Khotbah: Eksposisi Kitab Rut 1:1-5
Dalam bagian Rut 1:1-5, narrator menuliskan ceritanya dengan sangat jelas dan sistematis. Meskipun tergolong singkat, Namun ke 5 ayat dalam bagian pendahuluan ini menjadi penting dan mendasar untuk mengerti kisah selanjutnya dalam kitab Rut sesuai dengan yang dimaksud oleh sang Narator. Dalam bagian ini saya memberikan 5 topik bagian dari setiap ayat yang ada yang tentunya sesuai juga dengan konteks masa kini, antara lain:
Khotbah: Eksposisi Kitab Rut 1:1-5
Ayat 1a. Penderitaan datang Menghampiri
Dalam bagian ini narrator memulai ceritanya dengan mengangkat pada satu masa ada kelaparan di tanah Israel. Kelaparan itu terjadi pada masa para hakim memerintah. Ini sebenarnya memberikan rujukan kepada kita bahwa apa yang terjadi pada masa para hakim adalah dosa yang begitu bejat dilakukan oleh bangsa itu (Hakim-hakim 21:25). Di zaman itu semua orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya. Dengan demikian narrator seperti memberi arahan bagi kita bahwa penyebab kelaparan itu berhubungan dengan perbuatan dosa yang dilakukan bangsa itu. Kita juga dingatkan oleh narrator bahwa akibat dosa dapat membawa kelaparan kepada manusia. Hal ini sama persis dengan kutuk yang diterima oleh Adam dan Hawa ketika berdosa di taman eden, dimana Allah mengutuk tanah sehingga harus bersusah payah dalam mencari rezeki (Kej.3:17). Oleh karena itulah, kita bisa melihat ide Narator bahwa dosa dapat mengakibatkan penderitaan. Hal ini sekaligus menjadi pengantar dari kitab ini, sehingga kita bisa melihat diakhir dari kitab ini narrator memunculkan ide mengenai kasih Allah yang menebus melalui kisah Boas menebus Rut. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kelaparan yang terjadi adalah konsekuensi langsung dari dosa bangsa itu. Hal ini tentu tidak dapat diprediksi oleh bangsa itu kapan terjadinya karena kita tahu bahwa Israel adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan melimpah susu dan madunya.Oleh itulah Kelaparan yang terjadi itu sangat berat dan bukan hanya terjadi di satu wilayah, melainkan di seluruh tanah Israel. Kelaparan ini dialami oleh semua orang yang ada di tanah Israel. Kelaparan ini menjadi satu penderitaan yang menyiksa dan menakutkan. Jika kita lihat dalam konteks masa kini,tentu semua kita tidak mau terjadi kelaparan. Namun jika melihat apa yang baru-baru saja terjadi secara khusus di kota Batam di pertengahan 2020 hingga 2021 ada begitu banyak orang menderita dan ketakutan karena keadaan Covid 19 yang membuat semua masyarakat harus tinggal di rumah. Hal ini membuat masyarakat tidak bisa bekerja, sehingga ekonomi terhenti dan mati. Ada ribuan keluarga yang akhirnya meninggalkan Batam dan kembali ke kampungnya. Kita melihat ada kelaparan yang dapat dikatakan besar di kota Batam akibat Covid 19. Dan kelaparan itu bukan saja hanya ada di Batam, tetapi hamper di seluruh Indonesia yang pada umumnya di kota kota besar yang kebanyakan masayarakatnya menggantungkan kehidupannya dari pekerjaan sebagai karyawan ataupun usaha kecil menengah. Semua hal ini terjadi diluar dari perkiraan setiap kita. Melalui hal ini kita belajar bahwa penderitaan itu bisa menghampiri kapan saja dan dimana saja.
Ayat 1b. Respon terhadap Penderitaan (Allah yang dilupakan).
Di dalam bagian ayat 1b, narrator memberi informasi bahwa ada satu orang yang meresponi kelaparan itu dengan pergi membawa istri dan kedua anaknya laki-laki meninggalkan Betlehem-Yehuda menuju daerah Moab dan menetap disana sebagai orang asing. Narator sedang mengarahkan pembaca ceritanya bahwa ada seseorang yang meresponi penderitaan dengan “kabur” meninggalkan apa yang disebut sebagai tanah perjanjian, apa yang disebut sebagai rumah roti. Orang yang pergi ini tidak hanya bermaksud sementara karena ia membawa isteri dan anak-anaknya. Hal ini berarti keyakinan tentang Allah yang menyediakan, Allah yang berjanji dan Allah yang menepati janjinya, telah sirna dari orang ini. Oleh karena itulah mungkin narrator sengaja tidak menuliskan tentang Allah di bagian ayat pertama ini. Mungkin Allah telah “dilupakan” di dalam kisah ini. Mengapa demikian, karena kepergian seseorang ini bertolak belakang dengan apa yang selama ini dialami oleh bangsa Israel, dimana Allah membawa mereka keluar dari Mesir dan masuk ke tanah perjanjian ini. Allah menyediakan makanan selama kurang lebih 40 tahun bangsa itu di padang gurun. Allah begitu banyak melakukan hal-hal yang spektakuler/mujizat2 yang luar biasa. Orang ini telah melupakan semuanya itu.
Dalam kehidupan masa kini, berapa banyak orang-orang yang kita lihat ketika mengalami masalah dan penderitaan mereka malah justru meninggalkan Tuhan. Ketika sakit tak kunjung sembuh, mereka malah hancur imannya. Ketika keluarga mereka tidak akur, mereka malah menjauh dari Tuhan. Saya mengenal banyak orang-orang seperti ini. Salah satu jemaat yang saya layani juga demikian. Dimasa semua baik-baik saja, dia sangat rajin bersaksi, rajin beribadah, dan rajin memberi. Namun ketika anak sulungnya yang perempuan mengalami perceraian dalam rumah tangganya, itu mengakibatkan jemaat ini tidak lagi dating beribadah, ia akhirnya menjauh dari Tuhan dan pergi meninggalkan Tuhan.
Melalui hal ini kita belajar bahwa meresponi penderitaan seharusnya bukanlah meninggalkan Tuhan tetapi melainkan mendekat kepadanya dan semakin dekat senantiasa kepadanya.
Ayat 2. Identitas tak sesuai Tindakan
Dalam bagian ini narrator memberikan informasi mengenai identitas orang tersebut yang diikuti dengan perginya mereka meninggalkan Betlehem-Yehuda menuju tanah Moab. Identitas ini menjadi penting karena identitas itu menjadi harapan, tindakan yang nyata. Oleh karena itulah narrator menyebut langsung nama dari orang itu ialah Elimelekh yang berarti “Allah adalah Raja” dan istrinya Naomi yang berarti “menyenangkan,kesukaan, keindahan.” Identitas/nama yang dimiliki oleh Elimelekh tidak sesuai dengan respon/tindakan yang dilakukannya untuk meninggalkan Betlehem-Yehuda dan pergi ke tanah Moab. Dari hal ini kita bisa mengira bahwa narrator sedang mengidentifikasikan Elimelekh yang berjalan tak sesuai dengan apa yang dimaksudkan baginya. Elimelekh telah mengambil keputusan yang salah dalam hal ini.
Ketika membaca kisah ini, saya teringat dengan seorang teman yang bernama “Sabar” dan tentunya kita berharap dia adalah orang yang sabar. Tetapi sejauh saya berteman denganya selama kuliah, justru saya dan teman lainnya yang harus banyak bersabar atas ulahnya yang terkadang usil dan menjengkelkan. Nah bagaimana dengan kita semua, bukankah identitas kita adalah orang percaya, orang Kristen, apakah identitas itu melekat dan terpancar dari kehidupan dan keputusan kita?
Ayat 3-5. Sudah Jatuh tertimpa Tangga
Dalam bagian ini Narator memberikan informasi bahwa Elimelehk akhirnya mati (ayat 3) sehinngga Naomi tinggal Bersama kedua anaknya. Ini adalah kesedihan yang mendalam bagi Naomi, harus kehilangan suaminya di tanah perantauan. Oleh itulah mungkin anak-anak Naomi Mahlon dan Kilyon menikah dan mengambil orang Moab menjadi isterinya, yaitu Orpa dan Rut (ayat4). Pernikahan kedua anak laki-laki Naomi ini mungkin bisa sedikit mengobati duka yang dialami oleh Naomi. Oleh itulah Narator menuliskan bahwa mereka masih tinggal di Moab kira-kira 10 tahun lamanya. Belum usai penderitaan yang dialami Naomi, karena kehilangan suaminya, dan kedua anaknya laki laki yang menikahi perempuan Moab belum juga memilki keturunan (artinya selama 10 tahun, Naomi belum juga memiliki cucu). Naomi kembali mengalami duka yang lebih dalam, yakni ia harus kehilangan kedua anaknya. Naomi kini tinggal sendiri di negeri orang. Naomi hidup sebatang kara. Penderitaan yang dialami oleh Naomi dating bertubi-tubi. Oleh itulah kita bisa mengatakan bahwa Naomi sudah jatuh tertimpa tangga lagi.
Penderitaan, masalah, pergumulan semuanya bisa datang secara bertubi-tubi menghampiri kita. Sama seperti yang dialami oleh Naomi, penderitaan yang cukup berat datang secara bergantian. Tetapi kisah Naomi tidak berhenti hanya sampai di masa penderitaan itu. Kisah Naomi terus berlanjut dan kita melihat sang Narator telah memiliki alur cerita dari kehidupan Naomi. Demikian juga halnya dengan kehidupan kita. Narator kehidupan kita telah memliki alur cerita dari seluruh kehidupan kita. Ada mungkin masa-masa yang berat akan kita alami seperti pengalaman Naomi, tetapi mari kita percaya kepada Narator itu,bahwa akan ada akhir yang indah dari cerita penderitaan itu.
i. Rut 1:6-14
Jika di dalam ayat 1-5, narrator lebih menekankan kepada Elimelehk dan segala keputusan yang diambilnya serta akibatnya. Di dalam ayat 6-14 ini, narrator beralih focus kepada Naomi, si janda malang yang telah ditinggal suami dan anak-anaknya. Di dalam ayat 6 bagian inilah narrator pertama sekali menyebut nama Tuhan, yakni Naomi mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan dan memberikan makanan kepoada mereka. Ini sebenarnya menjadi titik balik dari kehidupan Naomi.
Ayat 6 Timbulnya Harapan (Kembali Ke Betlehem)
Dalam bagian ini dijelaskan bahwa Naomi memutuskan untuk kembali ke Betlehem setelah semua penderitaan yang dialaminya (ayat 1-5). Keinginan untuk kembali ke Yerusalem ini dimiliki oleh Naomi setelah ia mendengar bahwa Tuhan telah memperhatikan umatNya dan memberikan makanan kepada mereka. Melalui hal ini kita melihat sikap yang diambil oleh Naomi sudah sangat tepat bahwa ia mendengar tentang Tuhan dan ia kembali. Mendengar akan perbuatan Tuhan inilah yang menimbulkan harapan bagi Naomi. Hal yang sama juga terjadi bagi kita, dimana ketika kita mendengar tentang perbuatan-perbuatan Tuhan baik melalui firmanNya maupun kesaksian-kesaksian, maka itu akan menimbulkan harapan. Harapan akan kuasa Tuhan, harapan akan pertolongan Tuhan, harapan akan pemulihan dari Tuhan. Harapan inilah yang kan membuat kita bertahan dalam penderitaan dan kembali terus mempercayai Tuhan. Saya secara pribadi dalam bersikap di tengah-tengah kesulitan dan penderitaan akan selalu memberika diri untuk mendengar Firman Tuhan dan perbuatan-perbuatannya serta berharap senantiasa kepada Tuhan.Ayat 7-14. Seleksi (Perjalanan Pulang)
Dalam bagian ini merupakan kisah dimana Naomi dalam perjalanan pulang ke Betlehem menasehatkan kepada menantunya Rut dan Orpa untuk kembali ke Moab negara asalnya karena dalam pemikiran Naomi, menantunya akan lebih mapan di Moab dibandingkan bersamanya di Betlehem. Hal ini disebabkan secara keturunan karena Naomi telah kehilangan suaminya, anak-anaknya. Oleh karena itu tidak mungkin lagi ada anak yang bisa menjadi suami bagi Rut dan Orpa. Selain itu, secara ekonomi juga Naomi sudah tidak punya apa apa, bahkan tidak punya lahan/tanah untuk ditanami. Jadi baik secara ekonomi maupun secara keturunan, Naomi sudah tidak bisa diharapkan lagi. Oleh karena itulah Naomi menyuruh kedua menantunya untuk meninggalkannya. Namun dari 2 menantunya Orpa dan Rut, akhirnya salah satu meninggalkan Naomi dan kembali ke Moab yaitu Orpa. Pertimbangan Lahiriah yaitu keturunan (suami) dan ekonomi menjadi landasan utama Orpa untuk meninggalkan Naomi. Orpa sama sekali tidak mengikutsertakan pertimbangan rohani (iman) dalam mengambil keputusan. Hal ini mungkin biasa saja terjadi karena memang Orpa adalah orang Moab yang tidak mengenal Allah Israel.Melalui hal ini saya belajar bahwa hal-hal lahiriah seperti ekonomi bisa saja menjadi alat seleksi dalam mengiring Tuhan. Oleh karena itu sekalipun dimasa sulit, maka pertimbangan iman harus tetap diikutsertakan dalam mengambil keputusan.