Penginjilan
- Visi dan Misi
Allah.
Di dalam jurnal yang dituliskan oleh Kalis Stevanus
dituliskan pernyataan Jonathan Edeward yang mengatakan bahwa hanya satu tujuan
atau visi akhir dari semua karya Allah yang dinyatakan di dalam Alkitab, yaitu untuk
kemuliaan Allah.[1] Allah mau semua ciptaan-Nya,
mempermulikan-Nya
Setiap karya yang Allah lakukan untuk tujuan tersebut disebut
juga sebagai misi Allah. Salah satu misi
Allah yang terbesar ialah misi penyelamatan umat manusia dari hukuman dosa melaui
pengorbanan Yesus Kristus. Allah mau
manusia memperoleh keselamatan agar dapat mempermuliakan-Nya. Di dalam misi ini Allah melibatkan
orang-orang percaya. Allah mau orang-orang
percaya menyebarluaskan berita misi-Nya ini kepada semua umat manusi di seluruh
dunia. Misi ini juga biasanya disebut
dengan penginjilan.
- Apa itu penginjilan?
Penginjilan merupakan tindakan untuk memberitakan berita
baik. Penginjilan atau Evangelism diambil
dari kata dasar Injil. Di dalam
Perjanjian Baru, Injil disebut “Euagelizo”
yang berarti kabar atau berita baik, sedangkan penginjilan sendiri disebut
“Euangelizomai” yang berarti memberitakan kabar baik.[2] Jika di lihat ke dalam Perjanjian Lama, kata
ini sejajar dengan kata “qầrầ” yang
artinya berseru.[3]
Di dalam konteks aslinya, kata Euagelizo merupakan satu istilah yang popular di kalangan
kemiliteran bangsa Yunani. Kata ini kemudian
mengalami perkembangan arti. Adapun
beberapa catatan yang menunjukkan perkembangan arti dari kata Euagelizo, ialah:
- Euagelizo- artinya “upah” yang diberikan
kepada pembawa berita kemenangan dari medan pertempuran.
- Euagelizo- artinya “berita” Kemenangan itu sendiri.
Di
dalam kekristenan, kata ini digunakan sebagai istilah terhadap pemberitaan kabar
baik yang berpusat kepada berita karya penyelamatan yang dilakukan oleh Allah
melalui pengorbanan Yesus Kristus.[4] Ini adalah berita baik terbesar bagi seluruh umat manusia. Untuk memberitakan berita ini kepada seluruh umat manusia,
Allah melibatkan orang-orang percaya
(Matius 28:19-20).
- Sejarah Penginjilan
Tindakan mengabarkan berita baik atau menginjili bukanlah sesuatu yang baru muncul pada masa kini ataupun pada abad
pertama. Konsep penginjilan telah ada
dan telah mengalami berbagai perkembagan sejak masa permulaan. Penjelasan mengenai perkembangan dari penginjilan ini telah dimuat secara jelas
di dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama ataupun di dalam Perjanjian
Baru. Adapun hubungan konsepesi penginjilah
yang Alkitabiah ialah:
- Perjanjian Lama bersifat filosofis dalam menjelaskan
penginjilan, ini yang kemudian menjadi dasar bagi Perjanjian Baru untuk
menjelaskan penginjilan secara praktis.
- Perjanjian Lama menekankan Allah sebagai inisiator
penginjilan, sedangkan di dalam Perjanjian Baru sebagai konsumator
penginjilan, walaupun perananan Allah dalam hal ini berjalan sinkron.
- Peranan Umat Allah dalam penginjilan pada Perjanjian
Lama bersifat implisit atau eksklusif Israel, sedangkan di dalam
Perjanjian Baru bersifar eksplisit atau universal, kepada semua orang yang
ada di muka bumi.[5]
- Penginjilan di dalam Perjanjian Lama
Perjanjian Lama merupakan landasan penginjilan secara teologi dan
merupakan manifestasi penginjilan berdasarkan rancangan penyelamatan Allah yan
kekal. Adapun sistematika pembahasan
penginjilan di dalam Perjanjian Lama ialah:
- Pernyataan Allah merupakan sumber dan tumpuan Injil:
Allah telah menyatakan diri-Nya sebagai yang Maha Kuasa melalui karya
penciptaan. Dia adalah Allah yang
aktif dan dinamis . Allah yang
berinisiatif melakukan penciptaan dengan aktif,
Dari pernyataan ini dapat dinilai bahwa Dia juga merupakan Inisiator,
dasar dan titik tumpu dari Injil. Ini juga menunjukkan bahwa Allah mempertikan
dan menjamin proses penginjilan.[6]
- Perjanjian berkat penciptaan merupakan motif penginjilan:
Setelah Allah menciptakan semuanya, Allah kemudian
menguduskan bagi diri-Nya “sabat penciptaan” yang di dalamnya Allah sendiri
mengikat perjanjian berkat bagi semua ciptaan-Nya (Kejadian 2:2-3). Janji berkat ciptaan ini adalah penunjang
vital bagi misi Allah, terutama bagi Adam atau manusia. Oleh karena itu, dapat dipahami juga bahwa
penginjilan didasari, dimotori dan ditandai oleh berkat Allah.[7]
- Janji penyelamatan Allah merupakan dinamika bagi penginjilan:
Karena ketidak taatan Adam kepada Allah, semua manusia menjadi berdosa. Hal ini membuat manusia jauh dari Allah dan terancam akan
binasa. Oleh
karena melihat keadaan yang demikian, Allah kemudian menunjukkan sikap pembelaan-Nya bagi manusia.
Allah mengatakan bahwa Ia akan mengadakan permusuhan antara dosa dan
manusia (Kejadian 3:15). Di dalam
pembelaan-Nya ini terdapat janji yang besar dari Allah. Menurut beberapa penafsir, janji yang ada di
dalam perkataan Allah ini merupakan janji penyelamatan, yang dirujuk kepada
kedatangan Tuhan Yesus Kristus di masa Perjanjian Baru. Janji Allah yang ini yang kemudian
menggerakan membuat penginjilan tersebut bergerak sampai kepada masa kini.
- Keselamatan Allah yang dinyatakan dalam panggilan
Abraham merupakan wujud dari penginjilan:
Janji keselamatan yang telah Allah nyatakan melalui Abraham
merupakan wujud pertama dari penginjilan.
- Penginjilan dinyatakan dalam karya penyelamatan Allah
melalui Israel.
Setelah janji keselamatan tersebut mulai diwujudkan melalui
Abraham, hal ini kemudian semakin berkembang.
Tidak lagi hanya dinyatakan di dalam diri perorangan atau suatu
keluarga, melainkan di dalam satu bangsa.
Allah telah memilih satu bangsa untuk menerima janji keselamatan
tersebut. Melalui satu bangsa inilah
penginjilan kemudian menjadi semakin disebar luasakan, sehingga banyak orang
yang memperoleh kesalamatan dari Allah.
Yakob Tomatala mengatakan bahwa
Allah adalah sumber, dasar dan dinamika bagi penginjilan.[8] Pusat dari penginjilan itu adalah Allah
sendiri. Penginjilan merupakan keputusan
dari hati Allah, yang dijalankan menurut inisiatif-Nya. Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa
Allah sendirilah yang menjamin pelaksanaan dari penginjilan tersebut. Atas dasar tersebut, maka dapat diyakini bahwa
tidak ada sesuatu yang dapat menghalangi penginjilan Allah secara permanen. [9]
- Penginjilan di dalam Perjanjian Baru
Tidak berbeda jauh dengan apa yang
disajikan oleh Perjanjian Lama, di dalam Perjanjian Baru juga dijelaskan bahwa
penginjilan merupakan bentuk dari inisiatif Allah untuk mencari dan
menyelamatkan umat manusia. Sama seperti
yang dijelaskan pada bagian definisi, penginjilan di dalam Perjanjian Baru dipusatkan
kepada pemberitaan kabar baik yang dipusatkan pada penggorbanan Yesus Kristus
di atas kayu salib.[10] Pengorbanan-Nya ini yang menjadi kabar baik
bagi seluruh umat manusia, karena melalui kabar ini semua orang mendapat
kesempatan untuk memperoleh keselamatan dari Allah.
Di dalam Perjanjian Baru, Yesus
sendirilah yang memberi perintah kepada para pengikut-Nya untuk melakukan
penginjilan atau pekabaran injil. Ada lima
teks yang dapat dilihat di dalam Perjanjian Baru, yang menunjukkan hal
tersebut, yakni:
a. Matius 28:16-20.
b. Markus 16:15-18.
c. Lukas 24:44-49.
d. Yohanes 20:19-23.
e. Kisah Para Rasul 1:6-8.[11]
Kelima teks ini merupakan penjelasan terhadap satu
Perintah Agung yang disampaikan oleh Yesus Kristus kepada para pengikut-Nya,
yakni perintah untuk mengabarkan Injil.
Di antara kelima teks ini, Matius 28:16-20
mendapat sorotan. Dari penelitian
terhadap teks ini ada 3 implikasi penting yang harus diketahui:
a. Ada satu wewenang atau kekuasaan yang diumumkan, yakni
wewenang penginjilan.
b. Ada satu perintah yang disampaikan, yakni perintah
penginjilan.
c. Ada satu janji yang menjamin wewenang atau kekuasaan yang
dipercayakan, yakni Yesus itu sendiri.[12]
Jika dilihat pada fakta yang terdapat di dalam Perjanjian
Baru, para pengikut Kristus yang memberitakan Injil menghadapi berbagai tantangan. Mereka sering disesah dan dilarang untuk
memberitakan Injil oleh orang-orang yang tidak percaya, secara khusus para
pemuka agama dan para pemimpin daerah (Kisah Para Rasul 5:40). Mereka sudah dianggap layak menerima
penderitaan karena nama Yesus (Kisah Para Rasul 5:41). Namun walaupun banyak tantangan yang mereka
terima di dalam pemberitaan Injil, mereka tetap melakukannya bahkan lebih
semangat lagi di dalam melakukannya (Kisah Para Rasul 5:42). Salah satu tokoh yang juga menunjukkan semangat
tersebut ialah Filipus, Ia selalalu membahas Injil Yesus kepada seorang
pembesar Etiopia yang memohon keterangan nubuatan Yesaya (Kisah Para Rasul
8:35).
Beberapa istilah di dalam Perjanjian Baru yang berkaitan
erat dengan penginjilan:
- Euagelizo.
Di dalam Perjanjian Baru, kata ini erat hubungannya dengan
penginjilan. Kata ini mengandung arti
tindakan pemberitaan berita kesukaan atau mengkhotbahkan Injil.
- Kerusso
Arti dasar dari kata ini ialah melakukan tugas dari
seorang utusan kerux atau utusan
raja, yang telah mendapat tugas resmi dari seorang raja. Tugas ini biasanya adalah memberitaan suatu
berita dari raja kepada penduduk yang ada di desa-desa . Di dalam Perjanjiain Baru sendiri, kata ini
biasanya digunakan sebagai istilah terhadap kegiatan berkhotbah atau
memproklamirkan suatu berita. Jika
dihubungkan kepada Injil, maka kata ini dapat dipahami juga sebagai tindakan
pemberitaan Injil yang dipercayakan Allah kepada setiap orang yang percaya
kepada-Nya( 2 Korintus 5:17).
- Didasko
Ini adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebutkan
tindakan mengajar. Di dalam Perjanjian
Baru kata ini sering dihubungkan kepada tindakan menasihati, memproklamirkan
berita baik atau Injil (Matius 10:7-15.
Lukas 10:4-12).
- Martureo.
Ini juga merupakan salah satu istilah yang berhubungan
erat dengan injil, kata ini berarti bersaksi.
Di dalam Perjanjian Baru, kata ini sering dipakai di dalam pelayanan
gereja mula-mula yang berkaitan dengan pemberitaan Injil. Bersaksi juga dapat diartikan sebagai
penyampaian kesaksian mengenai Yesus Kristus.
Tugas ini diberikan kepada para rasul.
Jika dilihat di dalam teks 1 Korintus 11:26 dan
15:1-4, dapat diketahui bahwa setiap
pemberitaan Kristiani dapat disebut sebagai kesaksian. Kesaksian yang disampaikan berdasarkan apa
yang dilihat atau yang dialami. Dari
penggunaan kata Martureo muncul kata Martyr yang berarti orang yang
menyampaikan kesaksian sampai kepada resiko kematian.[13]
Dari penjelasan atas kelima istilah ini, dapat dinilai
bahwa fokus utama dari pemberitaan kabar baik atau penginjilan di dalam
Perjanjian Baru adalah pemberitaan kabar baik
mengenai Yesus dan karya-Nya yang
menyelamatkan umat manusia dari hukuman dosa.
Kesimpulan: Penginjilan
merupakan salah satu misi Allah untuk mencapai tujuannya yang sangat besar,
yakni menyelamatkan umat manusia dari kesesatan agar tidak binasa, melainkan
memeperoleh kehidupan kekal. Visi misi
ini telah Allah percayakan juga kepada orang-orang percaya. Orang-orang percaya diminta oleh Allah untuk
memberitakan Injil yang merupakan
misi-Nya untuk menyelamatkan semua manusia. Dengan demikian penginjilan merupakan tugas
semua orang percaya.
Diskusi:
- Apakah sebelumnya saudara pernah mendengar mengenai
penginjilan?
- Apa yang saudara ketahui mengenai penginjilan?
- Alasan penginjilan
- Semua
manusia telah berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.
“Karena
semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah”
(Roma 3:23). Ini adalah keadaan manusia
yang sangat menyedihkan. kejatuhan Adam
ke dalam dosa telah menjadikan semua orang berdosa dan membuat hubungan manusia
dengan Allah menjadi terputus. Tidak
hanya itu, di dalam teks Roma 6:23 Paulus juga mengatakan bahwa bahwa keadaan
ini juga membuat manusia terancam akan binasa. Banyak orang yang tidak
menyadari hal ini. Oleh karena itu,
setiap orang percaya yang telah memahami hal ini seharusnya melakukan
penginjilan, agar semua orang menyadari bahwa dosa telah menguasai kehidupan
manusia dan akan membawa manusia kepada kebinasaan.
- Yesus
Kristus merupakan satu-satunya jalan yang dapat menyelamatkan umat
manusia.
Di
dalam Yohanes 3:16, dijelaskan bahwa Allah yang begitu mengasihi dunia telah
mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, agar setiap manusia yang percaya
kepada-Nya tidak binasa. Hanya melalui
pengorbanan Yesus Kristus, manusia dapat memperoleh keselamatan. Hal ini juga dituliskan di dalam teks Yohanes
14:6, Yesus adalah satu-satunya jalan yang membawa manusia kepada Bapa. Ini adalah berita yang sangat baik dan sangat
dibutuhkan oleh semua orang. Hal ini
harus diberitakan kepada semua orang, agar semua orang boleh mendegarkan berita
ini dan menjadi percaya kepada Yesus Kristus sehingga menjadi selamat dari
hukuman dosa.
- Ini adalah perintah dari Tuhan.
Tuhan
Yesus sendirilah yang memberikan perintah untuk melakukan pekabaran Injil
kepada para pengikit-Nya. Hal inilah
yang dicatat di dala Matius 28:19-20.
- Sebagai
bentuk dari ketaatan kepada Tuhan.
Seorang
pengikut hanya dapat dikatakan taat ketika ia melakukan apa yang diperintahkan
oleh tuannya. Begitu juga di dalam
kekristenan, orang-orang percaya dapat dikatakan taat hanya ketika mereka
melakukan perintah Tuhan (Markus 16:15).
- Sebagai
bentuk ucapan syukur kepada Tuhan
Orang-orang
percaya seharusnya melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang
Geresa yang telah dibebaskan dari kuasa Iblis, ia menceritakan kabar tersebut
kepada orang banyak(Lukas 8:38-39).
Orang-orang percaya sudah seharusnya melakukan pemberitaan Injil sebagai
ucapan syukur karena telah memperoleh keselamatan yang disediakan oleh Allah.
Diskusi:
- Mengapa harus melakukan penginjilan?
- Siapa yang harus melakukan penginjilan?
- Apakah saudara pernah melakukan penginjilan? Jika ada,
bagaimana pengalaman saudara di dalam melakukan penginjilan?
- Faktor-faktor
yang menyebabkan orang-orang percaya tidak melakukan penginjilan.
Sampai saat ini, masih banyak orang percaya yang tidak
melakukan penginjilan. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Tidak paham mengenai penginjilan.
Banyak orang percaya yang sebenarnya ingin melakukan
penginjilan, akan tetapi mereka tidak memahami penginjilan dengan baik, secara khusus mengenai metode dan
strategi penginjilan.
- Malas.
Malas adalah keadaan dimana seseorang tidak mau bekerja atau
mengerjakan sesuatu. Penginjilan adalah
perintah Yesus sendiri, ini menunjukkan bahwa semua orang percaya diberi
kemampuan untuk melakukannya. Hanya
orang malas lah yang tidak bisa melakukaknnya, malas mempelajari dan melakukan
penginjilan. (Ams 6:6).
- Takut.
Pada saat melakukan penginjilan, orang-orang percaya akan
bertemu dengan orang-orang yang berlawanan dengan diri mereka, yakni dalam hal
kepercayaan dan kebiasaan hidup. Hal
inilah yang sering membuat orang-orang percaya takut melakukan penginjilan,
mereka takut ditolak, takut dijauhi dan takut dianiyaya.
- Tidak memiliki kesadaran akan Injil.
Ini adalah keadaan dimana orang-orang percaya tidak
mengetahui bahwa perintah penginjilan adalah perintah yang ditujukan kepada
semua orang percaya. Banyak orang
percaya yang tidak menyadari bahwa ini merupakan tanggung jawab mereka, ini
yang akhirnya membuat orang-orang mengabaikannya.
- Tidak memiliki belas kasihan.
Setelah mengetahui tujuan Allah melalui Injil, sudah
seharusnya belas kasihan itu tertanam di dalam hati setiap orang Kristen dan
dan menunjukkannya dengan memberitakan Injil kepada semua orang yang belum
menerima keselamatan itu. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa diantara orang-orang yang tidak memberitakan
Injil ada banyak yang sebenarnya dikarenakan tidak memiliki belas kasihan
kepada orang lain. Orang-orang yang
tidak memiliki belas kasihan tidak akan terdorong untuk memberikan pertolongan
kepada orang lain.
- Pemahaman Alkitab yang dangkal.
“Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan,
untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2
Timotius 3:16). Alkitab adalah firman Allah yang diperuntukkan untuk
mengarahkan ciptaan-Nya kepada tujuan-Nya.
Pemahaman Alkitab yang dangkal sering membuat orang merasa tidak percaya
diri untuk melakukan pemberitaan Injil.
Mereka merasa bahwa mereka akan sangat mengalami kesulitan ketika
melakukan penginjilan. Oleh karena itu,
orang-orang percaya diharapkan terus belajar memahami Alkitab.
- Hambatan-hambatan
di dalam proses penginjilan.
- Fanatisme
agama.
Fanatisme
agama yang dimaksudkan ialah, semangat yang tidak rasional dari beberapa orang
percaya, dimana orang-orang percaya menggunakan kekuatan untuk memaksa orang-orang
lain untuk percaya. Tindakan ini
menimbulkan kebencian dari orang banyak terhadap usaha-usaha penginjilan. Oleh sebab itu hal perlu diperhatikan dan
perlu diingat bahwa dasar dari penginjilan sendiri ialah Injil atau kabar baik
dari Allah. Dengan demikian, orang-orang
percaya akan tau bagaimana harus memberitakan Injil dengan baik.[14]
- Keterbatasan
Budaya.
Ada
banyak pelayan Tuhan mengalami kesulitan di dalam memberitakan Injil ke daerah
yang baru mereka kunjungi. Adapun
masalah utama yang mengakibatkan hal yang demikian ialah masalah keterbatasan
budaya.[15] Masih banyak pelayan Tuhan yang masih sangat
terbatas di dalam memahami budaya daerah yang dituju. Hal ini membuat mereka memaksakan budaya atau
pandangan mereka kepada masyarakat setempat.
Dengan demikian banyak dari masyarakat setempat yang tidak mau menerima
pemberitaan mereka. Oleh karena itu,
perlu dicatat oleh para pelayan Tuhan atau para pemberita Injil bahwa sudah
seharusnya bagi pelayan atau pemberita Injil untuk mempelajari dan menyesuaikan
diri dengan budaya daerah yang dituju.
- Selain
dua hal tersebut, sikap gereja yang memilih untuk terlalu beroleransi
terhadap kepercayaan lainnya juga merupakaan salah satu penghambat
terjadinya penginjilan. Maksud dari
hal ini ialah, toleransi yang akhirnya membuat sesorang enggan melakukan
pemberitaan Injil. Hal ini sangat
sering terjadi di kalangan kekristen, karena toleransi yang berlebihan
terhadap kepercayaan yang lain, akhirnya enggan memberitakan Injil.
- Motivasi Penginjilan
Setelah mengetahui hakikat dan
sejarah dari penginjilan, orang-orang percaya seharusnya melakukan penginjilan secara
aktif, yakni dengan memberitakan berita keselamatan kepada semua orang (Matius
28:19-20). Ini
bukan hal yang di dalam kekristenan, hal ini telah dilakukan juga oleh para rasul, salah satu contohnya ialah Petrus yang
mengkhotbahkan injil (Kis 2) sehingga ada kurang lebih tiga ribu orang menjadi percaya.
Agar dapat melakukan penginjilan
dengan aktif, setiap orang percaya harus terlebih dahulu mempersiapkan diri
dengan motivasi yang benar. Motivasi adalah landasan atau alasan yang mendorong suatu tindakan. Motivasi yang benar di dalam penginjilan akan memberikan
kekuatan yang besar pada saat penginjil mengalami kelelahan dan memberikan sukacita pada saat mengalami kesesakan.[16]
Berikut beberapa motivasi yang benar
untuk melakukan penginjilan.
- Allah yang mengkehendaki penginjilan.
Sama hal nya
seperti apa yang disampaikan oleh Yakob Tomatala dibagian definisi, penginjilan
merupakan satu tindakan yang dikehendaki Allah untuk dilakukan oleh
orang-orang percaya. Allah sendirilah yang menjadi inisiator dari penginjilan, Ia yang menjamin keberhasilan suatu pemberitaan
Injil. Oleh karena itu sangat diharapkan
kepada orang-orang percaya untuk tetap bersukacita dan bersamangat di dalam melakukan
penginjilan.
- Penginjilan merupakan mandat Kristus.
Matius 19-20, merupakan salah satu teks yang melandasi
penginjilan. Teks ini juga disebut teks
sebagai teks amanat agung. Hal ini
dikarenakan, teks tersebut memuat amanat yang disampaikan oleh Yesus Kristus
kepada para pengikut-Nya. Amanat
tersebut adalah amanat untuk melakukan penginjilan dan menjadi semua orang
menjadi murid-Nya. Tidak hanya memberikan
amanat, namun Ia juga telah memberikan teladan yang baik bagi para pengikut-Nya
(Matius 4:23).
- Penginjilan untuk memuliakan Allah.
Dari semua motivasi diatas, motivasi untuk mempermuliakan
Allah merupakan motivasi tertinggi. Penginjilan yang
merupakan hasil daru inisiatif Allah harus dilakukan dengan benar sehingga
dapat mempermiliakan Allah.
- Sasaran
penginjilan.
Allah mengasihi semua orang, dengan begitu dapat dipahami
bahwa secara umum sasaran dari Injil adalah semua orang. Namun walaupun begitu, perlu disadari juga
bahwa intu menjangkau semuanya secara langsung bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberitahukan
sasaran-sasaran yang dapat digunakan oleh orang-orang percaya untuk dapat
menjangkau semua orang.
“Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke
atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku” (Kisah Para Rasul 1:8).
Sasaran;
1. Yerusalem =
Orang Dekat = Keluarga
2. Yudea = Orang Jauh = Orang-orang di
lingkugan kita
3. Samaria = Orang Asing = Orang yang tidak
kenal/ dari daerah lain.
4. Ujung bumi =
Seluruh Dunia
- Metode-metode Penginjilan
- Penginjilan secara langsung (Direct Evangelism)
Metode ini juga dapat disebut dengan metode tatap muka. Penginjilan ini dilakukan langsung kepada
pendengar tanpa pendekatan awal seperti persahabatan, pendekatan budaya atau
beberapa pendekatan lainnya.[17] Salah satu contoh di dalam Alkitab ialah
penginjilan Yesus kepada Nikodemus (Yohanes 3:1-21). Di dalam kisah ini, Yesus menjadi teladan
yang sangat baik di dalam menerapkan penginjilan secara langsung. Kedatangan Nikodemus pada saat itu bukanlah
kadatangan yang direncanakan oleh Yesus, akan tetap Yesus memakai kesempatan
ini untuk menyampaikan Injil. Ia menyambut
Nikodemus dengan sikap yang sangat menghargai,
Ia memberi jawaban yang jelas kepada Nikodemus atas setiap pertanyaan
yang disampaikan oleh Nikodemu dan Ia mengarahkan Nikodemus kepada kebenaran.
- Penginjilan pribadi
Metode ini merupakan metode penginjilan yang dilakukan secara
pribadi kepada orang-orang yang telah ditentukan. metode ini juga disebut sebagai penginjilan
dengan cara membina hubungan antara pribadi.
D.W. Ellis mengatakan bahwa ini adalah penginjilan dalam hidup
sehari-hari, dimana seseorang yang percaya kepada Kristus memperkenalkan
Kristus kepada orang lain dan mengajaknya untuk percaya Kristus serta
membinanya menjadi saksi Kristus.[18]
Untuk melakukan penginjilan dengan metode ini, seseorang
harus melakukan pendekatan terhadap kepriabadian dari orang-orang yang akan di
Injil. Kepribadian ini mencakup beberapa
unsur, yakni perasaan, pikiran dan kemauan.
Di dalam Alkitab, metode ini dapat ditemukan di dalam pelayanan
Paulus. Di dalam salah satu kitab yang
ia tuliskan, Paulus mengatakan “aku menjadikan diriku hamba dari semua orang,
supaya aku bisa memenangkan sebanyak mungkin orang” (2 Korintus 3:5).
Salah satu contoh penerapan model penginjilan pribadi ini di
dalam Alkitab ialah kisahpercakapan Yesus dengan perempuan Samaria (Yohanes
4:1-45). DI dalam kisah tersebut, Yesus
memberi contoh penginjilan secara langsung.
Adapun langkah-langkah yang digunakan oleh Yesus ialah:
Ø Yesus dengan sengaja mencari wanita
itu (Yohanes 4:4).
Ø Yesus tidak terikat pada tradisi dan
tidak terpengaruh oleh diskriminasi rasial (Yohanes 4:9).
Ø Yesus mendekati orang tersebut
dengan memperhatikan keadaan dan waktu yang tepat (4:6), hal ini dilakukan agar
tidak ada yang salah paham terhadap penginjilan yang dilakukan Yesus.
Ø Yesus berbicara secara pribadi
kepada pendengar berita tersebut. (Yohanes 4:8).
Ø Yesus memumulai pembeitaan-Nya
dengan melakukan pendekatan yang sangat bijaksana. Ia memulai dengan meminta tolong kepada
wanita tersebut (Yohanes 4:7). Lalu Ia melanjutkannya dengan membajas air
kehidupan.
Ø Yesus memahami apa yang sebenarnya
dirindukan oleh wanita tersebut, (Yohanes 4:15)
Ø Yesus berfokus kepada sikap manusia
terhadap Allah, oleh karena itu Yesus tidak digoyahkan dari tujuan-Nya oleh
pertanyaan yang membahas tentang agama (Yohanes 4:20-24).
Ø Yesus berusaha menyadarkan wanita
tersebut atas setiap dosanya (Yohanes 4:16-18).
Ø Setelah itu, Yesus memperkenalkan
diriNya sebagai Mesias (Yohanes 4:26). [19]
- Penginjilan Massal
Penginjilan ini merupakan penginjilan kepada khalayak ramai,
biasanya penginjilan ini dilakukan dengan cara mengadakan berbagai kegiatan
kerohanian yang dapat diikuti oleh semua orang atau umum, seperti KKR. Dilihat dari beberapa penerapan metode
penginjilan ini, biasanya metode penginjilan ini disertai dengan pengadaan
mujizat-mujizat. Namun walaupun
demikian, cara tersebut bukanlah syarat untuk melakukan penginjilan dengan
metode ini.
- Pelayanan media
Zaman yang semakin berubah membuat metode penginjilan juga semakin
berkembang. Tidak lagi hanya dengan
metode langsung, pribadi atau massal, saat ini penginjilan dapat juga dilakukan
dengan metode pelayanan media, baik melalui koran, majalah ataupun melalui
media elektronik.
- Pelayanan Sosial.
Penginjilan ini dapat dilakukan dengan cara mengadakan
berbagai kegiatan sosial di berbagai tempat, bisa dengan mengunjungi rumah
sakit, mengunjungi sekolah-sekolah, ataupun dengan cara memberi bantuan kepada
orang-orang yang terkena bencana alam. Maksud
utama dari metode penginjilan ini sendiri ialah menjadi jembatan untuk dapat
menunjukkan kasih Kristus kepada orang-orang yang belum mempercayai-Nya.
- PERSIAPAN ROHANI UNTUK
MENJADI PEMBERITA INJIL
Ada banyak tantangan
yang harus dihadapi oleh seorang pekabar Injil.
Salah satunya ialah pekabar Injil akan bertemu dengan orang-orang yang
memiliki masalah yang beraneka ragam pada saat melakukan penginjilan. Hal ini akan menyulitkan penginjil di dalam melakukan
pendekatan, karena hal ini mengharus penginjil mengetahui masalah yang dihadapi
oleh orang-orang tersebut sehingga dapat memutuskan cara pendekatan yang
tepat. Selain itu, pada saat melakukan
penginjilan, seorang penginjil akan mendapat perlawanan dari roh-roh
kegelapan. Oleh sebab itu, sebelum
melakukan penginjilan, orang-orang percaya harus mempersiapkan beberapa hal
yang dapat menolongnya di dalam melakukan pekabaran Injil. Beberapa hal tersebut, ialah:
·
Kelahiran baru
Sebelum melakukan pekabaran Injil yang berisikan berita keselamatan kepada
orang lain, orang-orang percaya harus
terlebih dahulu mengalami keselamatan itu.
Di dalam Injil Yohanes dituliskan satu pernyataan Yesus yang diklaim
sebagai kunci untuk memperoleh keselamatan, yakni kelahiran baru (Yohanes
3:3,5). Lahir baru merupakan keadaan
manusia batiniah, ini berbeda dengan keadaan fisik. Kepercayaan manusia kepada Kristus tidak
cukup hanya diakui melalui keadaan fisik, akan tetapi perlu diakui juga melalui
keadaan batiniah. Dengan kata lain, itu
tidak hanya diakui dengan perkataan namun juga harus diakui di dalam hati, yang
kemudian ditunjukkan di dalam bentuk tindakan.
Seseorang tidak dapat masuk kedalam kerajaan Allah tanpa memiliki
manusia batinyang diperoleh melaui kelahiran baru.[20]
·
Kemenangan terhadap godaan
Setelah orang menjadi percaya kepada Kristus, Ibilis akan mengupayakan berbagai
hal yang dapat menggoda orang-orang percaya tersebut jatuh dan kembali jauh
dari Kristus. Oleh karena itu,
orang-orang percaya dituntut untuk hidup suci dan sempurna di hadapan Allah
(Matius 5:8; 5:48; Roma 6:6). Keadaan
para pekabar Injil yang berhasil melakukan hal ini akan menjadi kesaksian yang
membuat orang-orang menjadi percaya dan menjadi kokoh di dalam mempertahankan
iman mereka kepada Kristus
·
Yakin terhadap kuasa Roh Kudus
Para pekabar Injil adalah orang-orang percaya yang sedang menjalankan tugas
dari Yesus Kristus sendiri, yakni memberikan kesaksian mengenai Kristus kepada
semua orang (Matius 28:19-20).
Orang-orang percaya melakukan tugas ini setelah mereka mendapat kuasa
dari Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8; 2;38-39), yakni kuasa sebagai anak-anak
Allah. Kuasa ini diperoleh setelah
menerima Kristus dengan sungguh-sungguha (Yohanes 1:12). Kuasa itu bukanlah sesuatu yang harus
ditunggu-tunggu seperti rasul Petrus dan rasul Thomas, yang mana mereka
menunggu sampai Roh Kudus itu datang.
Saat ini Roh Kudus telah ada di dunia ini dan berdiam di dalam diri
anak-anak Allah. Oleh sebab itu, para
pekabar Injil harus terlebih dahulu yakin akan kuasa Allah di dalam dirinya,
yang akan menolongnya di dalam mengabarkan Injil tersebut.
·
Keyakinan yang
penuh
Maksudnya ialah orang-orang percaya harus sudah terlebih dahulu yakin
sepenuhnya kepada Injil yang akan disampaikan.
Oleh sebab itu, seorang pekabar Injil seharunya sudah mengalami Injil
dahulu sebelum memberitakan Injil.
Keyakinan yang dapat ditunjukkan kepada orang lain akan menjadikan
pekabaran Injil tersebut menjadi kesaksian.[21]
·
Pedang Roh
Efesus 6:17 menjelaskan bahwa pedang roh itu adalah firman Tuhan. Firman Tuhan adalah senjata orang-orang percaya
untuk melawan serangan dari roh-roh yang tidak dari Allah. Pada saat melakukan penginjilan, aka ada
perlawanan dari Iblis yang berusaha menggagalkan. Oleh sebab itu orang-orang percaya harus
memiliki pemahaman yang baik mengenai firman Allah, ini akan menolong
orang-orang percaya untuk menang di dalam melawan serangan-serang tersebut.
·
Berbuah
Maksud dari hal ini ialah orang-orang percaya harus dapat
mengahasilkan buah roh sebagaimana yang dicatat di dalam Galatia 5:22,23.
Buah yang ditunjukkan oleh orang-orang percaya melalui perkataan
dan tindakan merupakan bukti bahwa
seseorang tersebut merupakan murid Kristus. (Yohanes 15:1-7). Jonar di dalam bukunya mengatakan bahwa gaya
hidup dan kata-kata merupakan dua cara penginjilan yang dapat membuat kesaksian
menjadi kuat dan meberkati.[22] Jika buah yang dihasilkan oleh orang-orang
percaya ditunjukkan melalui kedua cara ini, maka ini akan memberikan dampak
yang sangat besar bagi pengnijilan yang sedang dilakukan.
- DISIPLIN ROHANI
Tidak cukup hanya mempersiapkan
diri dengan berbagai hal seperti yang ada di atas agar penginjilan berjalan
dengan baik. Orang-orang percaya juga
perlu melakukan beberapa hal sebagai tindakan penyerahan diri kepada Allah. Ini akan membawa orang-orang percaya kepada
hubungan yang sangat dekat dengan Allah dan membuat orang-orang percaya lebih
peka terhadap suara Allah. Beberapa hal
ini juga biasanya disebut dengan disiplin rohani. Adapun disiplin-disiplin rohani tersebut
ialah:
·
Berdoa.
Doa merupakan salah satu sarana yang dapat
membawa orang-orang percaya ke garis depan kehidupan rohani. Melalui doa yang sungguh-sungguh orang-orang
percaya akan merasakan perubahan di dalam hidupnya. Oleh sebab itu, untuk dapat dekat dengan
Allah dan dapat memiliki kehidupan rohani yang lebih baik, orang-orang percaya
harus memberi waktu untuk lebih dekat dengan Tuhan melalui doa. Berikanlah waktu-waktu tertentu pada
setiap hari untuk bersekutu dengan Tuhan.
Lakukan disiplin rohani sebagaimana yang diajarkan oleh Alkitab, yakni
seperti seorang anak yang datang kepada bapanya, yakni terbuka, jujur dan penuh
dengan kepercayaan.[23] Selain itu, dianjurkan supaya tidak
berele-tele di dalam berdoa.
·
Berpuasa
Disiplin rohani lainnya yang dapat
dilakukan oleh orang-orang percaya untuk menyerahkan diri kepada Allah ialah
disiplin puasa. Puasa adalah satu
tindakan yang diprakarsai oleh Allah, yang mana orang-orang percaya diharapkan
memusatkan hidupnya kepada Tuhan. Selain
itu, dengan berpuasa orang-orang percaya dapat tertolong untuk menjaga keseimbangan
hidup. Orang-orang percaya diharapkan
melakukan disiplin senbagai bukti penyerahan diri kepada Allah. Disiplin berpuasa yang dicata oleh
Alkitab ada beberapa jenis, diantaranya
ialah:
- Puasa Normal: Puasa ini adalah puasa yang mana
bertentangan dengan semua makanan bukan air. Salah satu contoh dari jenis puasa ini di
dalam Alkitab ialah puasa Yesus selama empat puluh hari (Lukas 4:2). Dari penjelasan teks ini, menunjukkan bahwa Yesus tidak
memakan semua makanan bukan dengan air.
- Puasa sebagian: Ini adalah jenis puasa yang
bertentangan dengan makanan-makanan tertentu. Salah satu contoh yang dapat dilihat di
dalam Alkitab ialah puasa Daniel.
Ia melakukan puasa dengan tidak mengkonsumsi makanan sedap seperti
daging dan anggur (Daniel 10:3) selama tiga minggur
- Puasa penuh: . Puasa ini adalah puasa yang
berpantangan dengan makanan dan air.
biasanya ini dilakukan sebagai suatu tindakan yang nekad pada saat
menghadapi suatu krisis. Salah
contoh dari puasa ini di dalam Alkitab ialah puasa Puasa Ester pada saat
banyasanya terancam (Ester 4:16).
Hal ini tidak dianjurkan jika tidak mendapat perintah langsung
dari Allah untuk melakukannya, dan jika melakukannya diharapkan tidak
melakukanya lebih dari tiga hari.
Karena ini dapat membahayakan kesehatan.
- Straregi
Penginjilan.
Ada beberapa strategi
yang dapat dilakukan oleh orang-orang percaya di dalam melakukan penginjilan,
yaitu:
- Persiapan
- Menentukan
sasaran penginjilan.
Sebagai persiapan awal,
seorang penginjil harus terlebih dahulu menentukan target yang mau
diinjili. Apakah orang-orang
terdekat/keluarga? Ataukah orang-orang yang ada di lingkungan masyarakat/kenal
tapi tidak dekat? Ataukah orang-orang yang sama sekali tidak pernah dikenal?
Ini adalah langkah yang dapat menolong penginjil untuk fokus mempersiapkan
hal-hal lain yang dapat mendukung penginjilan.
- Menentukan waktu,
tempat dan metode yang tepat.
Setelah menentukan
target, hal lain yang perlu disiapkan ialah waktu, tempat dan metode
penginjilan. Ini adalah persiapan yang
dapat mendorong penginjil lebih maksimal di dalam memafaatkan kesempatan yang
ada. Dengan ini, penginjil akan lebih
percaya diri untuk membangun komunikasi yang baik kepada orang yang akan
diinjili.
- Membentuk
kelompok kecil dan mengambil waktu untuk berpuasa dan berdoa khusus untuk
melakukan penginjilan.
Ini merupakan dua hal
penting yang harus dilakukan sebelum melakukan penginjilan. Tujuan dari kelompok kecil adalah supaya anggota
dari kelompok kecil tersebut dapat memberikan dukungan doa pada saat melakukan
penginjilan. Selain itu, keberadaan dari
kelompok kecil ini dapat juga menambah kepercayaan diri dari seorang
penginjil. Setelah adanya tim, alangkah
baiknya melakukan puasa dan doa sebelum melakukan penginjil, ini sebagai tanda
penyerahan diri kepada Tuhan. Sikap ini
menunjukkan bahwa penginjil meminta Roh Kudus untuk berkarya di dalam
penginjilan yang dilakukan.
- Mempersiapkan
beberapa pertanyaan yang dapat menjadi jembatan di dalam proses
penginjilan.
Setiap pertanyaan akan
mengurangi rasa grogi pada saat melakukan penginjilan.
- Pada saat
penginjilan.
- Mulailah
penginjilan dengan memberi salam.
Sikap pada saat memulai
penginjilan sangat menentukan sikap orang yang akan diinjili. Oleh sebab itu mulailah dengan memberikan
salam yang baik atau sikap yang ramah kepada target yang akan diinjili. Ini akan membuat pendekatan kepada target
menjadi lebih mudah.
- Berikan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong orang tersebut untuk terbuka.
Hampir semua orang sulit
untuk membuka diri terhadap orang lain, apalagi kepada orang asing yang tidak
pernah dikenal. Oleh karena itu, agar
orang yang diinjili mau membuka diri, mau menceritakan masalahnya, seseorang
harus mulai memberikan pertanyaan-pertanyaan yang secara tidak langsung
memancing orang yang diinjil untuk membuka diri. Keterbukaan dari seseorang ini akan menjadi
jembatan untuk menyampaikan Injil.
- Dengar dan
berikan perhatian.
Sikap selanjutnya yang
harus ditunjukkan oleh seorang penginjil ialah sikap mendengar dan memberikan
perhatian yang baik terhadap apa yang disampaikan oleh orang yang
diinjili. Ini akan menunjukkan bahwa
kepada orang tersebut bahwa penginjil tersebut serius dan dapat memberikan
solusi terhadap masalah yang ia alami.
- Berikan kesaksian
untuk meberikan solusi kepada orang tersebut.
Pengalaman atau kesaksian
hidup bersama dengan Allah akan merupakan solusi yang jarang didengar oleh
orang-orang yang tidak percaya. Ini
adalah solusi yang baru, yang dapat memberi semangant dan minat yang baiik
kepada orang yang diinjili.
- Mulai beritakan
Yesus dan karya keselamatan-Nya.
Sampaikan Injil dengan
lebih jelas, sehingga orang-orang yang diinjili lebih mamahami bahwa Yesuslah
yang menjadi solusi utama dari semua persoalan yang selama ini dihadapinya
- Penutup.
- Berdoa bersama.
Setelah melakukan
penginjilan, jangan lupa mengajak orang yang diinjili untuk berdoa. Ini dapat meneguhkan Injil yang telah
diberitakan kepada orang yang diinjili.
- Berikan Alkitab,
traktat atau bacaaan lainnya yang bisa digunakan untuk mendukung
penginjilan.
- Minta nomor hp
atau media lainnya untuk dapat berkomunikasi kembali.
Melalui ini penginjil bisa terus membangun hubungan yang baik kepada seseorang yang telah diinjili.
Daftar
Pustaka
Buku
J. Foster, Richard.
tertib rohani: Sudahkah anda menapakinya? Malang: Gandum Mas, 1996.
Halim, Makmur. Model-model penginjilan Yesus: Suatu penerapan
masa kini. Malang: Gandum Mas, tt.
T.H Situmorang, Johar. Strategi
misi Paulus. Yogyakarta:Andi, 2020.
Tomatala, Yakob. Penginjilan
masa kini: jilid 2. Malang: Gandum mas,
1998.
Tomatala, Yakob. Penginjilan
masa kini: jilid 1. Malang: Gandum mas,
2002.
Tong, Stephen. Teologi penginjilan. Jakarta: Lembaga reformed Injili Indonesia,
2004.
Jurnal
Gernaida Krisna R.
Pakpahan, “Karakteristik Misi Keluarga dalam Perspektif Perjanjian Lama” Vox Dai Jurnal Teologi & Pastoral 2,
no. 1 (Juni 2020): 22.
Kalis Stevanus, “Karya
Kristus Sebagai Dasar Penginjilan di Dunia Non-Kristen”, Fidei: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika Vol.3, no. No.1 (Juni 2020.): 1-19.
Internet
Bonnarty
Steven Silalahi,
“5 hal wajib di dalam penginjilan).” Artikel on-line. dikutip dari https://medium.com/yesheisindonesia/5-hal-wajib-dalam-penginjilan-fdf69e685cfa;
Internet. diakses pada 12 Februari 2021.
D. W. Ellis, “Metode
mengabarkan Injil-Secara Pribadi (MIP).” Artikel on-line. Dikutip dari https://misi.sabda.org/metode_mengabarkan_injil_secara_pribadi_mip;
Internet. Diakses pada 10 Februari 2021.
[1] Kalis Stevanus, “Karya
Kristus Sebagai Dasar Penginjilan di Dunia Non-Kristen”, Fidei: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika Vol.3, no. No.1 (Juni 2020.): 1-19.
[2] Theological Dictionary of the Testament, Volume 1, s.v. “ἄπιστος” oleh R. Bultmann, 267.
[3] Yakob Tomatala,
Penginjilan masa kini: jilid 2 (Malang: Gandum mas, 1998), 21.
[4] Yakob Tomatala,
Penginjilan masa kini: jilid 1 (Malang: Gandum mas, 2002), 24.
[5] Tomatala Jilid 1, 4.
[6] Ibid, 5.
[7] Ibid.
[8] Ibid, 11.
[9] Gernaida Krisna R.
Pakpahan, “Karakteristik Misi Keluarga dalam Perspektif Perjanjian Lama” Vox Dai Jurnal Teologi & Pastoral 2,
no. 1 (Juni 2020): 22.
[10] Tomatala, Jilid 1, 24.
[11] Tomatala: Jilid 1, 26.
[12] Ibid.
[13] Tomatala, Jilid 1, 24.
[14] Kalis Stevanus, “Karya
Kristus Sebagai Dasar Penginjilan di Dunia Non-Kristen”, Fidei: Jurnal Teologi
Sistematika dan Praktika Vol.3, no. No.1 (Juni 2020.): 1-19.
[16] Stephen Tong, Teologi
penginjilan (Jakarta: Lembaga reformed Injili Indonesia, 2004), 40
[17] Makmur Halim, Model-model penginjilan Yesus:
Suatu penerapan masa kini (Malang: Gandum Mas, tt), 45.
[18] D. W. Ellis, “Metode
mengabarkan Injil-Secara Pribadi (MIP).” [artikel on-line]; dikutip dari https://misi.sabda.org/metode_mengabarkan_injil_secara_pribadi_mip;
Internet; diakses pada 10 Februari 2021.
[19] Ibid.
[20] Makmur Halim, 202.
[21] Bonnarty
Steven Silalahi, “5 hal wajib di dalam penginjilan).” [artikel
on-line]; dikutip dari https://medium.com/yesheisindonesia/5-hal-wajib-dalam-penginjilan-fdf69e685cfa;
Internet; diakses pada 12 Februari 2021.
[22] Johar T.H Situmorang,
Strategi misi Paulus (Yogyakarta:Andi, 2020), 199.
[23] Richard J. Foster, tertib rohani: Sudahkah
anda menapakinya? (Malang: Gandnum Mas, 1996), 54.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.