Pelayanan Anak
Apa itu pelayanan anak?
1.
Definisi Pelayanan.
Kata pelayanan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berbicara
mengenai cara seseorang dalam membantu, menyiapkan (mengurus) sesuatu yang diperlukan
oleh seseorang. Beberapa tokoh
juga mendefiniskan pelayanan seperti berikut:
a. Philip
Kotler, yang merupakan
seorang penulis pemasaran, konsultan, dan profesor Amerika, menyatakan bahwa pelayanan adalah seseorang yang memberikan tindakan
ataupun kinerjanya terhadap seseorang yang memerlukannya.
b. Moenir, dalam bukunya yang berjudul menajemen pelayanan umum
mendefinisikan pelayanan adalah sebuah proses pemenuhan kebutuhan melalui
aktifitas orang lain secara langsung.
c. Kemudian
dalam sudut pandang perekonomian Mahmoedin mendefinisikan pelayanan sebagai
suatu tindakan secara kasat mata yang terjadi karena adanya interaksi antara
karyawan dengan konsumen.
Melalui penjelasan di atas maka kata
pelayanan dapat
diartikan sebagai seseorang yang membantu, menyiapkan kebutuhan seseorang
melalui aktifitas dan jasa.
Pengertian Pelayanan Anak
Sebagai orang percaya, kata pelayanan tidaklah
asing. Dikarenakan setiap orang percaya
memiliki tugas mulia untuk melayani Raja di atas segala raja, yaitu Yesus
Kristus. Adapun pelayanan yang dimaksud ialah dengan memberitakan kabar baik
(Mat 28:18-20). Dalam Perjanjian Lama, pelayanan identik dengan hal-hal yang
dilakukan oleh imam yang ada di bait suci. Dimana imam dalam Perjanjian Lama
dikenal sebagai seorang wakil manusia dalam urusan-urusan
mengenai Allah. Yang awalnya imamat hanya diberikan tugas membantu Musa (Kel
24: 5), dan kemudian pekerjaan dari imamat ini diserahkan kepada suku
Lewi. Sehingga imam memiliki tugas yang
penting bagi orang Israel, karena peranannya dalam mempersembahkan korban
persembahan dari manusia, melakukan doa syafaat, hingga memberikan berkat. Hal ini membuktikan bahwa dalam Perjanjian
Lama, Pelayanan juga mencakup sebuah usaha seseorang untuk membantu dan
menolong orang lain dengan menggunakan jasa atau tindakannya.
Sedangkan
dalam Perjanjian Baru, kata Pelayanan lebih merujuk kepada seseorang yang
melakukan pelayanan yaitu pelayan Tuhan.
Kata pelayan dalam bahasa asli Perjanjian Baru, memiliki beberapa makna
kata yaitu doulos, diakonos, dan leitourgous. kata doulos
lebih merujuk kepada sifat yang dimiliki oleh Yesus Kristus sendiri yang datang
kedunia dan menempatkan dirinya sebagai doulos
yang berarti seorang budak atau hamba.
Hal ini dikarenakan tindakan Yesus yang Ia tunjukkan dengan mencuci kaki
murid-muridNya. Ia melakukan hal itu
untuk menunjukkan bahwa itulah tugas dan tanggungjawabNya datang kedunia untuk
melayani, untuk melakukan pelayanan Bapa-Nya.
Bukan datang dengan mengejar kekuasaan ataupun kemuliaan.
Kata diakanos
adalah pelayan Meja atau orang-orang yang dikhususkan oleh para rasul melalui doa
penumpangan untuk melayani meja (Kis. 6:1-6).
Diakanos biasanya diartikan
sebagai pelayan dari seorang tuan.
Selanjutnya kata litergous memiliki
arti pelayanan atau orang-orang yang melayani didepan publik, lembaga
masyarakat, politik dan melakukan sebuah tugas untuk masyarakat. Melaui penjelasan kata pelayanan secara umum
maupun Alkitab, maka terlihat jelas bahwa setiap orang percaya adalah
hamba-hamba dan pelayan-pelayan dari Tuhan.
2. Definisi
Anak.
Pada
umumnya, anak memiliki pengertian sebagai keturunan dari hubungan antara pria
dan wanita. Anak juga lawan kata dari
orang tua ataupun orang dewasa, karena anak memiliki usia yang muda dan belum
mengalami masa pubertas. Anak juga
dianggap sebagai generasi muda penerus bangsa.
Adapun kelompok usia untuk anak-anak antara lain; 0-3 Bulan (bayi baru
lahir); 3-12 bulan (bayi); 1-5 tahun (balita); 6-13 tahun (anak-anak). Melalui
penjelasan yang ada maka dapat disimpulkan bahwa anak adalah generasi muda dari
hubungan pria dan wanita. Anak merupakan anugerah yang diberikan kepada orang
tua dan juga merupakan sebagai aset penerus bagi masa depan.
Setiap manusia tentunya memiliki
kebutuhan yang harus dipenuhi, begitupula bagi seorang anak. Kata kebutuhan sendiri berasal dari kata
“butuh” yang berarti perlu, penting, dan juga ketergantungan. Kebutuhan juga
dapat diartikan sebagai setiap hal yang diperlukan oleh manusia untuk bertahan
hidup. Kebutuhan anak merupakan suatu
hal yang perlu dipenuhi, karena akan berpengaruh pada perkembangan anak
tersebut, baik secara psikomotorik, kognitif, maupun sosial. Adapun Kebutuhan juga terbagi menjadi tiga
antara lain;
·
Kebutuhan primer ialah keperluan
yang sangat penting dalam kehidupan anak antara lain; kasih sayang, keamanan,
kenyamanan, rasa untuk dihargai, pendidikan, tempat tinggal, pakaian, makanan,
dan keluarga. Pada fase ini keluarga yang memiliki peran penting dalam memenuhi
kebutuhan primer demi perkembangan dan pertumbuhan anak. Karena pada dasarnya orang tua ataupun
keluarga memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan bersama anak.
·
Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan
yang diperlukan oleh setiap manusia yang tidak mengganggu kelangsungan hidup
manusia dalam jangka yang panjang.
Kebutuhan sekunder bukan hal utama tetapi kebutuhan sekunder menolong
dalam perkembangan motorik seorang anak.
·
Kebutuhan rohani adalah sebuah
kebutuhan batiniah dan harus dipenuhi. Karena jika kebutuhan ini tidak
dipenuhi, maka bukan hanya jiwa yang mengalami gangguan tetapu fisik juga. Kebutuhan rohani merupakan sebuah hubungan
yang dilakukan oleh manusia kepada sang pencipta ataupun kepada Tuhan.
Kebutuhan rohani pada anak harus dipenuhi karena Allah sangat memperdulikan
anak. Alkitab dengan jelas menuliskan
bagaimana kebutuhan rohani anak harus dipenuhi dengan pengajaran, dan didikan
agar anak dapat percaya kepada Allah.
Melalui
penjelasan di atas, maka pengertian daripada Pelayanan anak adalah seseorang
yang menolong dan memenuhi kebutuhan anak melalui jasa dan juga tindakan.
Mengenal Anak yang Dilayani.
Sekolah Minggu merupakan tempat
dimana pelayanan anak direalisasikan.
Dalam pelaksaannya Sekolah Minggu terbagi menjadi beberapa kelas sesuai
kelompok usia yang sudah ditetapkan pada umumnya. Hal ini agar mempermudah guru-guru sekolah
minggu untuk melihat perkembangan rohani dari setiap anak yang melewati
fase-fase perkembangan psikologis yang sama.
Adapun beberapa kelompok usia anak yang diperbolehkan untuk mengikuti
sekolah minggu, yaitu usia 3 tahun yang dikenal sebagai anak Batita, 4-5 tahun yang
disebut sebagai anak kecil, 6-8 tahun dengan sebutan anak tengah, dan 9-13
tahun yang disebut sebagai anak besar.
Setiap guru-guru sekolah minggu perlu mengenal terlebih dahulu anak-anak
yang dilayani. Hal utama yang harus dikenal oleh guru adalah perkembangan
daripada anak yang dilayani
itu sendiri, karena setiap anak mengalami perkembangan yang berbeda-beda menurut
kelompok usianya. Adapun perkembangan
yang pasti alami oleh setiap anak, sebagai berikut:
- Perkembangan kognitif : meliputi kemampuan belajar, berpikir,
mengingat, memahami, dan meyelesaikan masalah, atau suatu tindakan yang
dilakukan menggunakan otak.
- Perkembangan fisik/ motorik: bagaimana seorang anak bergerak dengan
menggunakan otot-otot mereka.
- Perkembangan sosial dan emosional: perkembangan sosial adalah
kemampuan seorang anak untuk menjalin hubungan terhadap orang-orang yang
ada di lingkungannya, baik keluarga, teman-teman, serta para guru.
Sedangkan perkembangan emosional adalah tahapan dimana seorang anak
mengekspresikan apa yang mereka rasakan saat itu, apakah itu sedih,
bahagia, dan marah (contoh: menangis kalau sedang sedih; tertawa ataupun
tersenyum ketika merasa bahagia).
Adapun beberapa perkembangan anak menurut kelompok
usianya yang harus dipahami oleh seorang pengajar ataupun pelayan anak, sebagai
berikut:
1.
Mengenal anak Batita
Anak
batita memiliki pengertian yaitu, “Bagi anak yang berumur tiga tahun”. Menurut pengamatan dari beberapa buku, anak
batita sudah memiliki kemampuan untuk dilepas dari orang tua untuk mengikuti
pelajaran dan ibadah Sekolah Minggu dalam waktu tertentu bersama dengan
teman-teman seusianya. Lalu
pertanyaannya adalah apakah anak dibawah umur tiga tahun tidak diperbolehkan
untuk pergi ke gereja? Tentu saja boleh, namun dalam perhatian orang tua ataupun
guru, namun hanya menangani satu orang anak saja. Hal ini dikarenakan anak yang berusia dua
tahun bergerak dengan mengikuti irama sendiri, dan juga banyaknya kebutuhan
jasmani yang harus diperhatikan. Hal jasmani yang dimaksud adalah buang air
kecil, buang air besar,
rindu pada ibu, mengantuk, perluminum dan lain sebagainya. Sehingga, anak yang berumur 2 tahun
seharusnya masuk ke dalam kelas khusus atau juga “play group,” dimana satu guru
hanya focus terhadap satu anak, dan akan memberitakan kebenaran Firman Tuhan
kepada anak itu saja melalui metode-metode yang sudah disiapkan.
Ada beberapa perkembangan yang harus diperhatikan oleh
seorang guru ataupun pelayan Anak, antara lain:
- Perkembangan kognitif:
Anak yang berusia tiga tahun sudah mulai memahami
konsep waktu, sehingga mereka memahami ketika seseorang sudah menggunakan
ucapan kata “sebentar, nanti, segera.” Pada fase ini anak yang berusia tiga
tahun juga sudah memiliki konsentrasi terhadap sesuatu walaupun mudah untuk terganggu.
Hal ini dapat dilihat ketika seorang anak sedang bermain dengan mainnanya, ia
akan focus hanya pada mainannya.
Perkembangan kognitif anak pada usia ini juga dapat dilihat bagaimana
seorang anak mampu menjawab ketika ditanya umur berapa mereka menggunakan
jari-jarinya.
- Perkembangan Fisik :
Perkembangan fisik pada anak berusia tiga tahun, dapat
dilihat dalam otot-otot besarnya terlebih dahulu. Yaitu kemampuan untuk
berjalan, berlari, melompat, bahkan berjinjit, walaupun dalam keadaan yang
masih perlahan atau belum sempurna.
Tetapi pada fase ini seorang anak akan merasa senang dengan melakukan
hal tersebut. Pada umumnya, pertumbuhan
fisik ataupun motorik dapat lebih bertumbuh secara pesat, namun pertumbuhannnya
akan terjadi secara progress.
Pada fase ini juga, anak batita akan mencapai tahap
dimana mampu untuk mengontrol keseimbangan tubuhnya. Hal ini dapat dilihat
ketika anak batita bermain bola, mereka mampu menggunakan gerakan seluruh
tubuhnya. Anak batita juga dapat
berjinjit dan berjingkat-jingkat, sehingga melalui aktifitas tersebut otot-otot
besar akan terus terlatih. Ketika anak batita juga sedang menaiki anak tangga,
mereka cenderung untuk berpegangan tangan orang dewasa atau kakak.
- Perkembangan sosial dan
emosional
Perkembangan sosial pada anak Batita sangat
terbatas. Anak batita akan cenderung
merasa aman dan terlindungi jika berada di dalam lingkungan keluarganya. Maka, lingkungan keluargalah yang menjadi
tempat latihan pertama bagi anak untuk belajar berkomunikasi, mengenal dunia, dan
bergaul bersama anggota keluarganya (ayah, ibu, kakak, kakek, nenenk). Perlu diketahui juga bahwa, pada fase ini anak
akan merasa paling dekat dengan ibunya, sehingga anak akan lebih memilik untuk
selalu bersama dengan ibunya, bermain atau mengerjakan sesuatu bahkan
berbelanja bersama dengan ibunya.
Anak batita sudah mulai bergaul dengan teman seusia
dengan dirinya, mereka juga sudah bisa masuk ke dalam kelompok belajar dan
mengikuti arahan yang diberikan oleh guru dalam kelompok belajar tersebut. Anak
batita juga mampu bermain dengan tenang dan aman, karena melalui bermainlah
seorang anak akan belajar melatih diri, mengembangkan keterampilan mereka, dan
melepaskan tegangan emosi yang belum mereka pahami. Jika anak-anak mampu
bermain dengan tenang dan aman, hal ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan
mereka ketika dewasa kelak begitu pula sebaliknya.
Namun, pada dasarnya anak kecil ataupun anak batita
akan memiliki sikap “ego sentris” yang merupakan sikap yang berfokus pada diri
sendiri. Karena dalam pandangan mereka,
hanya memikirkan diri mereka sendiri dan tidak memikirkan orang lain. Sehingga tidak heran jika anak batita pada
umumnya sering terdengar “aku mau ini,” “ini aku punya.” Namun, pada fase ini
anak batita dapat diajarkan untuk belajar memberi, dan memperhatikan
kepunyaannya. Hal ini mungkin akan
sedikit sulit, tetapi akan merubah sikap tersebut jika dilatih secara
menerus. Pada akhirnya, anak batita akan
mulai menunjukkan rasa kasih sayang terhadap anak lain dan terhadap orang
dewasa.
Anak pada usia 3 tahun, sudah mulai memahami dan
mengerti emosi yang ada didalam diri mereka. Salah satu contohnya ketika mereka
menemukan sesuatu hal yang sangat lucu ataupun membuat mereka merasa senang,
maka mereka akan menunjukkannya dengan histeris atau tertawa. Kemudian, jika
mereka merasa marah ataupun kesal karena di ganggu mereka akan berteriak
ataupun menangis.
d. Perkembangan rohani
Perkembangan rohani adalah fase
dimana anak batita dapat mengenal kepercayaan mereka. Maka orang tua ataupun guru sekolah minggu
dapat mengajar beberapa pokok-pokok Alkitab sebagai berikut:
ü Penciptaan alam semesta
ü Tuhan menciptakan manusia
ü Tuhan selalu dekat dengan saya
ü Tuhan mengasihi saya
ü Tuhan memberi orang tua kepada saya
ü Orang tua mengasihi dan memelihara saya
ü Tuhan ingin supaya saya mengasihi saudara saya
ü Tuhan memberi makanan dan minuman kepada saya
ü Saya dapat berbicara dengan Tuhan
ü Saya dapat mendengar Firman Tuhan
ü Gereja saya adalah Rumah Tuhan
Melalui pembahasan di atas maka
dapat disimpulkan bahwa, seorang anak batita akan berkembang jika berada
didalam lingkungan yang responsif terhadap kebutuhannya, ia dapat belajar
banyak dalam tahun ini dan maju pesat.
Pada anak batita juga merupakan sebuah dasar yang kuat untuk membangun
sebuah fondasi yang benar dan tepat sebelum mereka maju mengikuti kelas kecil,
tengah dan besar.
2.
Mengenal anak Kecil
Usia anak yang masuk ke dalam kriteria anak kecil
adalah mereka yang berumur 4-5 tahun.
Anak yang berumur 4 tahun akan jauh lebih aktif, giat dan ribut
dibandingkan dengan anak yang berumur 5 tahun. anak usia 5 tahun akan lebih
mudah untuk diajak bekerjasama dengan kawan-kawan sebayanya. Secara keseluruhan anak usia 4 tahun maupun 5
tahun memiliki perkembangan yang tidak jauh berbeda, antara lain sebagai
berikut:
a. Perkembangan fisik
Anak kecil akan lebih aktif, dengan memperlihatkan
koordinasi tubuh yang baik yang terus dilatih. Mereka akan lebih senang
bergerak seperti melompat, berlari, memanjat, dan naik sepeda. Mereka akan cenderung memperlihatkan diri
mereka bahwa mereka dapat melakukan segala sesuatunya sendiri. Bagi anak seusia mereka ketika berdiam diri
ataupun duduk akan terasa sangat melelahkan, berbeda dengan orang dewasa duduk
adalah merupakan sebuah kegiatan beristirahat.
b. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif seorang anak keci berusia 4-5
tahun, memiliki konsentrasi yang sangat terbatas. Pada anak kecil mereka juga
mulai belajar dengan menggunakan panca indera mereka. Selain itu, terdapat
perkembangan yang baru dalam kognitif mereka, yaitu kemampuan dalam
berimajinasi ataupun mengkhayal.
Contohnya: seorang anak menjadikan kalkulator menjadi sebuah telepon,
sehingga ia dapat seakan-akan sedang menelepon temannya ataupun kedua orang
tuanya.
Kemudian anak usia 4-5 tahun akan sangat mudah untuk
meniru seseorang. Biasanya mereka akan
menirukan gaya ataupun perilaku orang yang lebih dewasa dari dirinya (ayah,
ibu, kakak, dll). Salah satu contohnya
adalah ketika seorang anak perempuan melihat ibunya menggunakan lipstick
ataupun bedak, ia akan meniru hal yang sama dengan spidol yang sedang ia pegang
ataupun benda lain yang ia lihat disekitarnya.
Begitu pula pada anak laki-laki, ketika melihat ayahnya sedang
memperbaiki sesuatu menggunakan palu, mereka akan cenderung mengambil barang
yang mereka anggap bisa digunakan untuk melakukan hal yang sama seperti
ayahnya.
Anak kecil juga senang dalam mempelajari angka, mereka
sudah mampu untuk mengihitung dari satu sampai 30. Kemudian dalam pembendaharaan kata, mereka
juga sudah semakin lancar karena mereka sering bergaul dengan orang tua ataupun
kakak mereka. Pada umumnya anak usia empat tahun akan dapat menguasai kurang
lebih 1550 kata, sedangkan anak usia lima tahun akan lebih banyak sekitar 2200
kata. Hal ini dikarenakan mereka senang
mendengar dan berbicara dengan orang-orang yang ada di sekitar mereka.
c. Perkembangan sosial dan emosional
Anak kecil memiliki hubungan yang berbeda-beda dengan
setiap anggota keluarganya, hal ini didasarkan pada peranan dalam setiap
keluarga. Bagi seorang anak Ibu berperan
sebagai penghibur dan pelindung sejak lahir, sehingga membuat anak akan merasa
aman jika bersama dengan ibunya. Anak juga akan menganggap ayahnya sebagai
seseorang yang serba bisa dan serba pintar, mereka juga beranggapan bahwa ayah
menjadi seorang pelindung dari ancaman luar.
Tidak heran jika banyak anak yang selalu ingin membanggakan ayahnya
sebagai teladan dalam hidup mereka.
Hubungan persaudaraan antara anak kecil dengan kakaknya ataupun adiknya
juga berbeda, anak kecil menganggap bahwa bermain dengan kakak lebih
menyenangkan karena sikap penyayang kakak kepada anak kecil. Berbeda jika
bermain dengan adiknya, seorang anak kecil akan merasa tersaingi jika bermain
dengan adiknya. Contohnya ketika ibu
menaruh perhatian kepada adiknya ia akan merasa iri.
Pada umumnya perkembangan hubungan sosial anak berumur
4-5 tahun, mereka akan cenderung merasakan apakah orang dewasa yang bersama
dengannya sungguh mengerti dan mengasihinya.
Ini menunjukkan bahwa perkembangan seorang anak kecil bukanlah berdasarkan
akalnya tetapi berdasarkan perasaannya, maka seorang anak kecil akan merasa
sangat akrab kepada orang dewasa yang sungguh-sungguh mengerti dan memahami
dirinya. Anak usia 4-5 tahun juga sudah
bisa bermain dengan kawan sebayanya tanpa harus di awasi. Pada usia 4 tahun tentunya akan terjadi perkelahian
kecil antara anak yang sedang bermain, dapat terlihat bahwa masih ada sikap ego
sentris dalam diri mereka. Anak usia 4
tahun akan memilih bermain dengan teman yang sama dan menolak untuk menerima
teman yang baru, berbeda dengan usia 5 tahun kebutuhan akan teman dan
kesenangan berteman lebih besar. Usia 5
tahun dalam membangun hubungan akan terlihat mulai saling membutuhkan satu sama
lain.
Pada
dasarnya seorang anak usia 4-5 tahun akan sangat mudah untuk mengekspresikan
apa yang mereka rasakan. Mereka akan mudah tertawa, menangis secara
berlebihan. Emosi mereka akan cenderung
labil dan berubah-ubah. Perasaan positif yang sering dialami oleh anak kecil
adalah mereka akan bersukacita jika melakukan sesuatu hal yang baru. Contohnya
adalah ketika kereka berhasil menggambar sesuatu, atau membangun rumah-rumahan
dari pasir di pantai. Pada anak usia 4-5
tahun akan mengalami rasa saying jika orang tua memberikan perhatian dan kasih
saying yang merupakan sebuah kebutuhan anak.
d. Perkembangan rohani:
pada usia ini anak belum dapat menyelidiki sesuatu,
sehingga mereka akan mampu percaya kepada hal-hal yang diceritakan kepada
mereka. Guru dapat mulai bercerita
mengenai Allah sebagai pencipta mereka, guru mengajarkan bahwa mereka harus
belajar membedakan yang benar dan yang salah.
3. Mengenal
anak Tengah
Dikatakan anak tengah, karena mereka masuk ke dalam kelompok usia 6-8
tahun atau kelas 1-3 SD. Adapun beberapa
perkembangan yang terdapat dalam anak usia 6-8 tahun, sebagai berikut:
a.
Perkembangan fisik
Anak pada
usia ini perkembangan fisiknya mulai terlihat sangat jelas, karena mereka
sedang mengalami perkembangan fisik yang cukup pesat. Contohnya, seorang anak yang semula Nampak
sangat gemuk maka akan menjadi kurus, mereka yang memiliki muka terlihat bulat
berubah menjadi lonjong. Kemudian gigi
sulung tanggal dan terganti menjadi gigi yang tetap. Mereka juga bergerak sangat aktif. Adapun aktifitas yang pas pada anak usia ini
adalah menggambar, melukis, menggunting, menempel, menulis huruf yang bagus dan
kalimat-kalimat pendek. Karena otot-otot
kecil pada jari sudah mulai berkembang sehingga memungkinkan koordinasi otot
untuk melakukan pekerjaan tangan yang teliti.
b.
Perkembangan kognitif
Perkembangan
kognitif pada anak usia tengah ini tentunya sangat jauh berbeda dengan kelompok
anak batita ataupun anak kecil.
Dikarenakan usia 6-8 tahun adalah usia dimana mereka mau masuk ke
sekolah dasar ataupun sudah disekolah dasar.
Maka perkembangan kognitif pada anak usia tengah sudah mampu berhitung,
mampu mengikuti arahan guru di dalam kelas walaupun orang tua harus memastikan
mereka sudah melakukan tanggung jawab mereka dengan benar. Kemudian pada usia ini mereka sudah bisa
fokus dalam waktu yang lama.
c.
Perkembangan sosial dan emosional
Melihat
perkembangan emosi ataupun psikologis anak pada usia tengah ini, tentunya pada
usia ini mereka tidak memiliki perkembangan emosi yang sama. Hal ini dapat dibuktikan bahwa anak usia 6
tahun sudah mampu untuk memahami perasaan, baik perasaan mereka sendiri ataupun
orang-orang yang ada disekitarnya.
Kemudian pada fase ini juga anak usia 6 tahun sudah mulai memiliki
kesadaran untuk lebih mandiri, seperti dengan memilih pakaian sendiri, mandi
sendiri hinggu menyisir rambutnya sandiri.
berbeda dengan anak usia 7 tahun, meski dikatakan mereka sudah mulai
mandiri, namun mereka masih saja tidak bisa mengendalikan emosi mereka. Anak
usia 7 tahun akan cenderung mengekspresikan apa yang mereka rasakan perasaan
baik, marah, ataupun sedih. Secara psikologis pada usia ini anak belum bisa
untuk beradaptasi di tempat yang baru, dikarenakan anak masih merasa nyaman dan
aman melakukan aktifitas yang ada di lingkungan keluarganya. Berbeda denga perkembangan emosi anak usia 8
tahun, anak sudah bisa menutupi perasaan demi menjaga persaan orang lain.
Contohnya: ketika memakan makanan yang diberikan oleh temannya, ia akan
mengatakan enak walaupun rasa makanan tersebut tidak enak.
Kemudian jika
berbicara perkembangan sosial, anak usia 6-8 tahun mereka akan mengalami
perkembangan sosial yang berbeda-beda setiap usianya. Pada usia 6 tahun mereka sudah mulai senang
berbagai kepada teman-temannya, ntah itu berbagi makanan ataupun minuman dan
yang lainnya. Kemudian pada usia 7 tahun
perkembangan sosial yang dialami adalah anak sudah mulai menunjukkan rasa
pedulinya terhadap orang-orang yang ada di sekitarnya. Sedangkan usia 8 tahun,
anak akan memiliki teman dekat di sekolahnya ataupun di tempat lain.
d. Perkembangan rohani
Anak pada usia ini
memiliki semangat untuk pergi ke sekolah minggu, hal ini dapat dilihat
bagaimana seorang anak yang sudah memilih pakaiannya sendiri, bisa berangkat
sendiri tanpa harus ditemani oleh orang tua mereka dan lebih senang untuk
bergabung dengan teman sebayanya. Anak
pada usia ini juga mudah diatur, karena mereka mempunyai rasa hormat kepada
guru, selain haus akan cerita. Pada masa inilah guru-guru dapat menggunakan
kesempatan ini untuk persiapan dalam mengajar yang matang, pengajaran yang
menarik, juga melalui menciptakan suasana kasih dan tertib. Mereka sudah mulai bertumbuh dalam pengertian
akan kebesaran dan kasih Allah. Mereka juga sudah menerima pengajaran Alkitab
dengan penuh kepercayaan.
Kesimpulan
Anak
pada usia tengah termasuk usia anak yang mudah diatur, memiliki semangat, mereka
mulai memiliki tanggung jawab dan sikap ego sentris mereka mulai
berkurang. Sehingga mereka dapat
diumpamakan sebagai tanah liat yang siap dibentuk oleh firman Tuhan, dan
seperti batu karang yang kokoh memegang apa yang diterimanya.
4.
Mengenal anak Besar
Anak besar adalah anak yang berasal dalam kelompok
usia 9-11 tahun, yang duduk di kelas 4-6 SD.
a. Perkembangan fisik
Pada masa ini anak usia 9-11 tahun memiliki tubuh yang
kuat dan sehat. Mereka akan jarang sakit.
Mereka akan sangat aktif dan giat serta pemberani, sehingga tidak heran jika
jiwa eksplor mereka sangat tinggi. Bagi
mereka untuk bermain di dalam rumah merupakan sebuah tempat yang sempit, maka
mereka akan pergi keluar (seperti hutan, kebun, lapangan) untuk bermain
menyalurkan semua energi mereka. Hal ini
biasanya disebut dengan jiwa pengembara.
Kemudian, mereka juga sudh mulai terampil dalam mengurus diri mereka
sendiri seperti, memasak, berdandan, dan berpakaian.
b. Perkembangan kognitif
Anak usia ini sudah dapat berkonsentrasi dalam waktu
yang cukup lama dibandingkan kelompok usia yang lainnya, mereka sanggup duduk
untuk mendengar cerita dalam waktu 20-25 menit. Mereka tidak lagi tertarik
dalam khayalan, melainkan lebih tertarik kepada hal-hal yang lebih nyata, maka
pada usia mereka dapat di dorong untuk membaca buku. Anak-anak pada usia ini juga memperhatikan
apakah hidup seseorang sesuai dengan perkataannya atau tidak. mereka sendiri
ingin berbuat hal yang benar dan menuntut orang dewasa melakukan apa yang
mereka katakan.
c. Perkembangan sosial dan emosional
Pada umur ini anak jarang merasa takut, hal ini
dikarenakan adanya sifat pemberani mereka.
Mereka akan menguji keberanian mereka dengan membaca cerita yang
mengerikan atau dengan menunjukkan bahwa mereka tidak merasa takut. Tidak heran
jika ada anak-anak pada usia ini terlihat bermain dengan melompat dari tempat
yang tinggi. Anak besar juga akan terlihat kurang sabar, bila gagal melakukan
sesuatu ataupun tidak sabar dalam menunggu mereka akan langsung
mengekspresiakannya. Tetapi mereka juga
sudah mampu untuk mengontrol emosi negatif. Mereka juga jarang merasa iri hati kepada
teman-teman sebayanya atau orang-orang disekitarnya.
Hubungan
sosial anak juga mengalami perkembangan yang pesat, pergaulan mereka dengan
teman sebayanya mereka akan membentuk kelompok-kelompok dan merasa paling kuat
serta berani. Dalam kelompok mereka akan
memilih pemimpin dalam kelompok tersebu, dan mulai membuat peraturan-peraturan
yang berlaku pada kelompok tersebut. Tetapi anak usia ini lebih memilih untuk
tertutup kepada kedua orang tuanya, dalam hal ini orang tua harus mengerti dan
memberika kesempatan kepada mereka untuk mengambil keputusan sendiri. akan tetapi, orang tua haruslah tetap turun
tangan untuk mengwasi dalam hal pendisiplinan mereka. Tanpa harus melakukan kekerasan yang akhirnya
melukai anak-anak.
d.
Perkembangan Rohani.
Perkembangan rohani pada anak usia ini merupakan tahap
perkembangan yang dapat digunakan agar anak sekolah minggu sudah mulai masuk ke
dalam pelayanan. hal ini dikarenakan
anak besar akan sangat senang jika diperbolehkan untuk terlibat dalam pelayanan
ibadah. Guru-guru juga mampu untuk
membimbing anak-anak untuk membaca firman Tuhan secara teratur.
Kesimpulan
Melalui
penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa anak usia besar adalah seorang
anak yang mandiri dan aktif, serta memiliki konsentrasi dalam waktu yang cukup
lama. oleh sebab itu, tugas sebagai guru adalah mempersiapkan bahan dan
menyelidiki hukum yang di FT. serta
melakukan apa yang menjadi bagian kita.
Mengenal Trend Masa
Kini dan Tantangannya.
Setelah
melihat bagaimana perkembangan anak dari kelompok usia anak batita, anak kecil,
tengah sampai kepada anak besar, memperlihatkan bagaimana setiap anak mengalami
perkembangan yang cukup pesat seiring berjalannya waktu. Tetapi, bukan hanya anak yang berkembang
tanpa disadari saat ini dunia juga sedang mengalami perkembangan yang cukup
pesat dan drastis berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Adapun perkembangan yang dialami dunia pada
saat ini adalah perkembangan digital yang cukup pesat.
Generasi
anak pada saat ini disebut dengan generasi milenial ataupun generasi digital,
hal ini dikarenakan anak sudah bertumbuh di era teknologi yang terus berkembang
setiap waktunya. Terlebih dimasa pandemi
Covid-19 saat ini, yang mewajibkan setiap orang untuk menjaga jarak menghindari
yang namanya perkumpulan, agar mengurangi resiko penularan. Hal inilah yang mengakibatkan pada tahun 2020
secara tidak langsung semua orang dari segala golongan umur, harus beradaptasi
dan mengandalkan teknologi. Kenapa
demikian? Dikarenakan setiap kegiatan baik bekerja, sekolah, beribadah dan
lainnya dilakukan secara online.
Dengan
adanya perkembangan teknologi pada generasi saat ini ditambah dengan adanya pandemi
global, memaksa pemerintah bersikap secara tegas dan sigap untuk mengambil
tindakan dalam segala aspek kehidupan.
Salah satunya dalam hal beribadah yang dilakukan secara online.
Banyak kendala yang dihadapi oleh gereja-gereja yang ada, karena sistem
ibadah online merupakan sistem yang baru.
Adapun tantangan-tantangan yang dihadapi oleh pelayanan anak di masa
pandemi saat ini antara lain:
a.
Gereja masih dalam masa beradaptasi dengan ibadah secara virtual.
Ibadah online tentunya merupakan suatu hal yang baru
bagi gereja-gereja yang belum terbiasa dalam hal teknologi, terlebih
gereja-gereja yang berada di pedalaman yang tidak ada jangkauan jariangan.
Bahkan, awalnya ibadah online sering dianggap suatu ibadah yang aneh dikarekan
dilakukan secara online tanpa adanya jemaat yang hadir. Akan tetapi, melalui kondisi zaman saat ini
setiap gereja diharuskan melakukan seluruh rangkaian ibadah secara
virtual. Hal inilah yang mengakibatkan
beberapa gereja terkhusus gereja yang ada di pedalaman sulit untuk beradaptasi. Gembala sidang bahkan pengerja yang sama
sekali tidak mengerti teknologi membuat lambat untuk beradaptasi. Kemudian ada
beberapa gereja yang tidak menyentuh pelayanan anak di masa pandemi karena
terlalu fokus dalam pelayanan ibadah raya yang dilakukan secara virtual. Hal ini menunjukkan sebuah tantangan bagi
guru-guru SM di masa pandemi saat ini, secara tidak langsung untuk menjangkau
anak-anak kembali akan sangat sulit dilakukan.
b.
Kurangnya peran orang tua dalam
ibadah online SM.
Kendala lain yang dialami oleh pelayanan anak saat ini
adalah kurangnya peran orang tua dalam ibadah online SM. Mengapa perlunya peran orang tua dalam ibadah
online SM? Hal ini dikarenakan ada kelompok-kelompok usia yang belum bisa
mandiri sehingga diperlukan dampingan dari orang tua. Masa pandemi saat ini, secara tidak langsung
membuat orang tua untuk melakukan pelayanan anak bagi anak mereka sendiri dengan
mendampinginya dalam mengikuti ibadah Online.
Hal ini merupakan bentuk tindakan bekerjasama dengan guru-guru sekolah
minggu yang ada di masing-masing gereja.
akan tetapi, jika orang tua tidak memperhatikan peranan mereka dalam
ibadah online SM, dalam bentuk mempersiapkan sarana untuk ibadah online,
memastikan anak memahami cerita firman Tuhan yang diajarkan, dan lain
sebagainya. Sehingga usaha yang
dilakukan oleh guru-guru SM walaupun dalam virtual bisa terlaksana secara
maksimal dengan adanya bantuan daripada kedua orang tua.
c.
Sulit beradaptasi dalam ibadah online SM.
Tentunya film kartun yang ada di youtube seperti contohnya Upin dan Ipin, dan lain sebagainya, bagi
anak merupakan suatu hal yang berbeda. Seorang anak dikatakan sulit beradaptasi
dalam ibadah yang dilakukan secara virtual adalah dikarenakan adanya rasa bosan
jika melihat jalan acara dilakukan secara monoton. Bagi anak tengah sampai anak besar, mereka
akan merasa canggung jika mengikuti ibadah Online sendiri, karena pada usia
mereka sedang berada di fase senang berteman dengan sebaya mereka. Akan sulit jika melakukan ibadah sekolah
minggu sendirian secara virtual yang berbeda ia lakukan sebelumnya bersama
teman sebayanya sebelum masa pandemi.
Disinilah perlunya peran orang tua untuk mengisi kekosongan yang
dirasakan mereka.
d.
Guru-guru dituntut untuk lebih kreatif
Tantangan yang dihadapi oleh guru-guru pada masa sekarang adalah adanya tuntutan agar guru-guru lebih kreatif. Tentunya suatu hal yang sangat sulit bagi guru-guru untuk memikirkan metode-metode yang dilakukan dalam ibadah virtual yang ada. Karena ibadah virtual dilakukan melalui proses syuting tanpa adanya anak-anak yang mengikuti proses syuting yang ada. Bahkan guru-guru tidak mengetahui bagaimana respon anak-anak ketika ibadah online berlangsung. Kemudian, tingkat konsentrasi setiap usia anak berbeda-beda, dan juga anak-anak akan mudah merasa bosan jika tidak ada sesuatu yang baru dalam acara tersebut. Hal inilah yang menuntut guru-guru untuk lebih kreatif dalam melayani.
Tujuan mengajar anak-anak.
Salah
satu senjata untuk melakukan pelayanan anak adalah dengan mengajar mereka. Namun, perkembangan kognitif setiap anak
memiliki perbedaan dalam setiap kelompok usianya, maka dari itu daya serap
setiap anak juga memiliki perbedaan. Ada
yang mampu memahami setiap pengajaran dengan baik, lumayan, dan lambat, hal
inilah perlu yang namanya metode dalam mengajar anak-anak. Metode adalah secara harfiah digambarkan
sebagai suatu cara atau jalan untuk menggapai sesuatu yang telah
ditentukan.
Mengajar
adalah suatu proses menghadirkan sebuah lingkungan yang kondusif, dalam
lingkungan tersebut ada komponen-komponen yang harus terpenuhi yaitu, tujuan
yang hendak dicapai, bahan yang diajarkan, guru dan murid atau orang tua dengan
anak yang saling berinteraksi, serta sarana dan prasana yang diperlukan dalam
mengajar.
Jika guru-guru sekolah pada umumnya memiliki tujuan
dalam pengajaran mereka yaitu agar murid ataupun siswa memahami setiap ilmu
pengetahuan yang sedang diajarkan apakah itu ilmu pengetahuan sosial ataupun
umum. Sama halnya dengan guru Sekolah
minggu, ada beberapa hal yang merupakpan tujuan daripada seorang guru Sekolah
Minggu untuk mengajar, yaitu :
·
Tujuan umum.
Tujuan umum dalam pelayanan anak adalah berbicara
mengenai mengajari anak mengenai Firman Tuhan.
Mengapa anak-anak harus hidup dalam kebenaran Firman Tuhan? Karena
mengajar anak-anak adalah tujuan tertinggi daripada Allah. Allah menciptakan
manusia dengan maksud yang baik, yaitu agar setiap manusia melakukan apa yang
menjadi kehendak-Nya. Akan tetapi, Allah
juga memberikan kehendak bebas kepada manusia untuk memilih mengikuti kehendak
Allah ataukah suara yang lain yaitu iblis.
Namun, akhirnya manusia terjatuh dalam dosa karena perbuatannya sendiri,
hal ini tercatat dengan jelas dalam Kejadian 3. Sehingga, mengakibatkan
hubungan Allah dengan manusia menjadi terputus.
Namun, Allah tidak berhenti dan membiarkan manusia, Ia mengulurkan
tanganNya kepada manusia agar manusia tidak jatuh kedalam maut dengan
menyerahkan Anak-Nya yang tunggal datang kedunia (Yohanes 3:16). Oleh
sebab itu Paulus menuliskan bahwa pentingnya setiap manusia “menjadi serupa
dengan gambaran-Nya” (Roma 8:29) dan hendaknya “tidak menjadi serupa dengan
dunia ini” (Roma 12:2).
Untuk menjadi serupa dengan Allah tentunya setiap
manusia memerlukan Firman Allah itu sendiri.
Karena “segala tulisanyang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar,untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3: 16). Sangat jelas tertuliskan bahwa untuk menjadi
serupa dengan Allah setiap manusia yang percaya kepada-Nya perlu pengenalan
akan Firman Tuhan.
Maka perlu dasar yang tepat dan sedini mungkin untuk
mengajarkan Firman Tuhan kepada anak-anak.
Karena melihat dari perkembangan rohani yang terjadi dalam setiap
kelompok usia, menunjukkan pentingnya peranan guru Sekolah Minggu untuk
mengajarkan kebenaran Firman Tuhan kepada anak-anak. Tujuan pengajaran guru sekolah minggu adalah
meletakkan dasar Rohani dalam kehidupan anak dengan cara membimbing anak
tersebut untuk mengenal Allah dengan benar. Kemudian anak-anak mampu mengasihi
dalam dua arah, yaitu horizontal dan vertikal.
Mengasihi vertikal berarti anak-anak mampu mengasihi Allah dengan
totalitas, sedangkan mengasihi secara horisontal adalah anak-anak mampu
mengasihi sesama seperti diri mereka sendiri (Matius 22:37-39).
Seorang guru perlu memperkenalkan Allah sebagai Bapa
yang sangat mengasihi mereka, dan menerima kembali anak-Nya yang melakukan
kesalahan. Kasih Allah kepada anak
terlihat dengan jelas dalam Alkitab yang menyatakan bahwa Allah meliangkan
waktu khusus kepada anak-anak, Ia memeluk mereka bahkan memberkati mereka (Matius ). Kurang tepat jika guru Sekolah Minggu
menempatkan Allah sebagai seorang hakim yang kejam, Allah akan marah ketika
mereka tidak menutup mata ketika berdoa, ataupun Allah akan menghukum mereka
ketika mereka tidak pergi ke Sekolah Minggu.
Hal ini adalah sebuah dasar rohani mengenai Allah yang salah yang
ditanamkan kepada anak. Seorang guru
mampu menunjukkan bahwa Allah adalah seorang yang pengasih melalui perilaku
daripada guru tersebut, dengan menerima anak-anak serta memberikan perhatian
merupakan penanaman konsep mengasihi mengasihi sesama.
·
Tujuan Kurikuler
Secara umum tujuan kurikuler dapat didefinisikan
sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh seorang anak terhadap bidang studi
dalam sebuah lembaga pendidikan. Maka,
dalam sudut pandang pelayanan anak tujuan kurikuler diartikan sebagai apa yang
dapat dicapai oleh anak dalam satu jangkat waktu tertentu. Dalam pelayanan anak tujuan kurikuler juga
berhubungan dengan umur anak, dikarenakan perbedaan anak yang berumur tiga
tahun dengan anak yang berumur lima tahun hanya berbeda sedikit saja. Tetapi, jika melihat dalam perbedaan
kognitif, sosial, emosional, ataupun rohani mereka memiliki perbedaan yang
cukup pesat. Oleh sebab itu seorang guru
harus mampu membuat tujuan kurikuler, yaitu berbicara mengenai apa yang dapat
dicapai oleh seorang anak pada waktudan dalam umur tertentu.
·
Tujuan khusus
Tujuan khusus dalam pelayanan anak adalah berbicara
perumusan apa yang anak dapat capai dalam satu pelajaran. Dalam tujuan ini mencakup tiga hal yang harus
dicapai dalam pengajaran yaitu pengetahuan baru, sikap baru, dan juga tindakan
baru. Pengetahuan baru berbicara
mengenai informasi yang baru yang didapat oleh seorang anak. Jika guru mengajar sesuai dengan kelompok
usia yang ada maka anak yang diajar akan mendapatkan pengetahuan baru. Misalnya ketika seorang guru mengajar di
kelas anak batita yang membahas mengenai penciptaan alam semesta, maka
anak-anak batita akan mengetahui bahwa tumbuhan, hewan, dan dirinya merupakan
ciptaan Allah. Hal ini merupakan suatu hal
yang baru bagi seorang anak batita.
Tetapi jika cerita yang diajarkan pada anak batita, tidak dapat lagi di
ajarkan pada anak kecil karena mereka memiliki perkembangan yang berbeda. Oleh
sebab itu, guru harus memberikan informasi yang lebih luas mengenai penciptaan
kepada mereka.
Dari pengetahuan baru ini, seorang anak harus memiliki
sikap yang baru. Sikap baru berbicara
mengenai hati manusia, jika hati manusia tersentuh mereka akan memberikan
sebuah ekspresi dari apa yang mereka rasakan baik sedih, bahagia, rasa
bersalah, ataupun keinginan untuk berubah setelah mendengarkan Firman Tuhan.
Melalui sikap baru inilah membuat seorang anak akan berbuat sesuatu yang sesuai
dengan Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari mereka yang akhirnya merujuk
kepada tindakan baru mereka. Tindakan
baru adalah sebuah perilaku yang dihasilkan dari pengetahuna baru mengenai
Firma Tuhan dan ekspresi dari sikap baru yang harus ditunjukkan dala perilaku
mereka.
Melalui
ketiga tujuan dari mengajar yang harus dimiliki oleh seorang guru sekolah
minggu, maka guru sekolah minggu dapat menentukan bagaimana berjalannya sebuah
kelas sekolah minggu dalam satu kali pertemuan.
Menentukan tujuan daripada pengajaran sangat penting jika ingin memulai
sebuah kelas, dikarenakan melalui ketiga tujuan yang sudah ditentukan ini maka
seorang guru mampu menentukan beberapa hal dalam mengajar Sekolah Minggu,
sebagai berikut:
·
Menentukan seleksi bahan: Tujuan yang sudah dirumuskan akanmembantu guru
untuk menyeleksi, mengurangi atau menambah bahan dalam pengajaran yang akan
dilakukan.
·
Menentukan pilihan nyanyian dan ayat hafalan: dengan adanya tujuan maka
akan lebih baik jika semuanya difokuskan pada satu tujuan, dimulai dari
pemilihan lagu serta ayat hafalan.
·
Menentukan media mengajar ataupun metode mengajar: metode mengajar dapat
disebut dengan alat peraga. Alat peraga
adalah alat yang menunjang untuktercapainya tujuan pelajaran. Alat peraga
memiliki peran yang penting, karena akan memberikan sebuah kesan tersendiri
bagi seorang anak. Oleh sebab itu guru
harus mampu memilih alat peraga dengan teliti.
·
Menentukan aktivitas atau kegiatan: aktivitas bukan hanya sebuah
kegiatan untuk menyalurkan energi anak ataupun untuk mengisi waktu yang
luang. Tetapi aktivitas merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk membantu daya ingat anak dalam cerita yang sudah
di sampaikan sehingga tujuan dapat tercapai.
Maka perlu adanya ketelitian dalam memilih aktifitas yang ada.
tujuan dari pengajaran merupakan kunci utama dalam
mengajara anak. Kerena ketika seorang guru sudah memiliki tujuan yang tepat
dalam pengajaran, maka mereka akan mampu untuk menentukan bahan, lagu, ayat
hafalan, metode pengajaran, bahkan aktivitas serta evaluasi apa kah tujuan
tersebut sudah tercapai atau belum.
Metode Pengajaran
Ketika
mengajar seluruh paca indera anak perlu untuk dirangsang, digunakan dan
dilibatkan, sehingga ia tidak hanya memahami melainkan mengingat dan juga
memahaminya serta melakukannya. seorang
anak akan memahami sebanyak 20% ketika mereka mendengar, akan tetapi mereka
akan memahami sebanyak 50% jika mereka melihat dan mendengar. 70% banyaknya pemahaman akan meningkat jika
mereka mendengar, melihat, mengulangi ataupun dengan adanya sebuah
diskusi. Seorang anak akan memahami
pengajaran sekitar 90%, ketika mereka melihat, mendengar, mendiskusikan serta
melakukannya. maka dari itu, dalam
penyampaian sebuah cerita Alkitab diperlukan yang namanya metode mengajar dengan
harapan anak akan memahami sekitar 90% dari pengajaran yang sudah
diajarkan. Adapun beberapa metode yang
dapat digunakan dalam mengajar Sekolah Minggu:
1.
Alat Peraga
Alat
peraga adalah suatu alat yang digunakan pengajar untuk membantu dalam proses
belajar mengajar. Alat peraga dapat
berbentuk gambar, Flash Card, Wayang, Boneka jari, boneka panggung, alat
eksperimen dan lain sebagainya.
2.
Metode Tanya jawab.
Metode
tanya jawab merupakan sebuah metode yang dilakukan dengan cara berinteraksi
dengan anak melalui sebuah pertanyaan.
Beberapa bentuk pertanyaan yang biasanya di pakai oleh seorang guru
dalam sebuah kelas, antara lain:
·
Informational questions: merupakan sebuah pertanyaan yang bersifat
mencari informasi.
·
Close-ended questions: yaitu sebuah pertanyaan yang tidak memerlukan
sebuah jawaban yang panjang dan lebar, hanya memerlukan sebuah jawaban antara
benar atau salah.
·
Three dimensional question: sebuah pertanyaan yang menuntut sebuah
pemikiran, yang berarti selangkah lebih maju untuk menunjuk sebab, arti dan
perasaan.
·
Opemn-Ended questions: merupakan sebuah pertanyaan dimana anak mengalami
hal tersebut dan menuntut sebuah jawaban yang sesuai dengan kebenaran atau
sesuai dengan pengalaman.
3.
Metode diskusi
Metode
diskusi adalah sebuah metode dimana guru memberikan sebuah pembahasan ataupun
pertanyaan yang bersifat membangkitkan semangat anak untuk turut berpartisipasi
dalam pembahasan tersebut.
4.
Metode drama
Metode
drama adalah sebuah metode yang mendramatisirkan sebuah cerita, sehingga
anak-anak mampu merasakan orang yang sedang bermain drama, atau anak-anak mampu
menhayati kisah yang ada.
5.
Metode ceramah
Metode
ceramah merupakan metode yang biasanya digunakan oleh kebanyakan guru, biasanya
guru akan menyampaikan cerita secara sistematis dalam bentuk pidato.
6.
Talk show
Talk
show adalah suatu jenis acara yang berisi tentang perbincangan. dimana ada
seorang yang berperan sebagai pembawa acara dan yang lainnya berperan sebagai
narasumber.
Bagaimana Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Renacana
Pelaksanaan Pembelajaran atau yang biasa disebut dengan RPP adalah pegangan
seorang guru di dalam sebuah kelas ketika melaksanakan sebuah
pembelajaran. RPP berisi tentang
pengaturan yang berkaitan dengan seluruh kegiatan yang akan dilakukan ketika
proses belajar mengajar berlangsung. RPP
juga bisa digunakan sebagai tolak ukur seorang guru dalam keberhasilannya
ketika mengajar di kelas. adapun contoh
RPP sebagai berikut :
Rencana
Pelakasanaan Pembelajaran Sekolah minggu (RPPSM)
Nama
Gereja : Bethesda Ministry
Kelas/Jumlah
murid : Besar / 30
anak
Hari/Tanggal
: Minggu, 3 November 2019
Alokasi
Waktu : 2 x 35 Menit
I.
Tema :
Karya Keselamatan
II. Sub
Tema :
Janji Tentang Keselamatan
III. Tujuan
Pelajaran:
F Anak
akan Mengetahui pengertian dari keselamatan
F Anak-anak
menelaah bersama-sama ayat alkitab Kejadian 3:14-15.
F Anak-anak
mampu memahami bagaimana Allah sudah menjanjikan keselamatan.
IV. Dasar
Alkitabiah : Kejadian 3:14-15
V. Ayat
Hafalan : Yohanes
3:16
VI. Metode
Yang digunakan:
-
Tanya jawab
-
Diskusi
-
Ceramah
VII. Alat dan Bahan yang digunakan
a. Papan tulis
b. Karton
c. Spidol
d. Alkitab
VIII. Langkah-langkah
Pembelajaran
Tahap
|
Rincian
Kegiatan |
Waktu |
Pendahuuan
|
·
Salam pembuka (Syaloom) ·
Anak-anak diajak untuk
berdoa bersama ·
Guru mengajak siswa
untuk menyebutkan yel-yel ·
Siswa bernyanyi (pujian
dan penyembahan) |
10
menit |
Kegitan
Inti |
-
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru “menurut
anak-anak apa itu keselamatan?” -
Setelah siswa
menjawab, maka guru akan memberikan pengertian
keselamatan melalui ilustrasi seseorang dokter dengan pasian gawat darurat. -
Guru menyimpulkan
jawaban yang beragam -
Kemudian
guru-guru akan membagi anak-anak menjadi beberapa
kelompok dan memberikan karton kepada masing-masing kelompok. -
Guru akan
mengajak anak-anak untuk mendiskusikan ayat alkitab, mengenai sebuah
keselamatan. -
Setelah diskusi guru
akan memberikan penjelasan yang lebih mendalam kepada anak-anak bahwa Allah
sudah menjanjikan sebuah keselamatan bagi kita. |
35
menit |
Kegiatan
Penutup |
Kesimpulan
·
Guru melakukan evaluasi
apakah anak memahami atau tidak dengan
menanyakan kembali beberapa pertanyaan. ·
Guru memberi rangkuman
kegiatan pembelajaran hari ini. ·
Guru meminta siswa
untuk menuliskan refleksi pribadi mengenai pembahasan hari ini. ·
Tindak lanjut -
Guru memberikan ayat
hafalan ·
Guru mengakhiri
kegiatan belajar dengan berdoa bersama. |
|
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.