LATAR BELAKANG KITAB 1 DAN 2 RAJA RAJA
“Berbaliklah kamu dari pada jalan-jalanmu yang jahat itu. Dan tetaplah ikuti segala perintah dan ketetapan-Ku, sesuai dengan segala undang-undang yang telah Kuperintahkan kepada nenek moyangmu dan yang ielah Kusampaikan kepada mereka dengan perantaraan hamba-hamba-Ku, para nabi” (II Raj. 17:13)Namun demikian, Tuhan tidak mau memusnahkan Yehuda oleh karena Daud, hamba-Nya, sesuai dengan yang dijanjikan-Nya kepada Daud, bahwa Ia hendak memberikan keturunan kepadanya dan kepada anak-anaknya untuk selama-lamanya (II Raj. 8:19).
LATAR BELAKANG KITAB 1 DAN 2 RAJA RAJA
Kedua Kitab Raja-Raja mencatat rangkaian kejadian di sekitar pasang surut kerajaan Israel yang bersatu, juga peristiwa-peristiwa setelah kerajaan terpecah menjadi Israel dan Yehuda, dan akhirnya tentang Yehuda yang dikucilkan. Secara sepintas kedua kitab sepertinya tidak lebih dari laporan-laporan membosankan tentang prestasi-prestasi -- terutama di bidang kerohanian secara berturut-turut baik dari kerajaan Israel maupun Yehuda, disertai dengan kisah-kisah menarik tentang nabi-nabi tertentu. Secara keseluruhan, keduanya tak putusputus mencatat berulangnya perbuatan jahat raja-raja, dan masih terjadinya pemandangar. kurang menyenangkan tentang kehidupan dari kerajaan-kerajaan ini.Namun, di balik kesan awal ini terdapat satu pesan menggembirakan disertai pengharapan bagi umat Allah. Pesan dari kedua kitab ini bersumber pada janji-janji luar biasa Allah kepada Daud dalam Kitab II Samuel. Ada tiga pelajaran yang didapat umat Allah selama masa pembuangan di Babel dan sesudahnya: (1) bahwa Israel harus belajar dari kesalahan para pendahulunya serta mengikuti para nabi sebagai juru bicara Allah, agar terhindar dari hukuman berat seperti itu lagi; tetapi (2) bagaimanapun juga, Tuhan adalah Allah yang baik dan panjang sabar, tetap mau mengampuni jika umat benar-benar bertobat; dan (3) bahwa Dia tetap memberikan harapan kepada umatNya, terlepas betapa pun parah keadaan mereka.
Catatan kitab ini dimulai ketika Daud sudah uzur serta lemah, sementara kekuasaan berpindah kepada Salomo, anaknya, yang kemudian menjadi pusat perhatian. Dosa-dosa Salomo menyebabkan kerajaan terpecah menjadi dua negara yang bermusuhan. Sementara itu berbagai tulisan di dalamnya secara bergantian melaporkan kedua kerajaan serta memberikan penilaian terhadap sejarah mereka. Setelah Kerajaan Utara jatuh, Kerajaan Selatan juga dilaporkan jatuh, sebagai akibat dosa-dosa mereka. Akhirnya, kitab ini ditutup dengan catatan yang menunjukkan pandangan ke depan dengan gambaran tentang harapan bahwa Allah tetap menyertai umat-Nya.
JUDUL SERTA KEDUDUKAN DALAM KANON
Seperti Kitab-kitab Samuel, kedua Kitab Raja-Raja pada mulanya adalah satu. Dalam bahasa Ibrani judul yang diberikan untuk versi yang permulaan ini adalah melakîm, “Raja-Raja.” Kitab ini dipecah menjadi dua karena alasan praktis, edisi ini pertama kali muncul dalam salinan bahasa Yunani, Septuaginta. Versi Yunani menyebut keduanya sebagai kitab “Pemerintahan Ketiga dan Keempat”; dua kitab “Pemerintahan" yang pertama adalah Kitab-kitab I dan II Samuel. Judul dalam bahasa Inggris - “Kings” atau “Raja-Raja” -- berasal dari salinan bahasa Latin, Vulgata, hasil karya Yerome di mana keduanya disebut kitab “Raja-Raja Ketiga dan Keempat."Judul-judul permulaan di atas mencerminkan fakta bahwa pembagian menjadi I dan II Samuel serta I dan II Raja-Raja bukan didasarkan alasan konsepsional yang mendalam. Kisah tentang Daud, tokoh yang dibicarakan hampir di seluruh Kitab II Samuel belum selesai
Kitab ini pada kanon Ibrani juga adalah satu kitab, LXX membaginya menjadi dua bagian yang digabung bersama kitab Samuel sebagai III, IV Kerajaan atau oleh Vulgata sebagai III , IV Raja-raja. Alkitab Ibrani modern telah membagi materi ini menjadi dua bagian yaitu 1 & 2 Raja-raja sejak penerbitan Alkitab Rabbinic dari Daniel Bomberg di Vanesa tahun 1516.
Kanon Kristen memasukkan kitab ini dalam kitab sejarah tetapi kanon Ibrani memasukkan dalam kitab nabi-nabi terdahulu bersama Yosua, Hakim-hakim, dan Samuel. Tapi penempatan ini dapat dianggap sama sahnya, karena Kitab Raja-raja harus dipandang sebagai sejarah kudus yang dilihat melalui mata para nabi. Maksudnya penulis tidak hanya mencatat urutan peristiwa belaka melainkan menggunakan pendekatan subyektif. Ia bukanlah pembela Kerajaan yang bermaksud memuja raja tetapi ia menilai dan mengkritik para penguasa dengan membandingkan mereka dengan Daud, contoh atau teladan seorang raja yang agung.
Penulis
Tidak disebutkan. Tetapi tradisi Talmud berpendapat bahwa kitab ini ditulis oleh nabi Yeremia dengan melihat kesamaan antara Yer 52 dan 2 Raj 24-25. Tetapi berdasarkan konteks, tema teologis, dan Tujuan penulisan, identitas tidak banyak yang dapat diketahui. Namun sebagai kesimpulan, kita dapat menerima penulis sebagai satu orang yang mendasarkan penulisannya atas beberapa sumber. Yang jelas ia memahami bahwa hubungan Israel dengan Yahweh didasarkan pada Perjanjian dengan-Nya. Dan hubungan ini memiliki implikasi pada sejarah Israel. Waktu penulisan diperkirakan antara kejatuhan Yerusalem dan dekrit Raja Koresy dari Persia yang mengijinkan orang Israel kembali ke tanah air mereka (587/586 – 539 SM). Penulis oleh Lazor disebut sebagai berbakat dan kreatif yang membuat kitab ini seragam dalam teologisnya dan cara penyajian yang khas tentang sejarah Israel. Dimana sejarah dua kerajaan dengan susah payah dijalin dengan komentar-komentar profetik oleh penyunting sendiri.Tujuan
a. Menceritakan sejarah dari kerajaan bersatu dan kerajaan terpecah ketika mereka mengabaikan perjanjian dengan Tuhan. Fokusnya adalah para nabi dan para raja; nabi berfungsi sebagai hati nurani para raja.b. Keberhasilan dan kegagalan para raja tidak didsarkan pada politik tetapi atas dasar religius. Keadaan para raja terjalin erat dengan rakyat, dimana berkat dan kutuk tergantung kepada respon para raja terhadap Hukum Musa.
c. Pengesahan dinasti Daud dengan perantaraan jabatan nabi, karena perjanjian mengenai jabatan raja yang dikatakan nabi Natan mendukung suku Yehuda dan keluarga Daud sebagai pewaris tahta atas Israel (2 Sam 7:1-17)
d. Menyelesaikan penulisan sejarah raja-raja Israel sebagai lanjutan kitab Samuel
KERANGKA DARI Kitab I dan II RAJA-RAJA
Kerangka. Tulisan-tulisan dalam I dan II Raja-Raja dikerjakan di sekitar zaman raja-raja, mulai dari Daud dan Salomo, terus ke zaman di mana kerajaan terpecah, dan berakhir pada masa pemerintahan terakhir raja-raja Yehuda. Setelah kerajaan terpecah (1 Raj. 12-14), dalam penyajian tulisan-tulisannya, penulis menggunakan kerangka yang bisa dimengerti. Kerangka dimulai dengan satu catatan terstruktur tentang kenaikan raja ke atas takhta, dan ditutup dengan catatan terstruktur serupa tentang kematiannya. Pola-pola tersebut sedikit berbeda untuk masing-masing kerajaan, Pola yang khas (tipikal) adalah sebagai berikut:23Catatan tentang penobatan raja:
Sinkron (sampai Raja Hosea) Usia raja saat naik takhta (khusus Yehuda) Lama pemerintahan Pusat pemerintahan (ibu kota) Nama ibunya (khusus Yehuda) Putusan-putusan teologis yang dihasilkannya
Catatan tentang kemangkatan raja:
Catatan tentang kemangkatan raja:
Sumber (asal) kutipan Kematian dan penguburannya Catatan tentang pergantian kekuasaan
Pola khas untuk kerajaan Israel di atas dinyatakan sebagai berikut:
Catatan penobatan raja: Dalam tahun ke-8 dari pemerintahan Y, raja Yehuda, A, anak dari B mulai memerintah atas seluruh Israel di Tirza/Samaria. Ia memerintah selama 8 tahun. la melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Catatan kemangkatan: Selebihnya dari riwayat A dan segala yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? Kemudian A mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Tirza/ Samaria; maka B (anaknya), menjadi raja menggantikan dia.
Pola khas ini untuk kerajaan Yehuda dinyatakan sbb.:
Catatan penobatan:
Pola khas untuk kerajaan Israel di atas dinyatakan sebagai berikut:
Catatan penobatan raja: Dalam tahun ke-8 dari pemerintahan Y, raja Yehuda, A, anak dari B mulai memerintah atas seluruh Israel di Tirza/Samaria. Ia memerintah selama 8 tahun. la melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Catatan kemangkatan: Selebihnya dari riwayat A dan segala yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Israel? Kemudian A mendapat perhentian bersama-sama nenek moyangnya, dan ia dikuburkan di Tirza/ Samaria; maka B (anaknya), menjadi raja menggantikan dia.
Pola khas ini untuk kerajaan Yehuda dinyatakan sbb.:
Catatan penobatan:
A anak dari raja B mulai memerintah atas Yehuda dalam tahun ke-X dari pemerintahan C, raja Israel. A berumur X tahun ketika ia mulai memerintah, dan ia memerintah X tahun di Yerusalem. Nama ibunya adalah Y, anak perempuan D. Dan A melakukan apa yang benar (atau jahat) di mata Tuhan.
Catatan kemangkatan:
Selebihnya dari riwayat A, dan segala yang dilakukannya, bukankah semuanya itu tertulis dalam kitab sejarah raja-raja Yehuda? Kemudian A mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangnya, dan dia dikuburkan di samping nenek moyangnya di kota Daud. Maka B anaknya, menjadi raja menggantikan dia.
Kita perlu memperhatikan, bahwa selain keterangan tambahan dalam rumusan versi Yehuda (mengenai umur raja serta nama ibunya), raja-raja Yehuda mendapatkan penilaian kadang baik dan kadang jahat -- sementara di Israel penilaiannya konsisten: semua jahat. Juga, ada sedikit perbedaan susunan pelaporan tentang penobatan seseorang menjadi raja. Lebih jauh, pergantian dinasti begitu jelas dalam sejarah kerajaan Yehuda (yakni anak menggantikan ayah), tetapi di kerajaan Israel kasus seperti ini hanya separuhnya saja.
Makna teologis dari pola di atas. Seperti telah ditekankan, dalam pola seperti itu catatan resmi dari istana kemungkinan menjadi dasar atau sumber bagi sebagian besar keterangan, namun tidak semuanya. Salah satu sebabnya catatan-catatan yang sinkronistis atau seragam (yakni memperhatikan kesesuaian antara tahun saat mana seseorang menjadi raja dengan kejadian pada tahun yang sama di kerajaan lainnya) mungkin bukan merupakan bagian dari catatan-catatan resmi masing-masing kerajaan. Cukup jika ada kronologi konsisten dalam kerajaan itu sendiri. Sebenarnya, sulit membayangkan bagaimana mungkin kerajaan yang bermusuhan seperti Israel dan Yehuda bisa saling mengakui catatan resmi saingannya. Kedua, penilaian teologis atas raja yang memerintah masingmasing kerajaan mungkin bukan merupakan bagian dari catatan resmi dari istana. Catatan seperti itu kemungkinan besar berasal dari pena penulis kitab I dan II Raja-Raja.
Pola yang terdapat pada kerangka kerja di sini mengandung beberapa pengertian penting. Pertama, jika catatan-catatan seperti itu diamati dari dekat akan terlihat bahwa pengarang ingin menulis sejarah secara cermat dan lengkap. Ia bermaksud menulis suatu sejarah, bukan sekedar catatatn.
Pengarang menekankan ini melalui penggunaan sinkronisme dengan Timur Dekat kuno (yakni untuk menunjuk pada raja-raja Mesir, Asyur, dan Babilonia), atau menantang pembacanya untuk menguji masalah-masalah itu sendiri dengan menariknya (membandingkannya) kepada catatan-catatan resmi dari istana. Sejarah Israel dan Yehuda bisa diuji sebagaimana sejarah siapa saja,
Kedua, bagaimanapun juga, catatan-catatan ini bukanlah sejarah yang tidak memihak, obyektif , atau “sejarah untuk kepentingan sejarah itu sendiri”; ia adalah sejarah teologis. Pengarang menulis sejarah dengan sorotan teologis, pertama, dengan memberikan penilaian singkat dari sisi teologis kepada setiap raja, selanjutnya menyampaikan kisahan tentang para raja serta nabi-nabi secara luas.
Ketiga, pengarang bermaksud karyanya menjadi bagian dari sejarah lengkap tentang pengalaman Israel sebagai satu bangsa.25 Efek beruntun dari kronologi mendetail ini bisa memperlihatkan satu bangsa dalam lintasan sejarah yang panjang. Jika kronologi itu ditambahkan pada tanggal awal dalam kitab ini tanggal mana berkaitan dengan periode bahwa Bait Suci dibangun 480 tahun setelah peristiwa Keluaran -- I Raja-Raja 6:1. Jadi seluruh sejarah ini dirangkum oleh peristiwa besar pada permulaan sejarah Israel sehingga terbentuk satu pemikiran: bahwa bagaimanapun juga, kedua kerajaan yang memberontak ini disatukan oleh keberadaan umat perjanjian sejak zaman Keluaran.2
Keempat, sinkronisme cermat terhadap pemerintahan masing-masing raja berikut hal serupa pada kerajaan kembarannya, membuktikan bahwa penulis ingin menyajikan baik sejarah Israel maupun Yehuda sebagai sejarah dari satu bangsa, bukan dua bangsa.27 Kedua kerajaan itu tak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya, bukan saja oleh kronologi dan kejadian-kejadian sejarah dari zaman tersebut, tetapi bahkan oleh sejarah mereka sebelumnya sebagai satu bangsa yang dipimpin Allah, di mana keduanya tetap bertanggung jawab kepada Dia.
Kita perlu memperhatikan, bahwa selain keterangan tambahan dalam rumusan versi Yehuda (mengenai umur raja serta nama ibunya), raja-raja Yehuda mendapatkan penilaian kadang baik dan kadang jahat -- sementara di Israel penilaiannya konsisten: semua jahat. Juga, ada sedikit perbedaan susunan pelaporan tentang penobatan seseorang menjadi raja. Lebih jauh, pergantian dinasti begitu jelas dalam sejarah kerajaan Yehuda (yakni anak menggantikan ayah), tetapi di kerajaan Israel kasus seperti ini hanya separuhnya saja.
Makna teologis dari pola di atas. Seperti telah ditekankan, dalam pola seperti itu catatan resmi dari istana kemungkinan menjadi dasar atau sumber bagi sebagian besar keterangan, namun tidak semuanya. Salah satu sebabnya catatan-catatan yang sinkronistis atau seragam (yakni memperhatikan kesesuaian antara tahun saat mana seseorang menjadi raja dengan kejadian pada tahun yang sama di kerajaan lainnya) mungkin bukan merupakan bagian dari catatan-catatan resmi masing-masing kerajaan. Cukup jika ada kronologi konsisten dalam kerajaan itu sendiri. Sebenarnya, sulit membayangkan bagaimana mungkin kerajaan yang bermusuhan seperti Israel dan Yehuda bisa saling mengakui catatan resmi saingannya. Kedua, penilaian teologis atas raja yang memerintah masingmasing kerajaan mungkin bukan merupakan bagian dari catatan resmi dari istana. Catatan seperti itu kemungkinan besar berasal dari pena penulis kitab I dan II Raja-Raja.
Pola yang terdapat pada kerangka kerja di sini mengandung beberapa pengertian penting. Pertama, jika catatan-catatan seperti itu diamati dari dekat akan terlihat bahwa pengarang ingin menulis sejarah secara cermat dan lengkap. Ia bermaksud menulis suatu sejarah, bukan sekedar catatatn.
Pengarang menekankan ini melalui penggunaan sinkronisme dengan Timur Dekat kuno (yakni untuk menunjuk pada raja-raja Mesir, Asyur, dan Babilonia), atau menantang pembacanya untuk menguji masalah-masalah itu sendiri dengan menariknya (membandingkannya) kepada catatan-catatan resmi dari istana. Sejarah Israel dan Yehuda bisa diuji sebagaimana sejarah siapa saja,
Kedua, bagaimanapun juga, catatan-catatan ini bukanlah sejarah yang tidak memihak, obyektif , atau “sejarah untuk kepentingan sejarah itu sendiri”; ia adalah sejarah teologis. Pengarang menulis sejarah dengan sorotan teologis, pertama, dengan memberikan penilaian singkat dari sisi teologis kepada setiap raja, selanjutnya menyampaikan kisahan tentang para raja serta nabi-nabi secara luas.
Ketiga, pengarang bermaksud karyanya menjadi bagian dari sejarah lengkap tentang pengalaman Israel sebagai satu bangsa.25 Efek beruntun dari kronologi mendetail ini bisa memperlihatkan satu bangsa dalam lintasan sejarah yang panjang. Jika kronologi itu ditambahkan pada tanggal awal dalam kitab ini tanggal mana berkaitan dengan periode bahwa Bait Suci dibangun 480 tahun setelah peristiwa Keluaran -- I Raja-Raja 6:1. Jadi seluruh sejarah ini dirangkum oleh peristiwa besar pada permulaan sejarah Israel sehingga terbentuk satu pemikiran: bahwa bagaimanapun juga, kedua kerajaan yang memberontak ini disatukan oleh keberadaan umat perjanjian sejak zaman Keluaran.2
Keempat, sinkronisme cermat terhadap pemerintahan masing-masing raja berikut hal serupa pada kerajaan kembarannya, membuktikan bahwa penulis ingin menyajikan baik sejarah Israel maupun Yehuda sebagai sejarah dari satu bangsa, bukan dua bangsa.27 Kedua kerajaan itu tak mungkin dipisahkan satu dengan lainnya, bukan saja oleh kronologi dan kejadian-kejadian sejarah dari zaman tersebut, tetapi bahkan oleh sejarah mereka sebelumnya sebagai satu bangsa yang dipimpin Allah, di mana keduanya tetap bertanggung jawab kepada Dia.
Sumber diambil dari buku Howard Jr. David M. Kitab-kitab Sejarah dalam Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2009.
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.