MAKNA PENUNGGANG KUDA HITAM (WAHYU 6:5-6)
Pendahuluan
Kitab wahyu adalah kitab yang ditulis oleh rasul Yohanes, yang diterima dari Yesus Kristus ( Wahyu 1:1). Kitab ini ditujukan kepada gereja- gereja dalam provinsi Asia kecil di Roma bagian Turki. Wahyu merupakan kitab yang sangat menarik dan kadang menakutkan karena berisi tentang penglihatan- penglihatan dan lambang- lambang yang harus dipelajari dengan teliti. Dalam kitab ini juga berisi tentang kehancuran bumi dan penghakiman serta akhir jaman. Oleh karena itu, kitab ini sering menjadi kitab yang menakutkan bagi orang Kristen pada masa kini. Hal ini terjadi karena kesalahan penafsiran. Salah satu penglihatan yang terkenal dan menonjol dari Wahyu adalah penglihatan tentang empat penunggang kuda yang terdapat dalam Wahyu 6:5-6.
Makna Penunggang Kuda Hitam (Wahyu 6:5-6)
Oleh sebab itu, makalah ini bertujuan untuk memberikan pengertian dan penafsiran tentang penunggang kuda yang terdapat dalam kitab Wahyu. Namun, Penulis tidak akan menjelaskan keseluruhan makna keempat penunggang kuda tersebut , tetapi penulis akan lebih memfokuskan kepada penafsiran dari salah satu empat penunggang kuda, yaitu makna penunggang kuda hitam.
Eksegesis kitab Wahyu
Penafsiran kitab wahyu harus didasarkan pada langkah-langkah Hermeneutika yang benar, sehingga tidak kehilangan arti nubuatan yang sebenarnya dari tujuan awal rasul Yohanes menulis Wahyu 6:5-6. Nubuatan dalam wahyu tersebut tidak terlepas dari Fort-Telling dan Fore Telling. Fort-Telling adalah suatu nubuatan tentang peristiwa yang akan terjadi di masa depan, tapi masa depan tersebut adalah masa depan yang akan terjadi dalam waktu dekat. Sedangkan Fore Telling adalah nubuatan yang sebenarnya merupakan bagian dari Fort-Telling, yang akan terjadi di masa depan yang jauh. Dari antara kedua sifat nubuatan tersebut, yang lebih dominan adalah Fort-Telling.
Gordon D. Fee mengatakan, hampir seluruh pasal dari kitab Wahyu terdapat sifat apokaliptiknya. Apokalitik adalah jenis sastra yang banyak menggunakan simbol-simbol dalam menyampaikan pesan kepada pembacanya. Gordon melanjutkan pernyataannya tersebut dengan mengatakan bahwa kebanyakan para teolog mengalami kesulitan dalam menafsirkan kitab Wahyu karena sifat apokaliptik memakai simbol-simbol. Namun itulah ciri khas yang unik dari kitab tersebut.
Kuda Hitam yang digunakan oleh rasul Yohanes merupakan simbol dari pesan yang ingin disampaikannya kepada jemaat yang hidup pada saat itu. Kemungkinan, penglihatan kuda hitam yang ada di dalam Wahyu tersebut, hampir sama dengan penglihatan tentang empat kereta kuda yang dilihat oleh nabi Zakharia dalam pasal 6:1-8. Salah satu dari empat kereta tersebut ditarik oleh kuda berwarna hitam, yang akhirnya diperintahkan pergi ke tanah utara.
Dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru , binatang “kuda” merupakan lambang perang dan kekuatan. Oleh sebab itu, jika satu bangsa yang memiliki banyak kuda dalam kemiliteran, adalah bangsa yang kuat dan sangat ditakuti pada saat itu. Salah satu yang memiliki banyak kuda pada saat itu adalah Bangsa Mesir (Yesaya 31:1). Sedangkan kata “hitam” dalam bahasa Yunani memakai kata “melas” yang artinya hitam atau tinta. Kata ini sering dipakai oleh orang Yunani untuk menyatakan kegelapan, keadaan yang mengancam, kesedihan, kesulitan, keadaan yang mengerikan, dan ketidakberuntungan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kuda Hitam menggambarkan suatu kesulitan yang kuat dan yang sangat menakutkan dimana ada kesedihan dan ketidaberuntungan.
Dari pengertian diatas mengenai Kuda Hitam, jika melihat pada konteks dekat dalam teks tersebut (ayat 6), untuk memenuhi kebutuhan ekonomi maka orang Yahudi memiliki mata pencaharian sebagai petani. Dinar merupakan mata uang Romawi, dan satu dinar setara dengan upah satu hari kerja untuk buruh tani. Sementara secupak merupakan satuan ukuran untuk benda kering, sama dengan satu liter. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kuda hitam merupakan gambaran dari kelaparan yang sangat menakutkan dimana upah seorang yang bekerja hanya bisa mencukupi kebutuhan untuk sekali makan dalam sehari.
Pendapat para Tokoh
Ada banyak pendapat dari tokoh mengenai penunggang Kuda Hitam dalam Wahyu 6:5-6.
J.J. de Heer menafsirkan kuda hitam sebagai masa kelaparan. Dalam penjabarannya ia menjelaskan bahwa warna hitam digambarkan sebagai lambang kecelakaan, dan timbangan yang ada pada penunggang kuda tersebut digambarkan sebagai timbangan yang digunakan untuk menimbang makanan. Heer menyatakan bahwa penunggang kuda hitam itu diizinkan untuk menggagalkan panen gandum, tetapi tidak diijinkan untuk merusak panen buah zaitun dan anggur dengan tujuan agar perjamuan Kudus Jemaat kristen tidak terhalang.
William Barclay juga memiliki pendapat yang hampir sama tentang penunggang kuda hitam. Ia menyatakan bahwa Kuda Hitam dan Penunggangnya mewakili kelaparan yang dahsyat, yang walaupun menimbulkan kesulitan tetapi tidak mematikan. Barclay mendasarkan penafsirannya pada Imamat 26:26 “ mereka akan mengembalikan rotimu menurut timbangan tertentu” yang merupakan ancaman Allah kepada Yehezkiel ( Yeh 4:16), Ia menyimpulkan bahwa kelaparan yang dahsyat merupakan situasi dimana upah seorang pekerja cukup untuk membeli gandum untuk dirinya sendiri.
Simon J. Kistemaker menafsirkan Penunggang kuda hitam yang terdapat dalam Wahyu 6:5-6 melukiskan kelaparan yang mengakibatkan kemiskinan bahkan kematian, seperti diilustrasikan oleh timbangan untuk mengukur berat makanan dan tingginya harga gandum dan jelai. Dan pesan dari penunggang kuda hitam tersebut datang kepada orang-orang Kristen yang tinggal di Smirna, Pergamus, Tiatira, dan Filadelfia agar mereka masuk ke dalam serikat pekerja yang menuntut mereka menyembah berhala. Jika mereka menolak dan bersumpah setia kepada Kristus, maka mereka tidak akan beroleh pekerjaan dan menderita kelaparan.
Kesimpulan
Melalui penelitian di atas, maka diketahui bahwa makna Penunggang Kuda Hitam dalam Wahyu 6:5-6 berbicara mengenai suatu peristiwa yang akan digenapi pada masa itu, atau bahwa nubuatan ini bersifat Fort-Telling. Apa yang dituliskan Rasul Yohanes tersebut telah digenapi pada masa pemerintahan Kaisar Domitianus di mana ia telah menyebabkan orang-orang percaya menderita kelaparan dan kematian sebab mereka tidak mematuhi perintahnya. Rasul Yohanes menuliskan nubuatan ini bukan untuk menyatakan suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, tetapi suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa itu.
Namun ayat-ayat ini juga berbicara bagi orang-orang percaya masa kini bahwa penderitaan akan terus terjadi di dalam kehidupan mereka sebelum Yesus datang kembali. Perlu diingat bahwa Yesus tidak menjanjikan kehidupan orang percaya akan bebas dari penderitaan, tetapi Ia berfirman bahwa Ia sekali-kali tidak akan meninggalkan umat-Nya. Jadi, dalam keadaan apapun hendaklah setiap orang percaya tetap kuat sebab Allah setia dan apa yang difirmankan-Nya pasti akan digenapi. Sekalipun tantangan zaman akan semakin sulit, kiranya iman setiap orang percaya semakin bertumbuh hingga Kristus datang dan mengubahkan segala sesuatu menjadi baru. Amin.
Ayat Alkitab Wahyu 6:5-6
6:5 Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya.
6:6 Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu."
Daftar Pustaka
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari :Kitab Wahyu Kepada Yohanes pasal 6-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007.
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab A Dictionary Of The Bible. Jakarta: BPK Gunung Mulia,2007.
Douglas, J. D. The New Bible Dictionary. London: University and Colleges Press,1975.
Fee, Gordon D. Hermeneutika. Malang: Gandum Mas, 2006.
Heer, J. J de. Wahyu Yohanes. Jakarta: Bpk Gunung Mulia, 2008.
Kistemaker,Simon J. Tafsiran Kitab Wahyu. Surabaya: Momentum, 2011.
Mcelrath, W. N. dan Billy Mathias. Ensiklopedia Alkitab Praktis. Bandung: Lembaga Literatur Baptis, 2003.
Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison. The Wycliffe Bible Commentary. Malang: Gandum Mas, 2008.
Scheunemann, D. Berita Kitab Wahyu. Malang: Gandum Mas, 1997.
Sutanto, Hasan. Perjanjian Baru Interlinear Yunani – Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK) Jilid II. Jakarta: LAI,2003.
Tks atas penjelasannya kenapa saya bertanya dan mencari arti itu tentu karena saya 2 bulan yg lalu dikasih lihat dalam saat saya berdoa kuda hitam turun dengan penunggangnya dan belasan tahun yang lalu saya pun diperlihatkan kuda merah turun dr langit kalau mendengar penjelasan diatas bahwa bukan nubuatan untuk masa akan datang tapi zaman dulu tapi Tuhan kasih lihat saya waktu kini apakah itu tidak berlaku masa kini krn seminggu setelah saya diperlihatkan Pemerintah mengumumkan akan terjadi masa sulit dan bahaya kelaparan Pak Jokowi yg berbicara jadi saya ingat dan buka alkitab cari2 maksudnya apa kuda hitam dengan timbangan
ReplyDelete