Definisi Formasi Spritual
1. Menurut Lynn E. Saaman dan Dunnam, formasi rohani adalah proses dinamis di mana orang-orang menerima Yesus Kristus dengan iman dan menerapkannya ke dalam disiplin perilaku yang menunjukkan keteladanan Kristus.[1]
Pembentukan Karakter (Spritual Formation)
2. Jeffrey P. Greenman mengatakan bahwa formasi spiritual adalah tanggapan berkelanjutan kita terhadap realitas kasih karunia Allah yang membentuk kita menjadi serupa dengan Kristus melalui karya Roh Kudus.[2]
3. Henry Nouwen mengatakan bahwa formasi spritual bukanlah langkah-langkah di dalam proses menuju kepada kesempurnaan, akan tetapi merupakan satu gerakan dari pikiran ke hati melalui doa dalam berbagai bentuk untuk menyatukan kembali kita kepada Tuhan.[3]
Dari beberapa pandangan tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa formasi Rohani adalah Proses perubahan atau pertumbuhan rohani yang terjadi di dalam diri seseorang. Proses pertumbuhan yang baik ditunjukkan oleh sikap hidup orang-orang percaya yang semakin menunjukkan keteladanan dari Tuhan Yesus Kristus. Proses pertumbuhan ini biasanya digerakan oleh pikiran dan hati yang mengarahkan kehidupan kepada penyatuan diri dengan Allah. Dengan kata lain, setiap orang yang ingin mengalami pertumbuhan kerohanian harus mempersiapkan hati dan pikiran seperti yang dikehendaki oleh Allah.
Prinsip-prinsip formasi Spritual
Formasi spiritual merupakan hal yang sangat penting dan harus dialami oleh setiap orang yang percaya. Oleh karena itu didalam mencapai formasi kerohanian atau pertumbuhan rohani yang baik, orang-orang percaya harus memperhatikan beberapa prinsip:
Memiliki hubungan yang intim dengan Allah
Manusia adalah ciptaan yang memiliki berbagai kelemahan yang seharusnya bergantung kepada pribadi yang sempurna, yakni kepada Allah. Secara khusus, orang-orang percaya sudah seharusnya menyadari hal ini dan menerapkannya. Dengan kata lain, orang-orang percaya atau orang-orang yang telah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan seharusnya menggantungkan seluruh hidupnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Dengan menerapkan hal demikian, orang-orang percaya akan dibawa kepada kepada tujuan Allah.
Kebergantungan manusia kepada Allah pada dasarnya merujuk kepada hubungan yang intim atau yang sangat dekat dengan Allah. Menurut Dallas Willard, Allah menciptakan manusia agar manusia mengalami persahabatan yang intim dengan diri-Nya sendiri baik sekarang maupun selama-lamanya.[4] Hal ini juga tertulis di dalam beberapa teks Alkitab, seperti di dalam kitab Keluaran 29:43-46, 33:11; Mazmur 23; Yesaya 41:8; Yohanes 15:14; Ibrani 13:5-6. Pentingnya memiliki hubungan yang intim dengan Allah juga telah telah ditunjukkan oleh Yesus Kristus sendiri. Bill Hull mengatakan bahwa Yesus telah meneladankan hubungan yang intim dan mendasar dengan Allah melalui cara berkomunikasi terus menerus dengan Allah.[5] Hal ini menunjukkan bahwa hubungan yang intim dengan Allah dapat dilakukan dengan menjaga komunikasi dengan Allah melalui berbagai hal. Selain kedua tokoh diatas hal, J.H Gondowijoyo juga mengatakan bahwa tujuan utama Allah menciptakan manusia ialah supaya manusia bersekutu atau berhubungan secara intim dengan Dia.[6] Dengan semua itu, dapat disimpulkan bahwa salah satu prinsip yang harus dipegang oleh orang-orang percaya di dalam mencapai kedewasaan rohani ialah memiliki hubungan yang intim dengan Allah.
Semakin serupa dengan Kristus
Prinsip lain yang harus dipegang oleh orang-orang percaya di dalam mencapai kedewasaan kerohanian ialah semakin serupa dengan Kristus. Perlu diingat kembali bahwa manusia diciptakan oleh Allah menurut gambar-Nya (Kej 1:27). Akan tetapi iblis yang telah menanamkan dosa ke dalam diri manusia telah membuat pendangan manusia rusak terhadap gambar dirinya.[7] Rusaknya pandangan manusia terhadap gambar dirinya ini yang kemudian membuat manusia sulit untuk mencapai kedewasaan Rohani.Oleh karena hal tersebut, untuk dapat mencapai kedewasaan Rohani, orang-orang percaya harus memiliki pemahaman yang benar mengenai gambar diri. Orang-orang percaya harus memahami bahwa pengorbanan Yesus di kayu salib tidak hanya memulihkan hubungan manusia dengan Allah, namun juga memulihkan gambar diri Allah yang ada di dalam diri manusia.[8] Dengan memahami hal ini, orang-orang percaya akan dapat memahami bahwa kehidupannya telah dilayakkan oleh Kristus dihadapan Allah. Dengan demikian orang-orang percaya akan dapat tetap berfokus kepada tujuan Allah.
3. Melakukan pekerjaan Allah
Kisah para rasul 2:36 “Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus.” Ini adalah salah satu kalimat yang disampaikan oleh rasul Petrus di dalam khotbah yang ia bawakan dihadapan banyak orang. Kalimat ini menunjukkan bahwa salah satu atribut yang melekat pada diriYesus Kristus ialah sebagai Tuhan. Jhon Stott mengatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus merupakan orang-orang yang telah membawa seluruh hidupnya dibawah kedauatan Tuhan Yesus.[9] Dengan kata lain, orang-orang percaya memahami bahwa Yesus adalah Tuhan yang berdaulat atas segala yang ada.Pemahaman yang benar mengenai kedaulatan Tuhan Yesus Kristus akan mendorong orang-orang percaya untuk tetap taat terhadap segala perintah yang Allah kehendaki. Sikap yang taat ini kemudian yang akan membawa orang-orang percaya kepada pertumbuhan Rohani.
Disiplin-disiplin rohani
Tidak jarang ada orang-orang percaya yang putus asa setelah menyadari bahwa diri mereka tidak mengalami pertumbuhan Rohani. Hal ini biasanya dikarenakan adanya pemahaman yang salah mengenai formasi spiritual atau pertumbuhan Rohani. Formasi atau pertumbuhan spiritual biasanya dipahami sebagai hasil dari upaya manusia. Padahal pada faktanya, pertumbuhan spiritual atau rohani merupakan bagian dari pekerjaan Allah. Kesempatan untuk menjadi seperti Kristus merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada setiap manusia. Namun walaupun demikian, ini tidak boleh dijadikan sebagai suatu alasan untuk tidak mengerjakan apa-apa. hal ini dikarenakan, Allah juga telah memberikan disiplin-displin kehidupan rohani sebagai upaya untuk menerima anugerah Allah. Disiplin-displin ini yang akan membawa kita tepat dihadapan Allah sehingga hidup kita dipulihkan.Rasul Paulus berkata, “sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barang siapa menabur dalam roh, ia akan menua hidup yang kekal dari roh itu” (Galatia 6:8). Sama hal nya seperti seorang petani, ia tidak berkuasa untuk menumbuhkan gandum, ia hanya bisa mempersiapkan keadaan yang baik bagi pertumbuhan gandum tersebut. Setelah ia menaburkan benih, maka selanjutnya dengan kekuatan alami, benih itu akan tumbuh. Demikian juga disiplin rohani, disiplin rohani merupakan upaya Allah untuk menaburkan kita di tanah yang akan dikerjakan oleh Allah. Disiplin rohani tidak dapat mengerjakan apa-apa, namun dapat membawa kita ke tempat dimana Allah dapat kerjakan. Dengan kata lain, displin rohani merupakan sarana dari anugerah Allah.
Dispilin merupakan sesuatu yang baik, karena melaluinya kita dapat menerima kelimpahan dari Allah. Namun walaupun demikian, bukan hal yang mustahil untuk mengubah hal ini menjadi hukum yang dapat membunuh jiwa. Disiplin yang terikat pada hukum akan menyebabkan kematian.
Hal ini dapat kita nilai melalui pengajaran dari Yesus yang meminta orang-orang percaya untuk memiliki kebenaran melebihi kebenaran yang dimiliki oleh ahli-ahli taurat dan orang-orang farisi (Mat 5:20). Kita harus menerima bahwa kebenaran dari orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat bukanlah hal yang kecil. Mereka adalah sekelompok orang yang mengabdikan seluruh kehidupan untuk melayani Allah. Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan berbagai disiplin rohani. Bahkan dibanding dengan orang-orang percaya yang ada pada masa kini, orang-orang farisi dan ahli taurat jauh lebih mampu melakukan berbagai disiplin kerohanian. Namun walaupun demikian, Yesus masih menilai bahwa kebenaran yang mereka miliki tersebut belum cukup. Hal ini dikarenakan kebenaran mereka tersebut dipengaruhi oleh faktor yang mengutamakan hal-hal lahiriah. Kemampuan mereka di dalam melakukan disiplin-disiplin rohani tersebut diperuntukkan untuk hal-hal lahiriah atau untuk kepentingan kedagingan buakn untuk Allah. Di dalam menjalakan kebenaran mereka tersebut, orang-orang farisi dan ahli-ahli hukum taurat sering mempergunakannya untuk memanipulasi orang lain. Oleh karena itu, melalui pengajaran dari Yesus Kristus tersebut perlu dipahami bahwa orang-orang percaya harus dapat mempergunakan kebenaran yang dihasilkan oleh Allah untuk menyatakan pekerjaan Allah.
Agar dapat memiliki kehidupan rohani yang sesuai dengan kehendak Allah dan dapat menjadi berkat bagi diri kita dan bagi diri orang lain, kita harus dapat mencapai tempat dimana kita dapat menanggalkan segala sesuatu yang dapat mendorong kita untuk mengatur kehidupan orang lain. Sikap yang ingin mengatur diri orang lain merupakan bentuk dari perubahan disiplin rohani yang menjadi hukum. Kemampuan disiplin rohani sering dijadikan sebagai standar di dalam menilai orang lain. Ini adalah masalah besar yang sering sekali tidak disadari oleh orang-orang percaya pada saat menjalankan disiplin-disiplin rohani. Oleh karena itu, jika kita sungguh-sungguh percaya bahwa pembaharuan batiniah merupakan pekerjaan Allah, maka kita seharusnya menghentikan sikap yang ingin memperbaiki diri orang lain.
A. Disiplin Batiniah
1. Disiplin Bermeditasi
Perlu disadari bahwa alam semesta ini jauh lebih besar daripada apa yang kita ketahui selama ini, masih banyak hal di alam semesta ini yang belum diketahui atau belum tersentuh oleh fisik. Inilah alasan mengapa banyak tokoh yang membahas mengenai hal meditasi. Hal ini disampaikan untuk memberi pehaman yang benar mengenai kenyataan yang ada di alam semesta ini. Mereka ingin memberi tahu mengenai kemungkinan-kemungkinan yang mengherankan di dalam memperoleh kebebasan hidup.a. Meditasi di dalam Alkitab:
Kata meditasi bukanlah sesuatu yang asing. Karena hal ini telah dituliskan di dalam beberapa teks Alkitab. Beberapa diantaranya ada di dalam teks:
1. Kejadian 24:63, “Menjelang senja Ishak sedang keluar untuk berjalan-jalan (bermeditasi, versi King James) di padang.”
2. Mazmur 63:7, “Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam.”
3. Mazmur 119:148, “Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan janjin-Mu.”
4. Mazmur 1:2, “tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN , dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.”
Melihat perkembangan meditasi di dalam sejarah telah mendorong orang-orang dari abad ke abad untuk mengartikan meditasi sebagai cara untuk mendengarkan Allah atau cara untuk berkomunikasi dengan Allah ataupun sebagai cara untuk mengalami kasih yang daripada Allah.
b. Perbedaan meditasi Kristen dan meditasi Timur Kuno.
Sering sekali orang-orang salah paham dengan meditasi. Beberapa orang memandang meditasi sebagai salah satu kebiasaan dari orang-orang Timur di dalam menjalankan agamanya. Sangat jarang orang-orang mau menerima meditasi sebagai salah satu disiplin Kristen yang sudah dilakukan oleh orang-orang percaya terdahulu. Keadaan yang seperti ini adalah satu masalah yang sangat menyedihkan. Perlu dipahami bahwa meditasi adalah salah satu bagian utama dari ibadah kristiani, ini adalah salah hal yang harus dilakukan sebagai persiapan di dalam melakukan doa.
Beberapa peberdaan dari meditasi Kristen dan meditasi Timur Kuno:
Meditasi Kristen
Meditasi Timur Kuno
1. Satu tindakan yang dilakukan untuk merenungkan perbuatan Allah.
2. Dilanjutkan dengan tindakan membagun hubungan yang baik dengan Allah.
1. Satu gagasan untuk melepaskan diri.
2. Hanya berhenti pada tindakan mengosongkan pikiran dari dunia.
v Pada masa kini, meditasi bangsa timur ini dapat dilihat pada kegiatan Yoga atau TM dan Zen.
Beberapa penjelasan mengenai perbedaan antara kedua meditasi ini harus dipahami dengan benar. Karena kesalahpahaman terhadap kedua meditasi ini dapat membahayakan orang-orang yang melakukannya. Sama seperti yang disampaikan oleh Yesus mengenai seseorang yang telah mengosongkan dirinya dari roh jahat. Karena tidak dipenuhi dengan baik, roh jahat itu kembali ke tubuh orang itu dengan mengajak tujuh roh yang lebih jahat, yang menyebabkan keadaan orang itu lebih buruk dari keadaan yang semula. Jika meditasi tidak dipahami dengan benar dan disejajarkan dengan meditasi Timur tengah, maka bahaya yang sama akan dihadapi oleh orang-orang percaya.
Banyak orang yang masih takut menerapkan hal ini meskipun telah memahami arti dan tujuan dari meditasi Kristen. Hal ini biasanya dikarenakan beberapa alasan,
1. Merasa tidak mampu untuk melakukannya. Banyak orang Kristen yang berpikir bahwa alangkah baiknya hal ini dilakukan oleh orang-orang yang sudah ahli atau yang memiliki waktu untuk melakukannya. Harus dipahami bahwa hal ini sama sekali tidak benar, karena pada faktanya sebagian orang yang sudah terlihat ahli dalam melakukannya memiliki pandangan yang menyepelehkan kegunaan dari meditasi itu sendiri. Tidak seperti apa yang dipikirkan oleh orang-orang yang berjuang untuk melakukannya.
2. Takut menjadi orang yang asketis, yang keras, berlagak suci dan lupa akan pekerjaan Allah yang memampukan. Ini adalah alasan yang salah, karena pada dasarnya meditasi bertujuan untuk membawa kembali kehidupan kepada cara yang tepat sehingga menjadi lebih sanggup di dalam menghadapi segala sesuatu.
Bagi yang masih merasa asing dengan kata meditasi di dalam kekristenan dan yang masih sulit untuk menerimanya, sebaiknya mulai untuk melakukannya. Tindakan dari beberapa orang yang menolak dunia roh tanpa menyelidiki terlebih dahulu merupakan tindakan yang tidak tepat. Tindakan yang tepat pada dasarnya didahului oleh suatu penyelidikan. Hal ini sama seperti penelitian ilmiah lainnya, sebelum penelitian sudah ada hipotesa yang kebenarannya akan diketahui setelah adanya tindakan meneliti atau penelitian yang benar-benar dapat diterima. Medita. Mungkin di dalam melakukannya akan ada berbagai masalah atau kegagalan, namun hal ini tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk berhenti melakukannya. Di dalam melakukan meditasi perlu ada ketekunan sehingga dapat merasakan manfaat dari meditasi itu sendiri.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan meditasi.
· Hal pertama ialah memiliki kerinduan terhadap suara Allah.
Satu kebiasaan buruk yang berkembang di dalam diri sebagian orang ialah lebih suka mendengar suara Allah dari orang kedua dibanding mendegarkan secara langsung. Hal ini juga yang digambarkan di dalam Keluaran 20;19, di dalam teks tersebut dituliskan mengenai pernyataan umat Israel yang hanya mau menerima suara Allah dari Musa, mereka sangat takut jika mereka mendengarkannya secara langsung. Hal yang sama juga ditunjukkan di dalam teks 1 Samuel 8:7, yang mana pada teks tersebut mengisahkan tindakan umat Israel yang meminta sosok seorang raja. Umat yang sebelumnya dipimpin secara langsung oleh Allah berubah menjadi kepemimpinan yang tidak langsung (melalui seorang raja) oleh karena keinginan umat itu sendiri. Ini adalah kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan bahwa secara tidak sadar sebagian orang tidak memiliki keinginan atau kerinduan untuk terhubung secara langsung dengan Allah.
Hal kedua yang harus diperhatikan ialah persiapanan untuk melakukan meditasi. Cara yang tepat untuk mempelajari meditasi ialah dengan cara bermeditasi. Buku atau nasihat-nasihat hanyalah penolong untuk mempraktekan meditasi, sama halnya dengan apa yang dituangkan pada bagian selanjutnya dari buku ini. Pada halaman berikutnya terdapat langkah-langkah untuk melakukan meditasi, ini adalah contoh-contoh yang dapat mengarahkan orang ke dalam dunia batin. Petunjuk yang dituangkan ke dalam buku atau yang berupa nasihat tersebut bukanlah hukum yang dapat membatasi seseorang untuk dapat melakukan meditasi. Dengan kata lain, buku atau nasihat bukanlah satu-satunya jalan untuk dapat melakukan meditasi. Beberapa hal yang harus dipersiapkan ialah: 1. Menyisihkan atau menentukan waktu khusus, 2. Menentukan tempat yang tepat atau tempat yang tenang, yang jauh dari berbagai keributan atau yang jauh dari gangguan, 3. Menjauhkan handpon atau alat-alat yang memungkinkan dapat memberi gangguan pada saat bermeditasi, 4. Sikap badan yang dapat memberi kenyamanan.
c. Langkah-langkah bermeditasi
Langkah pertama ialah dengan berimajinasi atau melalui mimpi. Pada masa kini ada banyak orang yang gagal menghargai kekuatan imajinasi yang begitu hebat. Imajinasi pada dasarnya lebih kuat dari pikiran yang telah dirancang dan lebih kuat dari kemauan. Hal ini juga pernah diajarkan oleh Yesus Kristus, dengan menantang imajinasi dan pancaindra kita.
Mencatat setiap mimpi atau imajinasi yang dialami. Dengan melakukan hal ini kita akan mendapatkan berbagai wawasan yang pada akhirnya membuat kita dapat membedakan antara mimpi yang penting dan mimpi yang dikarenakan nonton TV.
Setelah itu, hal praktis terakhir yang mesti dilakukan ialah mengetahui tafsiran mimpi. Hal ini dapat dilakukan dengan memohon kepada Allah
Bagi pemula atau orang-orang yang baru akan memulai bermeditasi, ada beberapa latihan khusus yang harus dilakukan. Sama halnya dengan memanjat puncak Everest, sebelum dapat sampai ke puncak gunung tersebut, harus berlatih dulu pada beberapa pergunungan yang lebih rendah. Oleh sebab itu, sangat disaranin untuk melakukan meditasi di awal dengan durasi waktu yang relative singkat, yakni antara 10 atau 15 menit. Waktu yang singkat ini harus dipergunakan untuk latihan memusatkan diri.
Berikut dua macam contoh latihan singkat di dalam memusatkan diri yang dianjurkan.
Telapak tangan ke bawah dan telapak tangan ke atas.
Arahkan telapak tangan kebawah sebagai simbol dari penyerahan seluruh hidup kepada Tuhan. Pada saat melakukan hal ini, kita juga dituntut untuk menyatakan penyerahan kita melalui doa. Setelah melakukan kedua hal tersebut, balikkan tangan. Hal ini dilakukan sebagai simbol keinginan untuk menerima sesuatu dari Tuhan. Sama hal nya pada saat mengarahkan tangan ke bawah, pada saat melakukan hal ini kita juga dituntut untuk menyatakan bahwa kita siap menerima sesuatu dari Tuhan.
Tarik dan hembuskan nafas.
Contoh latihan kedua yang dapat dilakukan untuk memusatkan diri ialah dengan tarikan dan hembusan nafas. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan di dalam melakukannya. Yang pertama, setelah duduk pada posisi yang kira-kira memberi kenyamanan, kita didorong untuk menghembuskan nafas secara perlahan bersamaan dengan doa. Setelah melakukan beberapa latihan tersebut, tutuplah meditasi dengan pernyataaan syukur.
Jika kita menyadari bahwa latihan singkat ini telah bisa kita lakukan, maka alangkah baiknya kita mencoba melakukan dengan durasi waktu yang lebih lama dari yang sebelumnya dan dengan cara yang lebih luas. Tambahkan 10 menit dari waktu yang sebelumnya, sehingga dengan waktu yang lebih lama tersebut kita dapat menambahkan satu hal penting lainnya. Kita bisa melakukannya dengan mengingat semua ciptaan Allah sebagai sarana bagi kita untuk mempermuliakan Allah. Apabila cara ini juga dinilai sanggup untuk dilakukan, maka alangkah baiknya kita menambahkan waktunya dan menambah kegiatan dengan merenungkan firman Tuhan. Firman Tuhan adalah acuan yang utama, yang dapat menuntun kepada tindakan-tindakan yang benar di dalam melakukan meditasi.
Disiplin Doa
Doa adalah salah satu sarana yang dapat membawa kita kepada garis terdepan dari kehidupan rohani. Hal ini jelas berbeda dengan beberapa disiplin rohani lainnya. Jika meditasi adalah disiplin yang dapat membawa kita kepada pemahaman kehidupan batiniah kita yang disertai dengan disiplin puasa, maka doa adalah disiplin yang dapat membawa kita masuk kepada pekerjaan roh manusia yang tertinggi dan terdalam. Doa yang sungguh-sungguh dapat mengubah kehidupan seseorang. Wiliam Carey mengatakan bahwah doa-doa yang rahasia, yang sungguh-sungguh dan penuh percaya adalah sumber kesalehan pribadi. Doa yang dapat mengubahkan kehidupan seseorang bukanlah doa yang biasa saja, namun doa yang sungguh-sungguh. Hal ini juga dituliskan oleh Paulus di dalam teks Yakobus 4:3, di dalam teks tersebut Paulus menjelaskan bahwa ada doa yang salah yang tidak dapat memberi apa-apa kepada seseorang tersebut. Kesungguhan seseorang di dalam melakukan doa ditunjukkan oleh motivasinya di dalam melakukan doa. Orang yang sungguh-sungguh berdoa pada dasarnya memiliki motivasi ingin memiliki hubungan yang dekat dengan Allah dan menjadikan doa sebagai kehiduapannya, Sedangakan yang tidak sungguh-sungguh memiliki motivasi untuk memenuhi setiap keinginan hawa nafsu.Salah satu cara paling utama yang dipakai oleh Allah untuk mengubah kehidupan seseorang adalah melalui doa. Setiap orang yang ingin hidupnya diubahkan haruslah membangun hubungan yang baik dengan Allah melalui doa. Dengan kata lain, orang yang hidupnya tidak mau diubahkan selalu diidentik dengan kehidupan yang jauh dari doa. Melalui doa setiap orang akan mengalami hubungan yang semakin dekat dengan Allah. Hubungan yang demikian akan membuat seseorang memahami kebutuhanya dan semakin ingin menjadi serupa dengan Kristus.
Beberapa teladan yang menjadikan doa sebagai gaya hidup:
Yesus ialah gaya hidup-Nya yang bergaul dengan Allah. Hal ini ditunjukkan oleh Yesus melalui gaya hidup yang tidak meninggalkan doa. Di dalam Markus 1:35 dijelaskan bagaiman Tuhan Yesus menganggap doa sebagai satu cara hidup yang penting untuk dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa doa adalah gaya hidup orang-orang yang ingin bergaul dengan Allah. 2.
Martin Luther mengatakan “Urusan saya begitu banyak sehingga setiap hari saya harus berdoa selama tiga jam. Martin tampaknya menilai bahwa doa yang baik sama artinya denga belajar dengan baik.
Jhon Lesley juga mengatakan “Allah tidak melakukan apa-apa kecuali sebagai jawaban atas doa.” Lesley dinilai selalu mengambil waktu selama dua jam untuk berdoa.
Selain beberapa tokoh tersebut, masih ada banyak lagi tokoh yang memiliki waktu doa secara khusus kepada Allah setiap harinya.
Bukanlah hal yang mudah untuk dapat menjadi salah satu dari para pahlawan iman yang berhasil membangun kehidupan yang akrab dengan Allah melalui doa. Ada banyak tantangan yang akan dialami oleh setiap orang yang memulai untuk mendisiplinkan hidup di dalam doa. Tidak jarang tantangan-tantangan ini membuat oran-orang berputus asa di dalam melakukan doa. Oleh karena itu, jangan berfokus dengan setiap tantangan yang ada, namun ingatlah bahwa Allah selalu mau menemui kita dan membawa kita kepada perkara yang lebih dalam. Ingat bahwa setiap orang yang percaya kepada Yesus Kristus adalah teman sekerja Kristus, yang berarti bahwa kita bekerja dengan Allah. Allah akan menolong orang-orang yang bekerja dengan Dia. Dengan bekerja dengan Allah, berarti kita sedang menentukan masa depan. Dengan begitu, doa yang sungguh-sungguh akan membuat orang-orang percaya mengukir sejarah hidup yang baik, yang dapat mengubah dunia.
Belajar berdoa.
Doa juga merupakan suatu subjek yang begitu luas dan beraneka tahap yang tidak dapat dibahas pada satu tahap. Oleh karena itu untuk dapat memahami doa dengan baik, perlu bagi seseorang untuk belajar dari berbagai sumber dan mencari pengalam an sebanyak-banyaknya. Pada bagian ini yang akan dibahas ialah mengenai cara bagaimana berdoa bagi orang lain dengan keberhasilan rohani.
Tidak jarang ada orang-orang yang menyadari bahwa diri mereka telah berdoa dengan sungguh-sungguh, namun kebanyakan dari doa mereka tersebut masih tidak terjawab atau dapat dikatakan sebagai doa yang gagal. Harus disadari bahwa kegagalan ini terjadi bukan tanpa alasan, banyak orang yang menilai doa mereka telah sungguh-sungguh namun tidak menyadari bahwa dibalik kesungguh-sungguhan tersebut masih terdapat banyak kegagalan. Doa yang sungguh-sungguh adalah doa yang melibatkan proses belajar. Setiap orang yang mau doanya terjawab harus mengkoreksi setiap doa yang pernah dinilai gagal berdasarkan apa yang disampaikan oleh Alkitab. Inilah yang disebut sebagai proses belajar.
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipelajari pada saat mendoakan orang lain.
Berdoa dengan penuh keyakinan.
Salah satu yang harus dipelajari dari doa-doa Yesus ialah, Ia mengakhiri doa-Nya dengan peYesus berdoa untuk orang lain, Ia tidak pernah mengakhiri doa-Nya tersebut dengan berkata “jika ini kehendak-Mu.” Hal ini juga yang dipraktekan oleh para rasul dan nabi ketika berdoa bagi orang lain. Hal ini didorong oleh pemahaman mereka terhadap kehendak Allah sebelum mereka mengucapkan setiap doa mereka dengan iman. Roh Kudus yang memenuhi mereka membuat mereka memahami kehendak Allah, sehingga ketika mereka ada pada keadaan yang khusus, mereka mengetahui apa yang harus mereka lakukan. Banyak dari mereka melakukan doa mereka dengan tegas dan penuh wibawa yang akhirnya membuat doa mereka tersebut berbentuk perintah. Doa yang diperuntukkan bagi orang lain tidak boleh dilakukan dengan ragu-ragu.
Memusatkan hati dan pikiran kepada Allah.
Salah satu aspek yang paling kritis di dalam belajar berdoa bagi orang lain adalah membangnun hubungan yang dekat dengan Allah sehingga kuasa dan hidup-Nya dapat tersalur melalui kita kepada diri orang lain. Tidak jarang ada orang yang mengatakan bahwa telah terhubung dengan Allah namun tidak juga merasakan apa-apa. Perlu dipahami bahwa hubungan yang dekat dengan Allah adalah hubungan yang mana pikiran dan hati berpusat kepada Allah. Seseorang yang memiliki hubungan dengan Allah akan lebih peka terhadap kehendak Allah oleh karena hati dan pikirannya dekat dengan Allah.
Memohon bimbingan Allah.
Meditasi dilakukan untuk mempersiapkan seseorang di dalam melakukan doa syafaat. Doa syafaat yang juga dipahami sebagai doa iman menuntut seseorang untuk memohon bimbingan yang terus menerus kepada Bapa. Oleh karena itu seseorang perlu mendengar, mengetahui, dan menaati kehendak Allah sebelum berdoa kepada Allah bagi orang lain. Doa memohon bimbingan selalu mendahului dan mengelilingi doa iman. Jadi titik awal untuk melakukan doa bagi orang lain ialah dengan mendengarkan agar memperoleh bimbingan dari Allah. Dengan mendengarkan seseorang akan dapat memahami proses doa yang sebenarnya. Melalui sikap yang ingin mendengarkan bimbingan Tuhan akan mendorong seseorang untuk melatih diri dengan mendoakan hal-hal yang lebih kecil sebelum mendoakan hal-hal yang lebih besar. Pengalaman-pengalaman doa seseorang di dalam hal-hal kecil akan mengajari seseorang bagaimana ia harus berdoa di dalam hal-hal yang lebih besar.
Tidak takut mendoakan hal-hal tertentu.
Sering kali sebagian orang takut untuk berdoa bagi hal-hal tertentu. Hal inilah yang harus disingkirkan, karena Alkitab juga menjelaskan bahwa mujizat yang besar dapat terjadi hanya dengan iman yang sebesar biji sesawi. Pada dasarnya ketakutan seseorang di dalam mendoakan sesuatu tidak menunjukkan adanya iman yang cukup pada diri seseorang tersebut di dalam melakukan doa.
Menunjukkan belas kasihan.
Satu hal lain yang kurang di dalam diri seseorang di dalam berdoa ialah belas kasihan. Pada nyatanya, rasa empati seseorang yang mendoakan dapat memberikan pengaruh yang cukup besar bagi orang yang di doakan. Hal ini juga yang ditunjukkan oleh Tuhan Yesus pada beberapa peristiwa. Alkitab telah mencatat beberapa kali yang menyatakan bahwa Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak. Di dalam perjanjian baru rasa belas kasihan menjadi salah satu faktor di dalam setiap penyembuhan. Oleh sebab itu ketika kita mendoakan orang lain, kita harus mendoakan mereka sebagai pribadi yang kita cintai bukan sebagai benda. Seseorang yang mencitai orang lain akan mengharapkan yang terbaik bagi seseorang tersebut, begitu juga dalam hal berdoa.
Bukit-bukit doa
Di dalam teks Matius 6:7 Yesus meminta kepada orang-orang percaya untuk tidak berdoa secara bertele-tele. Doa semacam ini disebut juga sebagai doa yang rumit oleh karena banyak memuat hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk disampaikan. Biasanya doa semacam ini muncul setelah orang-orang berusaha mempelajari doa namun tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab. Dalam pelayanan-Nya, Yesus mengajarkan orang-orang percaya untuk datang kepada-Nya sama seperti anak datang kepada ayahnya. Di dalam hubungan yang seperti ini, orang-orang percaya dituntut untuk datang kepada Bapa dengan penuh keterbukaan, kejujuran, dan kepercayaan.
Beberapa hal yang dapat dipelajari dari cara seorang anak yang meminta kepada bapanya:
Yakin bahwa bapanya telah menyediakan apa yang ia butuhkan.
Salah satu contoh yang dapat dipelajari dari sikap seorang anak kepada bapanya adalah sikapnya di dalam meminta sarapan kepada bapanya. Anak-anak tahu dan yakin bahwa bapanya akan selalu menyediakan sarapan untuknya, sehingga dia tidak khawatir lagi ketika dia datang kepada bapanya dan meminta makanan. Seorang yang percaya kepada Yesus Kristus juga dituntut untuk memiliki sikap yang sama seperti sikap dari seorang anak kecil tersebut dalam hal meminta makanan untuk keperluan setiap hari kepada-Nya. Seorang yang percaya kepada Yesus Kristus didorong untuk meminta setiap keperluannya kepada-Nya dengan tidak merasa sukar dan malu.
Menggunakan imajinasi.
Tidak hanya itu, anak-anak juga mengajarkan orang-orang percaya untuk berdoa dengan menggunakan imajinasi. Pentingnya imajinasi di dalam disiplin doa sama seperti yang dijelaskan pada disiplin meditasi. Mungkin hal ini merupakan satu hal yang sangat diremehkan oleh orang-orang dewasa, akan tetapi perlu disadari bahwa ini adalah salah satu metode yang akan sangat membantu seseorang untuk membayangkan setiap hal yang dibutuhkannya. Tidak hanya itu, imajinasi juga dapar membuka pintu menuju iman. Salah satu contohnya ialah ketika kita melihat dengan daya khayal bahwa sebuah pesta pernikahan yang berantakan akan dipulihkan, maka tidak lama kemudian kita akan percaya bahwa itu dapat terjadi.
Jangan menunggu sampai ada keinginan untuk berdoa, baru kita mendoakan orang lain. Doa sama seperti pekerjaan yang lain, biasanya orang yang tidak ingin bekerja namun memulai sebuah pekerjaan akan menjadi suka untuk bekerja. Sama juga halnya dengan seseorang yang tidak ingin berlatih piano, namun setelah ia mencoba untuk melatihnya, ia menjadi senang untuk melakukan secara terus menerus. Demikianlah halnya dengan berdoa, orang-orang yang memilih untuk memulai berdoa walaupun belum ada keinginan, akan menjadi pribadi yang kemudian senang untk melakukannya.
Disiplin Berpuasa
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Richard J. Foster, dari tahun 1862 sampai tahun 1954 tidak ada penerbitan buku yang membahas mengenai puasa. Ini adalah salah satu bukti yang menunjukkan bahwa hal berpuasa sudah mulai diabaikan baik di dalam ataupun di luar gereja. Adapun beberapa alasan yang menyebabkan hal ini terjadi, yakni:
Hal berpuasa telah mendapat nilai buruk oleh karena sikap yang berlebihan dari pada para perapa abad pertengahan dalam melakukan puasa. Keadaan yang seperti ini telah mempengaruhi kesungguh-sungguhan batiniah orang-orang percaya, yang membuat orang-orang percaya kemudian cenderung mengutamakan bentuk lahiriah. Oleh karena itu puasa yang tidak lagi memiliki kuasa rohani digantikan oleh hukum agama yang sifatnya cenderung memanipulasi. Hal ini kemudian mendorong orang-orang percaya melakukan puasa dengan cara radikal, yang menekan keinginan tubuh dan menyiksa diri. Perkembangan dari perbuatan ini yang akhirnya membuat orang-orang menjadi kacau di dalam memahami puasa yang sebenarnya.
Alasan kedua adalah ada banyak propaganda yang pada akhirnya memberi pemahaman bahwa puasa merupakan hal yang kuno, yang tidak cocok lagi untuk diberlakukan pada masa kini. Salah satu contohnya ialah propaganda yang meyakinkan bahwa jika kita makan kurang dari tiga kali sehari akan membuat kita berada pada ambang mati kelaparan. Propanda ini kemudian didukung oleh pemahaman yang popular yang mengatakan bahwa suatu kebajikan positif apabilasetiap selera manusia terpuaskan. Tidak hanya itu, orang-orang yang berpuasa juga sering dihujani dengan berbagai komentar yang menyatakan bahwa puasa adalah ancaman bagi kesehatan. Ada banyak alasan atau propaganda yang membuat orang-orang enggan melakukan puasa. Yang harus dipahami adalah walaupun tubuh manusia bisa hidup dalam waktu yang singkat tanpa air dan udara, akan tetapi tubuh manusia dapat bertahan cukup lama (empat puluh hari ) sebelum proses mati kelaparan dimulai.
Orang-orang percaya sebaiknya tidak terpengaruh dengan tuntuntan-tuntutan dari kelompok-kelompok lain, karena pada dasarnya puasa sendiri memberikan efek yang menguntungkan bagi yang melakukannya. Hal ini sudah dibuktikan melalui kehidupan orang banyak. Alkitab telah mencatat beberapa tokoh yang melakukan puasa, oleh karena itu sebaiknya kita menilik kembali disiplin ini. Tokoh-tokoh terkemuka di dalam Alkitab yang berpuasa:
Musa
Raja Daud
Nabi Elia
Ratu Ester
Daniel sang penilik
Hana
Rasul Paulus
Yesus Kristus.
Selain yang dicatat di dalam Alkitab, ada banyak juga tokoh terkenal sepanjang sejarah yang berpuasa dan telah menegaskan manfaat dari berpuasa itu sendiri. Tokoh-tokoh tersebut ialah Martin Luther, Jhon Calvin, Jhon Knox, Jhon Wesley, Jhonatan Edwards dan David Brainerd dan masih banyak lagi lainnya.
Sudah jelas kalau puasa bukan hanya disiplin kristiani, ada banyak kelompok dari berbagai aliran atau kepercayaan lain yang juga menerapkannya, seperti Zoroaster ,kaum Yogi dari India, plato, sokrates, Aristoteles, Bahkan Hipokrates (bapa dari pengobatan modern). Oleh karena itu puasa tidak bisa dijadikan sebagai sarana yang dapat menjadikan perbuatan menjadi benar atau yang diminati.
Berpuasa di dalam Alkitab
Pada masa kini, ada banyak hal yang membuat “puasa” mendapat nilai yang buruk dari masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh beberapa alasan, yakni:
Ada orang-orang yang tidak dapat membedakan puasa dengan beberapa kegitan lainnya seperti mogok makan dan diet.
Alasan kedua ialah ada sebagian orang yang melakukan puasa dengan motivasi kesombongan.
Harus dipahami bahwa puasa yang juga dijelaskan Alkitab tidak menjadi salah karena beberapa hal tersebut, karena puasa yang dituliskan di dalam Alkitab memiliki tujuan-tujuan Rohaniah.
Jenis jenis puasa menurut cara pelakasanaannya.
yang pertama adalah berpuasa normal.
Puasa ini adalah puasa yang berpantangan dari semua makanan, baik cair atau padat, namun tidak berpantangan air. Ini dapat dilihat pada kisah Yesus yang berpuasa selama empat puluh hari (Lukas 4:2), di dalam kisah itu dijelaskan bahwa Ia tidak makan. Hal ini menunjukkan bahwa Ia berpantangan dengan semua makanan, namun bukan dengan air.
Puasa yang kedua ialah puasa sebagian.
Ini adalah jenis berpuasa yang hanya berpantangan denga makanan-makanan tertentu. Puasa ini dapat dilihat pada kisah Daniel yang berpuasa selama tiga minggu(Daniel 10:3). Selama itu, dia tidak makan makanan yang sedapa seperti daging dan anggur.
Jenis puasa ketiga ialah puasa penuh.
Puasa ini adalah puasa yang berpantangan dengan makanan dan air. Ini adalah biasanya juga disebut sebagai suatu tindakan yang nekad pada saat menghadapi suatu krisis. Ada beberapa kisah di dalam Alkitab yang mencatat sekelompok orang yang melakukan puasa ini. Puasa Ester pada saat banyasanya terancam (Ester 4:16), Puasa Paulus selama tiga hari setelah mengami perjumpaan dengan Kristus (Kis 9:9). Pemilihan jangka waktu ini bukan tanpa alasan, karena pada dasarnya manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air lebih dari tiga hari. Selain tokoh-rokoh tersebut, ada juga orang-orang yang disebut melakukan puasa penuh ajaib, karena mereka melakukan puasa penuh selama empat puluh hari. Tokoh-tokoh tersebut ialah Musa dan Elia (Ulangan 9:9; 1 Raja-raja 19:8). Sebaiknya jangan melakukan puasa penuh jika tidak mendapat perintah jelas dari Allah, jikapun ada sebaiknya tidak melakukannya lebih dari tiga hari.
Puasa pribadi dan puasa kelompok.
Pada kebanyakan peristiwa, puasa adalah hubungan pribadi dengan Allah. Namun ada kalanya puasa ini juga dilakukan secara bersama-sama. Beberapa tindakan puasa bersama yang dicatat di dalam Alkitab:Puasa pada hari pendamaian ( Imamat 23:27).
Puasa pada saat krisis nasional (Yoel 2:15, 16; 2 Tawarikh 20:1-4).
Puasa Ezra (8:21-23).
Berpuasa secara kelompok bisa merupakan suatu perbuatan yang baik dan berkuasa apabila semua orang yang mengambil bagian di dalam berpuasa tersebut sudah sehati dan siap. Salah satu contohnya, apabila gereja menghadapi satu persoalan yang serius, maka hal ini dapat dipulihkan apabila jemaat atau seluruh anggota gereja sepakat dan sungguh-sungguh untuk melakukan puasa dan doa. Pada tahun 1756 Inggris terancam akan serangan dari perancis, hal kemudian diberitakan oleh raja Inggris kepada rakyatnya dan meminta semua untuk melakukan puasa dan doa. Hal ini dicatat oleh Jhon Wesley. Dari pernyataan Wesley terlihat bahwa setelah rakyat itu melakukan puasa dan doa dengan sungguh-sungguh, bangsa tersebut mendapat perpanjangan ketentraman.
Puasa tetap dan tidak tetap.
Puasa tetap adalah puasa yang dilakukan pada hari-hari yang telah ditentukan, sedangkan puasa tidak tetap ada puasa yang tidak didasari oleh waktu-waktu tertentu. Sepanjang sejarah telah dikembangkan puasa yang disebut dengan puasa tetap. Di dalam Alkitab hal ini dicatat pada teks zakharia 8:19, Lukas 18:12. Hal ini berkembang dan diikuti oleh beberapa tokoh sejarah seperti Jhon Wesley. Namun walaupun demikian, tidak bisa juga dikatakan bahwa puasa yang tidak tetap atau yang dilakukan pada hari-hari yang tidak ditentukan merupakan puasa yang salah. Karena di dalam beberapa teks seperti 2 Korintus 11:27 disinggung mengenai kebebasan di dalam melakukan puasa. Oleh sebab itu perlu hikmat di dalam menjalan puasa. Sebaiknya kebebasan yang kita miliki kita pergunakan dengan baik.
e. Apakah puasa merupakan suatu perintah?
Salah satu pertanyaan yang sering dipertanyakan ialah, apakah puasa merupakan suatu pertintah? Jawaban yang tepat bagi pertanyaan ini ialah, puasa bukan sebuah perintah namun suatu tindakan yang sangat diharapkan oleh Yesus untuk dilakukan oleh para pengikutnya. Jika dilihat pada beberapa pernyataan yang Yesus sampaikan di bukit mengenai memberi, berdoa dan berpuasa, Yesus tidak menjelaskan puasa dengan bentuk perintah, akan tetapi lebih kepada penjelasan mengenai cara yang benar di dalam melakukannya. Selain itu, jika dilihat dari jawaban Yesus terhadap pertanyaan yang diajukan oleh murid-murid Yohanes mengenai murid-murid Yesus yang tidak berpuasa, Yesus menjawab bahwa ada harinya untuk mereka laksanakan, yakni pada saat memperlai laki-laki itu diambil dari mereka. Menurut beberapa tafsiran waktu yang dimaksud oleh Yesus ialah masa setelah Dia naik ke surge, termasuk masa kini. Dari jawaban Yesus tersebut tidak ditemukan kata yang menunjukkan itu sebagai sebuah perintah, akan tetapi tampak bahwa Yesus menjunjung disiplin berpuasa dan mengharapkan para pengikut-Nya melakukannya.Tujuan Berpuasa
Salah satu tujuan yang salah yang sering ditemukan di dalam diri sebagian orang yang menjalankan puasa adalah untuk memenuhi tujuan pribadi. Ini jelas-jelas salah, karena tujuan semacam ini menunjukkan bahwa, adanya pemahaman secara tidak langsung yang memberi arti bahwa dengan puasa kita dapat memaksa Allah untuk melakukan yang kita inginkan. Tujuan utama yang benar di dalam menjalan puasa ialah, untuk memuliakan Tuhan. Hendaklah setiap orang yang menjalankan puasa memusatkan hidupnya kepada Tuhan, karenan puasa adalah satu tindakan yang diprakarsaidan ditetapkan oleh Allah. Setelah tujuan utama tersebut, barulah kita dapat membuat tujuan-tujuan sekunder. Allah akan memperhatikan hal tersebut dan Ia akan menunjukkan pertolongan-Nya di dalam hidup kita. Satu tujuan lain di dalam menjalankan puasa ialah berpuasa akan menolong kita untuk menjaga keseimbangan hidup. Tidak jarang manusia tidak lagi dapat mengendalikan setiap keinginannya. Dengan berpuasalah hal ini dapa menjadi seimbang, puasa akan menyadarkan kita terhadap ketidakseimbangan tersebut dan akan menolong kita untuk menjaganya.Praktik berpuasa
Alangkah baiknya melakukan puasa dari hal-hal yang dinilai lebih mudah,. Puasa tidak makan makanan yang sedap seperti Daniel mungkin dapat dilakukan untuk permulaan. Hal ini dilakukan pada hari yang relative lebih singkat, bisa satu atau dua hari. Alangkah baiknya melakukan puasa ini dengan tetap memperhatikan hati yang tetap melakukan ibadah yang mempermuliakan Tuhan. Setelah melakukan puasa ini selama dua minggu, maka boleh dikembangkan dengan melakukan puasa normal dengan waktu yang relatif lebih singkat, yakni satu hari.
Segala sesuatu yang baru dimulai akan sangat terasa sulit, sama halnya dengan berpuasa. Pada hari pertama menjalankan disiplin ini akan banyak kesulitan yang akan dihadapi oleh setiap orang, seperti rasa lapar. Kesulitan yang jauh lebih berat dari itu ialah, kedagingan yang terus menggerutu, ini yang biasanya membuat orang-orang mengeluh pada saat menjalankan disiplin ini. Oleh karena hal itu, jangan mau dikuasai oleh kedagingan, jangan biarkan kedagiingan membuat diri kita mengeluh. Kita harus menjadi tuan atas perut kita, bukan sebaliknya. Lakukan puasa dengan memusatkan hidup kepada Tuhan. Koreksi motivasi dan buat motivasi yang benar di dalam menjalankannya.
Disiplin Belajar
Tujuan dari berbagai disiplin rohani adalah perubahan secara total yang dapat memberi arti mengganti semua pikiran dengan hal-hal baru. Tujuan ini paliing jelas terlihat pada disiplin belajar. Di dalam kitab Roma 12:2 Paulus memberitahukan bahwa kita harus mengalami pembaharuan akal budi. Akal budi ini hanya akan dapat diubah dengan merapkan hal-hal yang dapat mengubahkannya. Mengenai hal ini, Paulus juga telah menyinggungnya di dalam kitab Filipi 4:8, Dalam teks itu diberitahukan mengenai macam hal yang seharusnya menjadi bahan pemikiran dari orang-orang percaya. Jadi karena itu, bersukacitalah di dalam menjalankan setiap disiplin yang telah dan yang akan disampaikan oleh karena Tuhan kita telah memberikan sarana agar kita lebih mudah di dalam melakukannya.Setelah melakukan berbagai disiplin dengan sungguh-sungguh, ternyata masih banyak juga orang Kristen yang belum menyadari perubahan di dalam diri mereka. Hal ini dikarenakan , orang-orang tersebut belum memahami cara utama yang digunakan oleh Allah untuk mengubah setiap orang, yakni belajar. Yohanes 8:32 mencatat pernyataan Yesus yang mengatakan “Dan kamu akan mengetahui kebenaran dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Tidak ada hal lain yang dapat mengubahkan, selain dengan cara belajar atau mengetahui kebenaran. Prinsip belajar ini tidak hanya berlaku bagi beberapa mata pelajaran sekuler, akan tetapi dalam hal kerohanian juga
Apa sebenarnya belajar itu
Belajar adalah pengalaman khusus. Pengamatan yang terliti terhadap struktur-struktur yang objektif yang akan membuat proses-proses berpikir kea rah tertentu. Sama halnya ketika kita mempelajari sebuah buku, kita akan dibawa kepada struktur yang sesuai dengan buku yang sedang dipelajari. Jika hal ini dilakukan secara terus menerus, maka akan membentuk kebiasaan-kebiasaan berpikir yang mendarah daging. Salah satu contoh tindakan belajar secara berulang-ulang yang akhirnya mebentuk kebiasaan yang mendarah daging ialah perintah Allah kepada umat Israel agar menuliskan hukum taurat pada gerbang dan pada tiang pintu rumah, serta mengikatkannya pada pergelangan tangan dan haruslah menjadi lambang pada dahi umat tersebut.Proses yang terjadi pada pelajaran dan meditasi harus dibedakan, karena meditasi sendiri adalah disiplin yang bersifat ibadah sedangkan belajar bersifat analisa. Meditasi pada dasarnya menikmati kata sedangkan belajar lebih kepada menerangkan kata. Di dalam belajar ada dua bidang yang digunakan, yaitu bidang lisan dan tulisan.
Tugas pokok belajar sendiri adalah mencerap kenyataan dari suatu situasi tertentu, perjumpaan, buku dan sebagainya. Proses belajar memerlukan empat tindakan, yaitu:
Pengulangan.
Pengulangan secara teratur akan menyalurkan pikiran kearah tertentu, hingga membentuk satu kebiasaan berpikir.
Konsentrasi.
Ini adalah satu tindakan dimana seseorang memusatkan pikirannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya.
Pemahaman.
Tindakan ini akan membawa seseorang kepada wawasan dan pertimbangan. Tindakan ini jugalah yang sebenarnya menjadi dasar dari persepsi yang benar terhadap kenyataan.
Pemikiran.
Ini merupakan suatu tindakan yang memperjelas suatu makna dari apa yang dipelajari melalui perenungan atau tindakan memikirkan sesuatu yang terjadi.
Proses belajar menuntut kerendahan hati. Dengan kata lain, sebaiknya seseorang mendahului proses belajar dengan sikap yang bersedia untuk tunduk kepada sesuatu yang akan dipelajari. Seseorang yang ingin belajar harus datang dengan posisi seorang murid bukan guru. Ini akan membuat seseorang tidak hanya bergantung kepada kerendahan hati, namun juga dapat mendatangkan kerendahan hati.
Disiplin-Displin yang terwujud dalam cara hidup
Disiplin ketulusan hati dan kesederhanaan
Ketulusan hati adalah sesuatu yang berlawanan dengan bermuka dua. Ketulusan merupakan bagian dari kebebasan sedangkan bermuka dua merupakan bagian dari perbudakan. Hal ini juga disinggung oleh penulis kitab Pengkhotbah dengan mengatakan bawhwa, “Allah telah menjadikan manusia sederhana (jujur), tetapi persoalan-persoalan rumit yang dialami manusia telah dibuat olehnya sendiri.
Disiplin yang berhubungan dengan ketulusan hati ini merupakan suatu kenyataan batiniah yang menghasilkan gaya hidup lahiriah. Dengan kata lain, seseorang yang percaya bahwa ia dapat memiliki kenyataan batiniah tanpa memberi pengaruh yang besar terhadap cara hidupnya merupakan pernyataan yang tidak benar. Mengalami kenyataan batinih, akan membuat seseorang terbebas secara lahiriah, Hal inilah yang membuat seseorang tidak lagi terikat dengan keinginan-keinginan lahiriah seperti keinginan memiliki status atau posisi. Dengan mengalami hal yang demikian, seseorang dapa disebut sederhana atau berhenti dari pemborosan yang bukan dikarenakan oleh ketidakmampuan.
Sikap yang seperti ini mengalami kemerosotan, banyak orang yang mengalami kehilangan kenyataan batiniah ataupun gaya hidup lahiriah yang tulus dan sederhana. Salah satu penyebabnya ialah ada banyak persaingan yang berat. Hal ini membuat orang banyak tidak konsisten di dalam mengambil keputusan, yakni pada satu saat mengambil keputusan berdasarkan akal sehat, namun pada saat yang berbeda mengambil keputusan karena adanya rasa takut terhadap pandangan orang lain. Tidak ada kesatuan atau kebulatan di dalam mengambil keputusan.
Disiplin Kesendirian
Yesus memanggil setiap orang dari kesepian kepada kesendirian. Banyak sekali orang masih sering merasa takut ditinggal sendiri. Ketakutan ini tidak hanya terjadi kepada orang-orang yang ada pada usia tertentu. Anak-anak yang berada pada lingkungan yang baru akan menangis karena merasa takut tidak ada yang temani. Seorang siswa SMA merasa takut jika masuk keperguruan tinggi tanpa teman-teman SMA nya. Masih banyak peristiwa lainnya yang menunjukkan bahwa ada banyak orang yang merasa takut sendiri. Karena rasa takut ini, banyak orang kemudian yang melakukan berbagai usaha agar dapat membuat perasaan mereka seperti sedang berada di tengah-tengah keramaian. Beberapa usaha tersebut ialah berusaha mencari tempat-tempat ramai dan menggunakan alat-alat pendengar.
Harus diketahui bahwa usaha-usaha diatas bukanlah satu-satunya alternatif yang dapat melepaskan kita dari ketakutan akan kesendirian. Hal lain yang dapat diusahakan ialah mengusahakan kesendirian dan keheningan batin. Kesendirian sendiri adalah kepuasaan batin. Kesendirian bukan masalah tempat, melainkan keadaan pikiran dan hati. Ada kesendirian hati yang dapat berlangsung sapanjang waktu. Kesendirian ini tidak dipengaruhi oleh tempat atau kerumunanan orang. Hal ini lah yang memungkinkan bagi para petapa tidak mengalami kesendirian.
Kesendirian dalam batin akan dinyatakan secara lahir. Dengan demikian, akan ada kebebasan untuk tinggal sendirian, bukan untuk menjauhi orang, namun agar lebih bisa mendengarkan dengan lebih baik. Hal inillah yang ditunjukkan Yesus di dalam beberapa peristiwa, Ia mengambil kesempatan untuk tingggal di dalam kesendirian hati. Beberapa peristiwa tersebut ialah:
peristiwa Yesus di padang gurun selama empat puluh hari (Matius 4:1-11).
Yesus di padang gurun sepanjang malam sebelum pemilihan para murid (Lukas 6:12).
Yesus mengasingkan diri ke tempat yang sunyi setelah menerima berita kematian Yohanes pembaptis (Matius 14:13).
Yesus diatas bukit setelah memberi makan lima ribu orang (Matius 14:23) dan masih banyak lainnya. Dengan demikian perlu bagi seseorang untuk mencari keheningan yang untuk dapat mendengarkan dengan baik, secara khusus suara Allah.
Kesendirian dan keheningan.
Ini merupakan dua hal yang berbeda, yang memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Walaupun keheningan kadang-kadang berarti bahwa tak ada orang yang berbicara, namun keheningan selalu melibatkan tindakan mendengarkan. Hanya menahan diri agar jangan berbicara, tanpa hati yang mendengarkan Allah, belum dapat dikatakan keheningan. Maksud dari keheningan dan kesendirian adalah agar setiap orang dapat melihat dan mendengar. Bukan ketiadaan suara yang menjadi kunci untuk menuju keheningan. Dengan disiplin kesendirian dan keheningan ini, setiap orang dilatih untuk mampu mengetahui kapan harus berbicara dan kapan harus menahan lidah. Pengkhotbah mengatakan “ada waktu untuk berdiam, ada waktu untuk berbicara” (Pengkhotbah 3:7).
Langkah-langkah menuju kesendirian
Sama hal nya seperti beberpa disiplin rohani lainnya, disiplin kesendirian juga harus diwujudkan di dalam suatu tindakan. Ada beberapa tokoh yang memahami hal ini, sehingga mereka memutuskan untuk mewujudkannya di dalam tindakan yang mengatur hidupnya sebaik mungkin, sehingga menerima damai sejahterayang melampaui segala akal.
Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan seseorang untuk menuju kesendirian.
Langkah pertama ialah dengan memanfaatkan “kesendirian-kesendirian kecil” yang memenuhi hari-hari kita. Pada saat bangun di pagi hari, pada saat sedang minum kopi atau kesendirian di dalam perjalanan yang dikelilingi oleh berbagai kebisingan. Waktu-waktu yang relatif singkat ini sering sekali terlewatkan begitu saja, alangkah baiknya waktu-waktu ini digunakan untuk memperoleh ketenangan batin, untuk mengorientsi kembali kehidupan kita.
Langkah kedua yang dapat dilakukan ialah dengan merencanakan tempat-tempat yang tenang untuk mendapat keteduhan dan kesendirian. Salah satu bentuk rencana yang sangat baik mengenai tempat yang demikian adalah rencana membangun suatu ruangan di dalam rumah, yang berfungsi menjadi tempat berteduh atau tempat menyediri. Selain di dalam rumah, hal ini juga dapat dilakukan di luar rumah, seperti di taman atau di ruang yang biasanya sebagai tempat kebaktian.
Sebaiknya disiplin ini dilakukan agar setiap perkataan yang kita sampaikan singkat, padat dan dapat bermanfaat bagi setiap orang yang mendengarkannya. Berbicaralah dengan terus terang dan lakukanlah apa yang saudara telah katakan. Mulailah dari hal-hal yang sederhana, dengan waktunya relatif singkat. Kemudian setelah merasa lebih mampu melakukannya, mulailah lakukan dengan hal-hal yang lebih besar.
Disiplin ketundukan
Dibanding beberapa disiplin rohani lainnya, disiplin ketundukanlah yang sering disalahgunakan. Ada beberapa pihak yang sering mempergunakan hal ini dengan tujuan-tujuan yang buruk. Beberapa pihak tersebut sering menggunakan hal ini untuk memperhambakan orang lain. Salah satu dari beberapa pihak tersebut ialah gereja, lembaga ini sering dijadikan sebagai salah satu sarana untuk memanupulasi dan membinasakan orang lain dengan ajaran mengenai ketundukkan. Oleh karena itu, setiap orang haruslah mempelajari disiplin secara teliti, agar dapat memastikan apakah pemahaman yang diterima atau yang diajarkan mengenai ketundukan merupakan pemahaman yang dapat menolong atau malah menyesatkan.
Setiap disiplin rohani memiliki kebebasan yang berkaitan. Kebebasan yang berkaitan dengan disiplin ketundukan sendiri ialah kemampuan untuk melepaskan setiap keinginan untuk selalu mendapatkan apa yang kita mau. Pada masa kini, keinginan menjadi salah satu perhambaan terberat. Ada orang-orang yang rela menghabiskan banyak waktu hanya untuk mengurus satu hal kecil yang tidak berjalan seperti yang mereka harapkan. Bahkan demi hal tersebut, banyak orang yang sampai menggerutu, cekcok ataupun marah.
Dalam disiplin ketundukkan ini, setiap orang diharapakan dapat memanfaatkan kebebasan untuk tidak meneruskan atau melupakan perkara-perkara yang sulit diterima oleh beberapa pihak. Perlu diingat bahwa tidak semua hal sepenting yang kita pikirkan, ada hal-hal yang mungkin kita anggap penting padahal tidak. Dengan menggunakan Kebebasan ini, maka akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya keributan antar beberapa pihak. Namun walaupun demikian setiap orang tetap harus memperhatikan dan membedakan hal-hal yang penting dengan hal-hal yang tidak penting, agar tidak salah dalam mengambil tindakan . Dalam beberapa kasus, ada orang-orang yang tidak dapat membedakan kedua hal tersebut, sehingga mereka salah di dalam mengambil tindakan, ada yang akhirnya mengabaikan sesuatu yang sangat penting. Untuk menolong seseorang mengatasi hal ini, maka penting juga untuk melakukan disiplin keheningan. Salah satu cara terbaik untuk mengatasi hal ini ialah dengan tidak mengatakan apa-apa.
Di dalam Alkitab, ketundukkan pertama-tama dipusatkan kepada sikap hati seseorang ketika melihat orang lain. Ketundukkan sebagai satu sikap batiniah yang menunjukkan kesediaan seseoranguntuk saling mengalah. Salah satu contoh yang dicatat oleh Alkitab ialah nasihat petrus kepada para budak untuk tunduk kepada tuan mereka (1 Pet 2:18. Seharusnyan ketundukan dimulai dari dalam hati, ini akan mempengaruhi tindakan yang di luar. Hati sebagai pusat dari segala sesuatu yang keluar juga disinggung oleh Tuhan Yesus di dalam beberapa pengajaran-Nya. Di dalam salah satu teks kitab Perjanjian Baru dituliskan larangan mengenai pembunuhan, Yesus kemudian menanggapi teks ini dengan menekankan bahwa masalah sesungguhnya adalah pembunuhan yang ada di dalam hati. Hal ini sama dengan ketundukkan; masalah yang sesungguhnya adalah masalah tegang rasa dan rasa hormat yang dimiliki seseorang ketika berada bersama-sama dengan orang lain.
Roh ketundukkan yang akhirnya membuat seseorang bebas di dalam menghargai orang lain. Pendapat atau rencana orang lain menjadi bagian penting bagi kita. Kita akan lebih bebas untuk melepaskan setiap hak yang munkin selama ini sering membuat kita susah mengalah kepada orang lain. Selain itu, kita tidak lagi pusing terhadap tanggapan orang yang sulit menerima pendapat kita, bahkan sebaliknya kita mungkin malah akan merasa sedih ketika mereka mengalami kegagalan dikemudian hari.
Salah satu batu ujian atau hal yang dapat seseorang gunakan untuk menguji ketundukan di dalam dirinya ialah penyangkalan diri. Hal inilah yang diajarkan Yesus kepada para orang banyak, termasuk murid-murid-Nya. Di dalam teks Markus 8:34 dituliskan “Lalu Yesus memanggil orang banyak dan murid-murid-Nya dan berkata kepada Mereka. ’Setia orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya dan mengikut Aku.” Penyangkalan diri merupakan satu jalan untuk besa mengerti bahwa kita tidak perlu mendapat apa yang kita inginkan. Ini tidak memberi arti bahwa dengan melakukannya seseorang akan kehilangan identitas dirinya, sebagaimana yang dipandang oleh beberapa orang. Dengan melakukan hal ini tidak berarti seseorang juga sedang merendah kepada dirinya sendiri. Sebaliknya, dengan melakukan penyangkalan diri, seseorang akan mendapakan identitas dan akan memahami bahwa dirinya sangat berharga. Hal ini telah dilakukan oleh Yesus dan murid-murid-Nya, ini juga telah dibahas di dalam beberapa kitab.
Beberapa orang mengalami kebingungan di dalam menerapkan disiplin ketundukkan ini. Hal ini dikarenakan ada banyak juga ketundukan yang dapat membawa orang jauh kepada kehendak Allah , seperti ketundukan terhadap pemerintahan yang melarang umat Kristisani untuk memberitakan Injil. Tidak hanya itu, masih banyak lagi hal-hal lain yang membingungkan orang-orang di dalam menerapkan disiplin ini. Oleh karena itu, perlu bagi seseorang untuk memahami batasan-batasan dari disiplin ini. Tidak ada hukum yang dapat digunakan untuk menjadi batasan terhadap penerapan disiplin ini. Orang-orang harus memiliki pemahaman yang jelas terhadap hal yang menuntut mereka untuk tunduk. Orang-orang harus memahami, apakah disiplin mendorong mereka kepada hal yang baik berdasarkan kehendak Allah atau malah sebaliknya. Karena ini, perlu bagi seseorang untuk bergantung kepada Roh Kudus.
Disiplin Pelayanan
Selama Yesus di bumi, Ia mengajarkan berbagai hal . Salah satu pengajaran yang Ia tekanankan ialah mengenai pelayanan. Alkitab telas menusliskan beberapa peristiwa yang menunjukkan bahwa Yesus mengajarkan secara jelas mengenai pelayanan. Salah satu peristiwa yang terkenal di dalam Alkitab mengenai pengajaran ini adalah peristiwa pertengakaran di antara para murid, yang dikarenakan perebutan tempat yang paling besar diantara mereka (Lukas 9:46. Di dalam peristiwa ini Yesus mengajarkan kepada mereka bahwa, sesungguhnya yang terbesar ialah mereka yang menyabambut Dia. Selain dalam peristiwa ini, peristiwa pembasuhan kaki pada jamuan Paskah juga menjelaskan bahwa pelayanan berarti melakukan segala sesuatu seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus.Seseorang harus memahami pelayanan yang sejati dan yang semu pada saat ingin mempraktikan pelayanan. Pelayanan semu adalah pelayanan yang dilakukan melalui usaha manusia, yang mana menggunakan banyak energi untuk merencanakan dan memperhitungkan pelayanan. Pelayanan semu ini pada dasarnya menuntut pahala lahiriah, memperhatikan hasil-hasil pelayanan, bersifat sementara dan tanpa kepakaan. Pelayanan ini biasanya menimbulkan keretakan dalam masyarakat, pelayanan ini berpusat pada pemulihan orang yang melayani. Sebaliknya, pelayanan yang sejati adalah pelayanan yang datang dari persekutuan oknum Ilahi yang ada di dalam diri seseorang. Pelayanan ini juga merupakan tindakan memperhatikan kebutuhan orang lain dan membangun masyarakat umum. Pelayananan ini bersifat tenang, sederhana dan tidak menuntut balasan.
Dibanding beberapa disiplin rohani lainnya, disiplin pelayanan adalah disiplin yang paling banya mewujudkan kerendahan hati. ini adalah sifat baik di dalam diri seseorang yang tidak dapat diupayakan dengan cara mencarinya, jika ada yang berupaya untuk mencarinya maka yang akan terjadi, sifat ini akan semakin menjauh dari dirinya. Satu-satunya cara untuk memperoleh sifat yang sangat berharga ini adalah dengan menerapkan disipilin pelayanan. Disiplin yang menunutut kita untuk mengutamakan orang lain ini akan perlahan-lahan menumbuhkan sifat kerendahan hati di dalam diri yang melakukannya. Disiplin ini akan mendisplinkan dan mengubah keinginan daging yang begitu banyak di dalam diri seseorang.
Displin yang di jalankan dalam jemaat
Ada beberapa disiplin yang dijalankan dalam jemaat, beberapa disiplin tersebut ialah Disiplin pengakuan, disiplin penyembahan, disiplin bimbingan dan disiplin perayaan. .Gereja mengajarkan dan menekankan disiplin ini kepada jemaat agar jemaat dapat menerapkannya.Melalui pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib, manusia yang begitu buruk dan kejam mendapat pengampunan dan anugerah dari Allah. Ini adalah satu-satunya cara yang dirancang Allah untuk menyelamatkan umat-Nya dari keadaan yang sangat buruk. Ini juga lah yang menjadi bukti dari besarnya kasih Allah bagi kehidupan umat manusia. Ini adalah karya paling luhur dan paling kudus yang dapat dijangkau oleh setiap orang untuk memperoleh pengampunan dari Allah. Oleh karena hal ini, setiap umat manusia diharapkan mendengarkan dan mempercayai hal ini, serta mengambil tindakan pengakuan atas setiap dosa yang sudah pernah dilakukan. Setiap orang yang melakukan disiplin pengakuan ini akan merasakan dampak yang begitu besar yang dapat mengubah kehidupannya menjadi lebih baik. Ini akan menuntun jemaat kepada kedewasaan rohani.
Disiplin ini kedua yang ditekanka di dalam hubungan jemaat ialah disiplin peyembahan. Menyembah juga berarti mengalami realitas, menyentuh Hidup. Menyembah berarti mengenal, merasakan, serta mengalami kehadiran Kristu yang bangkit di tengah-tengah perhimpunan orang-orang percaya. Menyembah juga berarti memasuki Shekinah Allah atau dikuasai oleh Shekinah Allah. Harus dipahami bahwa, Allah secara aktif mencari orang-orang yang hendak menyembah Dia. Di dalam teks Yohanes 4:23 Yesus mengatakan” penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa mengkehendaki penyembah-penyembah yang demikian. Dengan melakukan ini berarti seseorang tersebut menanggapi tawaran dari hari Bapa. Dengan menyadari hal ini, orang-orang percaya di dodorong untuk memprioritaskan Tuhan dengan menyembah-Nya. Hal ini dapat dimulai dengan berharap penuh akan kehadiran Allah Kristus dan percaya bahwa Dia yang hadir yang juga akan memimpin penyembahan tersebut. Setiap orang yang melakukan penyembahan dengan sungguh-sungguh, yang sesuai dengan kehendak Allah akan merasakan perubahan di dalam hidupnya.
Daftar Pustaka
Buku
Bill Hull, Jesus Christ, Disciple maker. Surabaya: Literatur perkantas jawa Timur, 2004.
J. H. Gondowijoyo, School of Prayer (Yogyakarta: Andi, 2015.
J.M. Nouwen, Henri. Spiritual Formation: Following the Movements of the Spirit. New York: Harper Collins, Publishers, 2010.
Stott, Jhon. Murid radikal yang mengubah dunia. Surabaya: Literatur perkantas jawa timur, 1975.
Willard, Dallas. Hearing God:mendengarkan Allah. Surabaya: literatur perkantas jawa timur, 2012.
J. Foster, Richard. Tertib Rohani: Sudahkah Anda menapakinya? Malang: Gandum mas, 1996.
Internet
Jeffrey P. Greenman, “Spiritual Formation in Theological Perspective.” artikel on-line. dikutip dari Life in the Spirit.indb (d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net). Internet. diakses pada 26 Januari 2021.
Selfi Pellokila, ”Formasi Rohani.” artikel on-line. dikutip dari AgriXiv Preprints Formasi Rohani (osf.io); Internet. diakses pada 26 Januari 2021.
[1] Selfi Pellokila, ”Formasi Rohani.” [artikel on-line]; dikutip dari AgriXiv Preprints | Formasi Rohani (osf.io); Internet; diakses pada 26 Januari 2021.
[2] Jeffrey P. Greenman, “Spiritual Formation in Theological Perspective.” [artikel on-line]; dikutip dari Life in the Spirit.indb (d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net); Internet; diakses pada 26 Januari 2021.
[3] Henri J.M. Nouwen, Spiritual Formation: Following the Movements of the Spirit (New York: Harper Collins, Publishers 2010).
[4] Dallas Willard, Hearing God:mendengarkan Allah (Surabaya: literatur perkantas jawa timur, 2012), 10
[5] Bill Hull, Jesus Christ, Disciple maker (Surabaya: Literatur perkantas jawa Timur, 2004), 135.
[6] J. H. Gondowijoyo, School of Prayer (Yogyakarta: Andi, 2015), 103.
[7] Ibid.
[8] Ibid, 104.
[9] Jhon Stott, Murid radikal yang mengubah dunia (Surabaya: Literatur perkantas jawa timur, 1975), 70.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.