu dengan kekuatannya sendiri berbalik kepada Tuhan. Dalam panggilan internal inilah manusia menjadi sadar akan kenyataan bahwa Tuhan sedang mengerjakan pertobatan dalam dirinya. Manusia yang benar-benar bertobat akan merasakan bahwa semua pekerjaan ini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh Tuhan. Hal ini membedakannya dari manusia yang mengarahkan diri pada pertumbuhan moral secara lahiriah. Pertobatan yang benar memungkinkan kita untuk dipakai Allah lebih efektif lagi khsusunya dalam melayani Tuhan. Dengan menyadari bahwa hidup kita sudah dibenarkan, dosa-dosa kita sudah dihapuskan, maka kita tidak akan terintimidasi oleh dosa untuk hidup sesuai kehendak Tuhan. Terlebih sebagai seorang pelayan Tuhan, kita bertanggung jawab terhadap kehidupan orang banyak, melalui tindakan yang kita lakukan.

O. Hubungan Pertobatan dengan Keselamatan

Keselamatan bukanlah sesuatu yang terjadi atas serangkaian upacara atau peraturan keagamaan yang rumit. Keselamatan justru terjadi dengan seketika dalam hidup orang yang sungguh-sungguh mencari Allah pada saat ia benar-benar percaya. Seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 2:38 “Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.” Jelas dari teks ini bahwa hal pertama yang dilakukan untuk mengalami kesalamatan adalah bertobat. Dengan bertobat pikiran kita diubahkan menuju apa yang Tuhan mau. Lebih lagi dalam Kisah Para Rasul 3:19-20 dikatakan “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan, agar Tuhan mendatangkan waktu kelegaan , dan mengutus Yesus, yang dari semula diuntukkan bagimu sebagai Kristus.” Selain pikiran kita diubahkan, dosa-dosa kita juga dihapuskan oleh Tuhan Yesus. Hubungan Pertobatan dengan keselamatan ini juga dapat dilihat dari referensi berikut: Kisah Para Rasul 2:38, 3:19; 11:18; 17:30; 20:21; 26:20).

P. Hubungan Pertobatan dengan Adopsi[18]

Adopsi atau pengangkataan anak adalah istilah lain yang berhubungan dengan pengadilan, sama dengan pembenaran. Secara harfiah kata “adopsi” berarti menempatkan sebagai seorang anak laki-laki.”Adopsi adalah penyataan yang mengagumkan bahwa kita sepenuhnya diterima dan bahkan diangkat menjadi “anak” yang berhak memperoleh semua hak istimewa sebagai anak Allah. Ayat yang mengajarkan kebenaran ini adalah Galatia 4:1-5 “Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikitpun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya. Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia. Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.” Dalam Ayat ini terlihat jelas bahwa Paulus dengan tegas menyatakan posisi yang tersedia bagi anak-anak Tuhan yang melalui pengorbanan Yesus Kristus. Paulus memberi tahu bahwa dalam pikiran Allah, adopsi telah disediakan bagi orang-orang yang percaya sejak semula (Ef. 1:5). Tahapan pertama untuk mendapatkan status ini tentu saja menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat (Gal. 3:26).

Adopsi juga merupakan karya Roh Kudus, karena Ia bekerja di dalam orang-orang percaya seperti roh “adopsi” yang dimiliki oleh orang yang telah menjadi anak-anak Allah, ahli waris Allah dan ahli waris bersama degnan Kristus (bnd. Rm. 8:15). Hal ini tentunya berlawan dengan roh perbudakan yang disebutkan dalam teks ini. Apa yang kita terima sekarang sebagai anak-anak Allah, akan sempurna ketika Yesus kembali dan pada akhirnya mengubahkan kita. Kita menerima segala sesuatu yang termasuk dalam keselamatan dan adopsi; kita akan diberikan tubuh baru yagn tidak akan binasa dan yang abadi, tidak lagi mengalami kerusakan, kesakitan, atau kematian. Pada saat itu kita akan menerima warisan penuh penuh (Bnd. Rm. 8:23; I Kor. 15:42-44, 52-54). Bagaimanapun juga, warisan ini hanya bisa kita terima, ketika hidup kita sebagai anak Allah yang mau diperbaharui setiap waktu. Oleh karena itu, pertobatan merupakan kunci utama untuk mendapatkan status ini.

Q. Buah-buah Pertobatan

Dalam kitab Lukas 3:8 “Jadi hasilkanlah buah-buah yang sesuai dengan pertobatan . Dan janganlah berpikir dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!” Jelas dalam ayat ini bahwa pertobatan kita harus disertai dengan buah, bukan sekedar penyesalan. Kepada orang Yahudi yang menganggap diri sebagai keturunan Abraham, Lukas dengan tegas mengatakan bahwa mereka akan diselamatkan bukan karena mereka adalah keturunan Abraham. Buah pertobatanlah yang akan membuktikan bahwa mereka sebagai keturunan bapak orang beriman itu. Jika mereka mengaku memiliki iman seperti Abraham, maka seharusnya mereka bertindak sesuai dengan tindakan Abraham yang berdasarkan iman itu. Salah satu wujud iman Abraham ialah rela mempersembahkan Ishak, putra tunggalnya. Sikap yang berpusat pada kehendak Allah dan bukan berpusat pada diri sendiri ini, merupakan tanda atau bukti atau buah dari pertobatan sejati.[19]

Buah-buah pertobatan adalah perubahan karakter dari manusia lama yang penuh dengan dosa menjadi manusia baru yang semakin hari semakin disempurnakan menjadi serupa dengan Kristus, memiliki karakter kerajaan Allah.[20] Rasul Paulus menggambarkan sifat-sifat kehidupan yang harusnya dimiliki sesudah mengalami pertobatan, yakni: Kasih, Sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Gal. 5:22). Hal ini yang juga Tuhan minta dari setiap kita untuk menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan pernah berpikir Allah baik, penuh pengampunan dan anugerah-Nya berlimpah-limpah sehingga kita lupa atau tidak berbuah.

R. Pertobatan dalam Kehidupan Sehari-hari[21]

Mengerjakan pertobatan di dalam kehidupan sehari-hari sebagai orang yang sudah percaya kepada Tuhan adalah sesuatu yang sangat penting. Karena jika tidak ada pertobatan maka sangat sulit bagi orang percaya untuk menghasilkan buah Roh sebab dosa, akan begitu merintangi atau membebani perjalanan keselamatan seseorang. Rasul Paulus memberikan nasehat, "Karena kita mempunyai banyak saksi, bagaikan awan yang mengelilingi. Jadi marilah menanggalkan semua beban dan dosa yang begitu merintangi hidup ini, dan berlomba dengan tekun dalam perlombaan yang diwajibkan" (Ibr 12:1). Jika seseorang tidak menanggalkan beban dosa maka itu akan memberatkan perlombaannya. Dengan adanya pertobatan, itu akan meringankan perlombaannya sebagai orang percaya. Pada akhirnya, pertobatan itu tidak pernah ada akhirnya, seseorang melakukan kesalahan, dan dia melakukan pertobatan tidak hanya berhenti disitu. Pertobatan inilah proses mengerjakan keselamatan oleh anugerah Allah melalui iman. Jadi anugrah yang Tuhan berikan kepada semua orang, tapi pada kenyataannya, tidak semua orang meresponi anugrah yang diberikan oleh Allah. Pertobatan yang dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari adalah Pertobatan untuk terus mematikan daging dan segala keinginannya. Sehingga kita dipimpin dalam iman kita untuk menghasilkan buah-buah pertobatan dalam kehidupan kita.

S. Cara bertobat yang benar[22]

1. Pahami makna pertobatan yang sesungguhnya

2. Akui dosa yang sudah diperbuat (1 Yoh. 1:9). Setelah memahami makna pertobatan yang sesungguhnya, yang selanjutnya kita lakukan adalah datang kepada Tuhan mengakui dosa-dosa yang sudah diperbuat tersebut dan dengan ini maka kita akan dibenarkan. Sesali dosa di hadapan Tuhan

3. Singkirkan rasa marah. Singkirkan juga perasaan sakit hati, marah, dendam dan segala perasaan buruk yang ada di dalam hati akibat dari perbuatan orang yang tidak kita senangi atau musuh-musuh kita. Sebab hanya dengan jalan mengampuni kesalahan sesama terhadap kita, maka dosa-dosa yang sudah kita perbuat juga akan diampuni oleh Allah Bapa di surga. Sebab jika kamu mengampuni kesalahan orang lain, maka Bapamu yang ada di surga juga akan mengampuni kesalahanmu

4. Tinggalkan cara hidup yang lama: Dalam pertobatan, hal yang harus dilakukan adalah meninggalkan cara hidup lama yang penuh dengan dosa tersebut dan kembali pada Tuhan sambil terus menjalani kehidupan baik yang baru.

5. Ubah perilaku: Saat bertobat, maka hal penting yang harus dilakukan adalah mengubah segala perilaku tidak baik yang sudah kita lakukan. Hal ini memang terasa sulit untuk dilakukan namun sangat harus dan wajib serta bisa kita lakukan jika anda bersungguh-sungguh melakukan pertobatan dan minta pimpinan dari Roh Kudus.
Meminta maaf kepada orang tertentu yang mungkin pernah kita sakiti: Bertobat juga berarti memperbaiki segala masalah yang dihasilkan dari kesalahan serta perbuatan dosa tersebut. Kita tidak hanya harus meminta maaf, namun juga harus menerima konsekuensi yang harus kita terima dari perbuatan dosa. Apabila dosa yang dilakukan adalah berbohong, maka anda harus mengatakan tentang kebenaran dan mengakui kebohongan yang sudah anda lakukan pada orang yang bersangkutan.

7. Ambil pelajaran dari dosa: Semua perbuatan tidak baik tentu ada hal yang bisa kita pelajari dan memiliki sebuah makna sehingga untuk kedepannya bisa kita perbaiki dan menghindari perbuatan tidak baik tersebut. Buatlah kesalahan tersebut jadi bermakna sehingga akan membantu anda agar terhindar dari dosa lainnya.

8. Hiduplah untuk menyenangkan hati Tuhan: Bertobat juga bisa dilakukan dengan memulai hidup di jalan yang bisa menyenangkan hati Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya. Bertobat tidak hanya mengartikan kita mengakui kesalahan yang sudah diperbuat, namun juga memulai hidup baru yang bisa menyenangkan Tuhan.

9. Bergabung ke komunitas Gereja, atau persekutuan Gereja: Cara bertobat juga bisa dilakukan dengan menjaga diri anda agar tidak kembali berbuat dosa. Hal ini bisa didapatkan dengan bergabung dan berperan aktif dalam komunitas gereja. Lakukan pelayanan dengan rutin dan bicara dengan para jemaat tentang jalan kebenaran yang sudah Tuhan berikan.

10. Membaca Alkitab: Mulailah untuk membaca ayat suci di dalam Alkitab sehingga bisa memperoleh cahaya penerangan dan juga jalan terbaik yang sudah Tuhan berikan. Dengan rajin membaca Alkitab, maka ini bisa menjadi pengingat sekaligus penguat agar tidak jatuh kembali ke dalam dosa dan melakukan pertobatan itu dengan sungguh-sungguh dengan cara memperdalam dan meresapi ayat-ayat di dalam Alkitab.

11. Berdoa: Bertobat juga tidak bisa lepas dari doa dan cara berdoa yang benar juga harus diterapkan dengan sangat baik. Memperbanyak doa sangat diperlukan dalam pertobatan sebagai salah satu bukti jika kita sebagai manusia yang berdosa mau melakukan pertobatan dan lebih sering dan mendalami apa yang sudah Tuhan Yesus perintahkan untuk kita jalani.

12. Ubah lingkungan: Apabila perbuatan dosa dan kesalahan yang dilakukan berasal dari lingkungan, maka rubahlah lingkungan serta orang yang membuat anda terjerumus dalam dosa tersebut supaya bisa menjadi lebih baik, sebab ini juga merupakan cara orang Kristen dalam melakukan pertobatan, yakni membantu sesama yang juga jatuh dalam dosa seperti kita. Tuhan mengajarkan kita supaya kita bisa mendapatkan keselamatan kekal seperti yang sudah Tuhan janjikan pada kita yakni dengan segera berbalik dan melakukan pertobatan selama Tuhan juga masih memberikan kita kesempatan yang besar untuk kembali menjadi anak-anakNya yang selalu taat pada segala yang Ia perintahkan sekaligus melaksanakannya.




[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia online, s.v “tobat” dikembangkan oleh Ebta Setiawan dikutip dari https://kbbi.web.id/tobat.


[2] Sabda, “Apakah Pertobatan Itu?” [artikel on-line]; dikutip dari https://alkitab.sabda.org/article.php?no=978&type=12 ; Internet; diakses pada 22 Februari 2021.


[3] Malcolm Browniee, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: Gunung Mulia, 2004), 26.


[4] William W Menzies dan Stanley M Horton, Doktrin Alkitab, (Malang: Gandum Mas, 2003), 103.


[5] Louis Berkhof, Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, Volume 4, diterjemahkan oleh Yudha Thianto, (Surabaya: Momentum, 2008), 156-158.


[6] Henry C Thiessem, Teologi Sistematika, (Malang; Gandum Mas, 2000), 410.


[7] Raphael Z, “ 5 Alasan Kamu Perlu Bertobat Lagi dan Lagi,” [artikel on-line]; dikutip dari https://www.warungsatekamu.org/2017/06/5-alasan-kamu-perlu-bertobat-lagi-dan-lagi/; Internet; diakses pada 02 Februari 2021.


[8] Berkhof, 150-154.


[9] Ibid, 159-162.


[10] Brainly, “Sebutkan unsur-unsur pertobatan,” [artikel on-line]; dikutip dari https://brainly.co.id/tugas/2122004; Internet; diakses pada 09 Februari 2021.


[11] Berkhof, 163-164.


[12] Thiessen, 412.


[13] Berkhof, 172-173.


[14] Berkhof, 103.


[15] Mensiez, 104.


[16] Berkhof, 176.


[17] Ibid,175-176.


[18] Mensiez, 107.


[19] Oloan Manurung, “Lukas 3:8 Buah dari Pertobatan,” [artikel-online]; http://manurungnairasaon.blogspot.com/2017/12/lukas-3-8-buah-dari-pertobatan.html; Internet; diakses pada 05 Februari 2021.


[20] Hop Chuch, “Hasilkan buah Pertobatan,” [artikel on-line]; dikutip dari https://hop.church/daily-hope/hasilkan-buah-pertobatan/; Internet; diakses pada 05 Februari 2021.


[21] Foriaman Zega dan Hendi, “Konsep Pertobatan Menurut 2 Korintus 7:8-11,” Jurnal Teologi Cultivation 4, no.1 (Juli 2020): 36.


[22] TuhanYesus.org, “12 Cara Bertobat Orang Kristen Protestan Sejati yang Benar,” [artikel on-line]; dikutip dari https://tuhanyesus.org/cara-bertobat-orang-kristen ; Internet; diakses pada 22 Februari 2021.

No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.