Iman Di Tengah Keluarga (Keluaran 2:1-10; Ibrani 11:23)
Pendahuluan:
Keluarga adalah lembaga/komunitas yang pertama Allah ciptakan di dunia. Allah menciptakan keluarga pertama sekali di dalam awal penciptaan melalui dan di dalam Adam dan Hawa. Keluarga menjadi gambaran keberadaan Allah di bumi. Keluarga adalah komunitas kasih yang mencerminkan kasih Allah di bumi. Oleh itu semua anggota dalam keluarga harus hidup saling mengasihi satu dengan yang lain. Namun, ketika Pemimpin keluarga itu jatuh dalam dosa, mereka tidak taat kepada Tuhan yang mengakibatkan kehancuran keluarga sekaligus membawa kehancuran rencana Allah dalam Keluarga.Iman Di Tengah Keluarga (Keluaran 2:1-10; Ibrani 11:23)
Alkitab menceritakan kepada kita dengan jelas bagaimana rencana Tuhan itu diawali dan dinyatakan melalui dan di dalam keluarga. Kita bisa melihat dengan sekilas beberapa keluarga, yaitu:
1. Keluarga Nuh
2. Keluarga Abraham
3. Keluarga Yakub
4. Keluarga Daud
5. Keluarga Yusuf dan Maria
Dalam bagian ini kita akan belajar mengenai Iman dalam Keluarga melalui keluarga Musa, secara khusus dalam bagian kelahiran Musa.
Pembacaaan Teks:
Keluaran 2:1-10
2:1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; 2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. 2:3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; 2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.2:5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 2:6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: "Tentulah ini bayi orang Ibrani." 2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: "Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?" 2:8 Sahut puteri Firaun kepadanya: "Baiklah." Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: "Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu." Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. 2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: "Karena aku telah menariknya dari air."Ibrani 11:23
11:23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
Berbicara mengenai Iman, penulis Ibrani memberi definisi bahwa iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1). Lebih tegas lagi penulis Ibrani mengatakan bahwa tanpa iman tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah (Ibrani 11:6). Melalui hal itu kita bisa melihat bahwa iman berbicara mengenai dasar dan bukti yang membawa seseorang percaya untuk memiliki hubungan dengan Tuhan.
Dalam bahasa Ibrani, kata “percaya” atau “iman” adalah aman (אָמַן). Kata “iman” dalam bahasa Yunani terjemahan dari pistis (πίστις), yang artinya kepercayaan atau penyerahan diri kepada seseorang. Kata kerja dari pistis adalah pisteuo (πιστεύω), yang mempunyai pengertian “percaya kepada, memercayakan diri atau menyerahkan diri kepada suatu obyek,” dalam hal ini tentu Tuhan. Dalam Hal ini, Alkitab memberikan arti dan kata yang sama kepada Percaya dan Iman, Yakni mempercayakan diri atau menyerahkan diri kepada Tuhan.
Dalam Kisah Keluaran pasal yang kedua secara khusus mengenai kisah kelahiran Musa, menunjukkan kepada kita bagaimana iman dalam keluarga itu bekerja. Orangtua Musa adalah orang Lewi, ayahnya adalah Amran dan Ibunya adalah Yokhebed. Amran dan Yokhebed menikah dan mereka berdua akhirnya memiliki anak yaitu Harun dan Miryam. Mereka tinggal di tanah Gosyen di Mesir. Orang-orang Israel sebelumnya mengalami kemakmuran di Mesir dikarenakan Yusuf yang pada waktu sebelumnya menjadi orang nomor 2 di Mesir. Oleh karena itulah pertumbuhan dan perkembangan orang-orang Israel di Mesir sangat pesat dan cepat. Namun setelah Yusuf tiada, dan tua-tua Israel yang seusia Yusuf pun telah tiada. Begitu juga dengan raja Mesir serta orang-orang yang mengenal Yusuf pun telah tiada, sehingga lahirlah raja Mesir dan pembesar2 nya yang tidak mengenal Yusuf. Hal ini membuat orang-orang Israel diperbudak di Mesir.
Melihat pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari bangsa Israel, maka raja Firaun mulai merasakan ketakutan dan kekuatiran bahwa Israel akan lebih banyak dari orang Mesir. Selain itu keadaan situasi politik saat itu juga ada dalam peperangan yang membuat raja Firaun kuatir kalo budak-budak Israel dapat bekerjasama dengan pihak musuh sehingga mengalahkan Mesir. Oleh karena itulah Raja Firaun mengeluarkan peraturan bahwa mereka harus ditindas semakin berat. Namun rencana ini tidak berhasil membuat orang-orang Israel berkurang. Kemudian raja juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong persalinan orang-orang Israel untuk semua anak-anak laki-laki Israel yang lahir pada masa itu harus dibunuh. Hal ini dilakukan untuk mengurangi laju pertumbuhan orang-orang Israel. Namun rencana inipun tidak berjalan dengan baik, karena bidan-bidan itu tidak melakukan perintah raja dikarenakan mereka takut akan Tuhan. Melalui hal ini kita bisa melihat ketakutan raja akan kehilangan jabatannya membuat dia berpikir tidak jernih dan bahkan menjadi jahat. Oleh itu janganlah kita membuat keputusan ataupun sebuat tindakan yang didasarkan atas ketakutan/kekuatiran kita akan kehilangan jabatan, posisi ataupun kehilangan penghargaan.
Dalam situasi yang mencekam seperti itulah waktu Musa dilahirkan. Oleh itu ketika Musa lahir, orangtuanya menyembunyikannya selama 3 bulan, sekalipun ini melanggar perintah raja, tetapi mereka tidak takut. Namun mereka tidak dapat lagi menyembunyikan bayi Musa ini untuk waktu yang lebih lama. Hal ini bisa dikarenakan oleh perintah raja kepada tentara-tentaranya untuk mencari bayi-bayi laki-laki dari orang Israel ke rumah-rumah mereka. Hal ini membuat orangtua Musa harus “membuang” bayi Musa ke sungai Nil. Ini adalah tindakan yang sebenarnya di tidak masuk akal atau di luar batas kewajaran. Namun kita bisa melihat akhirnya bayi Musa bisa selamat dan dirawat oleh putri Firaun dan bahkan di Istana Firaun Musa mendapatkan segala sesuatu yang terbaik. Tentu semua ini tidak terjadi tanpa Campur tangan Tuhan, Oleh karena iman orangtua Musalah kepada Tuhan sehingga Tuhan campur tangan dan berkarya jauh lebih lagi dalam hidup Musa
Iman Memberi Kita Harapan
Ketika kita beriman kepada Tuhan,maka di saat yang sama kita akan mendapatkan harapan. Harapan itu akan memberi kita kekuatan, energy dan semangat untuk menjalani kehidupan yang sulit sekalipun. Harapan seperti angin segar bagi paru-paru kita, yang masuk dan menyegarkan serta menguatkan kita. Harapan energy bagi kita untuk tetap bertahan dan melanjutkan kehidupan ini. Tanpa ada Harapan maka kita tidak lagi bergairah dalam menjalani kehidupan ini. Oleh karena itulah kita melihat banyak orang yang mengakhiri hidupnya dengan caranya sendiri, karena mereka khilangan harapan.Pengharapan juga memberikan kita kuasa untuk melihat masa depan. Oleh karena harapan yang adalah maka kita bersemangat bekerja, belajar dan melakukan segala sesuatu, karena kita melihat ada harapan di masa depan. Harapan membuat kita kuat untuk mencapai impian-impian kita. Oleh karena itulah penulis Ibrani mengingatkan kepada kita juga bahwa “Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir” (Ibrani 6: 19). Dengan pengharpan yang kita miliki,maka kita dapat terus maju menggapai impian-impian kita.
Dalam kisah kelahiran Musa kita melihat iman orangtua Musa memberi harapan bagi mereka. Sekalipun situasi dan kondisi begitu menekan mereka tetapi mereka tidak berputus asa. Mungkin sebagian besar orangtua pada saat itu tidak melakukan seperti yang mereka lakukan, melainkan pasrah saja anak-anak laki-lakinya dibunuh. Namun tidak demikian dengan orang tua Musa. Iman yang memberi harapan itulah membuat mereka berani menyembunyikan bayi Musa selama 3 bulan sekalipun itu bertentangan dengan perintah raja dan bahkan bisa membahayakan nyawa mereka sekeluarga. Karena jika itu diketahui oleh raja, bukan saja bayi itu dibunuh tapi bisa seisi rumah dibunuh. Oleh karena harapan yang mereka milikilah maka mereka memiliki ide dan membuat peti dari pandan, dan memakalnya dengan gala-gala dan ter. Kemudian menaruh bayi Musa di dalamnya dan membuang bayi itu di sungai Nil.
Harapan itulah yang membuat orangtua Musa menjadi “tega” membuang bayi Musa ke Sungai Nil sekalipun tidak ada dasar apakah bayi itu akan selamat. Bayi Musa bisa saja tenggelam dan akhirnya mati. Bayi Musa bisa saja di dapati oleh orang-orang Firaun, tentara-tentara firaun dan bahkan orang-orang jahat lainnya yang bisa membunuh dengan cepat bayi itu. Bahkan sekalipun Putri Firaun yang menemukan bayi Musa, tetap tidak ada dasar untuk Musa bisa diselamatkan. Karena belum tentu putri Firaun punya belas kasihan. Tidak ada jaminannya. Putri Firaun bisa saja membiarkan bayi itu di sungai dan bahkan menyuruh suruhannya untuk membunuhnya karena dia tahu bayi itu adalah bayi orang Ibrani. Putri Firaun juga bisa memberikan bayi itu kepada raja sehingga raja bisa melakukan sesuai perintahnya. Namun tidak demikian yang terjadi, iman yang membuka harapan bagi orangtua Musa bahwa selalu ada jalan atas setiap masalah. Selalu ada pintu yang terbuka, selalu ada kesempatan dan selalu ada perlindungan bagi mereka yang percaya dan berharap kepada Tuhan.
Iman mendorong Kita untuk Bertindak
Ketika orangtua Musa memiliki Iman kepada Tuhan,itu mendorong mereka untuk berbuat sesuatu. Mereka menyembunyikan bayi Musa selama 3 Bulan. Setelah itu mereka membuat sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil. Orangtua Musa dan Kakak2nya bertindak untuk menyelamatkan Musa. Di dalam Bagian ini kita bisa belajar mengenai iman yang bertindak yang dilakukan oleh keluarga Musa.
IMan itu membuat kita AKtif
Mempercayai Allah bukan berarti membuat kita pasif sehingga tidak berbuat apa apa. Tetapi mennjadi orang percaya ataupun beriman itu membuat kita menjadi orang yang aktif. Oleh karena iman itulah orangtua Musa menyembunyikan Musa selama 3 bulan. 3 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk menyembunyikan seorang bayi. 3 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk merawat seorang bayi. Hal ini tentu memliki tantangan tersendiri terlebih mereka harus menyembunyikan itu dari pegawai-pegawai dan tentara-tentara Firaun. Iman Membuat kita untuk aktif dalam bertindak. Hal ini juga yang ditegaskan oleh Yakobus dalam suratnya, Yakobus 2:17 “Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati.”Iman membuat kita aktif untuk bertindak melakukan apa yang menjadi bagian kita. Orang beriman bukanlah orang yang malas, tetapi sebaliknya ketika kita bertumbuh dalam iman, itu membuat kita menjadi orang-orang yang rajin, orang-orang yang tekun, orang-orang yang sabar. Kita semakin hari, semakin aktif, semakin rajin dan semakin tekun, karena kita percaya bahwa apa yang kita lakukan di dalam Tuhan akan selalu berbuah manis dan indah pada waktunya.
Iman membawa kepada kesepakatan
Jika kita melihat cerita kelahiran Musa ini antara seluruh anggota keluarga, baik orangtua maupun anak ada kesepakatan. Mereka membagi tugas untuk keamanan bayi Musa. Hal ini tentu dimulai dari Musa Lahir, kemudian mereka menyembunyikannya hingga 3 bulan. Tentu ini bisa dilakukan karena kesepakatan yang menghasilkan kerja sama yang baik. Tidak akan ada kerjasama yang baik tanpa ada kesepakatan. Kerjasama mereka juga digambarkan dalam pembuatan Peti dari pandan, kemudian dilanjutkan dengan membuang bayi Musa ke sungai Nil. Kakak Musa (Miryam) menjadi pengawas dari jauh akan apa yang akan terjadi terhadap bayi Musa di Sungai itu. Kakak Musa melakukan bagiannya dengan memperhatikan bayi itu di sungai dan siapa yang akan mengambil bayi itu. Ketika Kakak Musa melihat bahwa putri Firaun mengambil bayi itu, maka iapun langsung menawarkan inang pengasuh bagi bayi itu untuk putri Firaun, yang kemudian Putri Firaunpun menyetujuinya sehingga Musa tetap disusui oleh ibu kandungnya sendiri. Apakah semua hikmat dan rencana ini berasal dari Kakak Musa? Tentu tidak, ini sudah merupakan kesepakatan keluarga mereka. Tentu mereka sudah merencanakannya sebelumnya sehingga ketika rencana itu berjalan maka setiap orang di dalamnya bisa melakukan bagiannya masing-masing.Dari hal ini kita dapat belajar bahwa iman akan membawa kita kepada kesepakatan. Kesepakatan akan membawa kita kepada kerjasama yang baik, sehingga kita dapat melalui masalah, pergumulan dengan baik. Oleh karena itu ketika dalam keluarga kita mengalami masalah, pergumulan, Jangan kita saling menyalahkan seperti yang dilakukan oleh kebanyakan orang. Tetapi mari selalu bersepakat dan bersehati untuk bekerja sama.
Alkitab juga mengajarkan kepada kita banyak keluarga yang bersepakat sehingga mereka dapat melalui masalah dan pergumulan yang sedang mereka hadapi, Misalnya:
1. Pembangunan Bahtera Nuh (Nuh dan anak-anaknya bekerjasama Kejadian 6-8 )
2. Dalam Cerita Minyak seorang Janda (si Ibu bekerjasama dengan kedua anaknya (2 Raja-raja 4:1-7).
3. Perintah Yesus untuk Bersepakat (Matius 18:20)
Dalam bagian ini kita belajar ada Kuasa dalam kesepakatan terlebih jika kesepakatan kita sejalan dengan apa yang menjadi kehendak dan rancangan Tuhan.
Iman Membuat kita Melihat
Iman membuat kita melihat apa yang menjadi rancangan Allah. Iman membuat kita melihat apa yang menjadi kehendak Allah bagi kita. Iman membuat kita melihat apa yang menjadi tindakan Allah sehingga kita bisa berjalan bersama-sama Allah. Hal inilah yang dialami oleh orangtua Musa ketika melihat bayi Musa. Di dalam ayat yang kedua mengatakan 2:2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya.Pernyataan dalam kalimat ini sama persis dengan apa yang dituliskan di dalam Kejadian 1:31, ketika Allah telah selesai menciptakan semuanya ciptaan, dan diakhiri dengan menciptakan manusia, kemudian Allah melihat semuanya “sungguh AMat Baik.” Kata Cantik dan sungguh Amat Baik adalah berasal dari kata yang sama yaitu טוֹב (towb) dibaca tobe yang artinya sungguh amat baik, sempurna/excelent. Dari hal ini kita dberi gambaran bahwa apa yang dilihat oleh orangtua Musa terhadap Musa sama dengan apa yang dilihat oleh Tuhan terhadap Musa. Kesamaan penglihatan antara manusia dengan Allah hanya bisa terjadi jika kita memiliki iman kepada Tuhan. Iman akan membuat kita melihat apa yang Tuhan lihat dan sedang rencanakan.
Kita juga diberi contoh oleh Alkitab di dalam kisah Elisa dan pembantunya yang sedang menghadapi musuh dari tentara Aram (2 Raja-raja 6:8-23). Dalam cerita ini, Elisa dan pembantunya di kepung oleh tentara Aram sehingga membuat pembantu Elisa ketakutan dan berkata kepada Elisa, Tuan, Celaka Tuanku! Apa yang akan kita perbuat? Kemudian Elisa menjawabnya dengan berkata “jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita daripada yang menyertai mereka. Kemudian Elisa berdoa supaya Tuhan membuka mata pembantunya. Kemudian setelah Elisa Berdoa, maka Tuhan membuka mata pembantunya Elisa dan melihat sekeling mereka dikelilingi oleh kuda dan kereta berapi dari Tuhan.
Iman membuat kita melihat apa yang menjadi rencana Allah. Iman membuat kita melihat potensi-potensi yang ada di dalam keluarga kita. Iman membuat kita melihat apa yang menjadi rencana Allah dalam keluarga kita. Iman membuat kita melihat jalan terbuka yang Allah sediakan. Iman membuat kita melihat pertolongan Allah yang tidak pernah terlambat. Iman membuat kita melihat bahwa Allah selalu bersama dengan kita.
Iman Mengalahkan ketakutan Kita.
Ibrani 11:2311:23 Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja.
Dalam Bagian ini penulis Ibrani secara langsung menyatakan bahwa karena iman maka mereka tidak takut kepada raja. Ini berarti mereka lebih takut kepada Tuhan daripada kepada manusia. Mereka lebih menghormati Tuhan diatas segalanya dari kepada manusia. Mempercayai Tuhan/beriman kepada Tuhan yang menjadi penguasa tertinggi atas kehidupan ini akan membuat kita lebih yakin dan teguh,kuat serta sabar menghadapi masalah, problem apapun. Kita tidak takut karena percaya Tuhan yang pegang kendali.
Demikianlah yang dialami oleh keluarga Musa ketika itu. Mereka tidak takut kepada Raja, mereka menyembunyikan bayi Musa selama 3 bulan, sekalipun resikonya besar. Mereka menghanyutkan bayi Musa ke Sungai Nil sekalipun resikonya besar mereka tidak takut. Mereka menawarkan bayi Musa ke Putri Firaun dan menyodorkan Inang Penyusu untuk bayi Musa. Mereka membawa bayi Musa ke istana Firaun dan merawatnya disana. Mereka tidak takut kepada Firaun. Mereka bukan menjauh dari sumber masalah itu, tetapi malah mendekat kepada sumber itu dan menyelesaikan itu dengan Iman.
Iman akan mengalahkan ketakutan kita. Saat kita percaya/beriman kepada Allah, maka kita menyadari bahwa Allah akan bertindak dan memberikan yang terbaik untuk kita. Jika Allah yang bertindak, mengapa kita harus takut? Raja Daud mengatakan dalam nyanyiannya sekalipun aku dalam lembah kekelaman aku tidak takut bahaya sebab Engkau Besertaku (Mazmur 23: 4). Demikian juga Tuhan berfirman melalui Musa kepada Yosua dan bangsa Israel dalam Ulangan 31:8 “Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati." Dan bahkan jika kita melihat seluruh catatan Alkitab, ada 365 kali Alkitab mengingatkan kita untuk tidak takut. Itu artinya Tuhan mau kita menjalani hari-hari kita setiap hari di dalam kemerdekaan bukan di dalam ketakutan.
Iman mengalahkan ketakutan kita. Apa yang menjadi ketakutan kita saat ini dalam keluarga kita. Perekonomiankah? kesehatankah? Hubungan-hubungan kitakah? Masa depan anak-anak kah? Apapun itu yang sedang anda takuti saat ini, mari serahkan itu kepada Tuhan dan percayailah Tuhan dalam hidupmu, dalam keluargamu, dalam pendidikanmu, dalam segala aspek hidupmu. Tuhan ada bersama-sama dengan kita. Tuhan memperhatikan orang-orang percaya kepadanya. Tuhan membela orang-orang yang percaya kepadanya. Jangan Takut tetapi percayalah kepada Tuhan.
Iman Membuat kita tidak Takut untuk Berjalan dalam Kehendak Allah
Iman Membuat kita tidak takut pada kemustahilan
Iman membuat kita tidak takut untuk berserah kepada Allah dan mengijinkan Allah bekerja dalam Hidup Kita.
Mari Kita Berdoa. Tuhan memberkati kita semua.
ditulis oleh :Pardomuan Marbun
No comments:
Post a Comment
Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.