Yesus Menolak Perceraian



Yesus Menolak Perceraian

By: Rasni

Teks : Matius 19:1-9. Maleakhi 2:16; 1 Kor 7:27
Tema : Yesus Menolak Perceraian
KT : Kenapa Yesus Menolak Perceraian?
KP : 2 Dasar Yesus menolak perceraian dalam Matius 19:1-9 adalah sebagai berikut:
1. “keluarga” dibangun atas inisiatif Allah. Kej 1:26.
2. Dua menjadi satu dalam otoritas Allah tak boleh dipisahkan manusia.

Yesus Menolak Perceraian

Pendahuluan:

    Shalom bagi kita semua... Saya berdoa kiranya kita semua dalam keadaan sehat, ya baik bapak/ibu/sdr. Tema dari kebenaran Firman Tuhan yang akan saya sampaikan untuk kita pada (pagi/siang/malam) ini ialah “Yesus Menolak Perceraian,” yang terdapat di dalam Injil Matius 19:1-9. Perikop yang diberikan LAI (Lembaga Alkitab Indonesia ialah Perceraian).
    Setelah Yesus selesai mengajar di Galilea, dari sana Ia pergi ke daerah Yudea di seberang sungai Yordan.
    Di dalam pasal ini, adalah jawaban Yesus kepada orang-orang Farisi yang mendatangi Yesus dan bertanya kepada-Nya soal, apakah suami diperbolehkan menceraikan isterinya/seorang isteri menceraikan suaminya? (sebenarnya bpk/ibu/sdr, orang-orang Farisi ini sedang mencobai Yesus dengan maksud hati mereka Yesus mungkin akan terjebak) itu dapat dalam ayat 3. Akan tetapi, tidak terjadi demikian, Yesus mengetahui maksud hati orang Farisi, oleh karena itu Yesus menjawab mereka dengan tegas, jawaban Yesus dalam ayat 4, disini Yesus sedang mengingatkan mereka (orang-orang Farisi) untuk memahami kembali tujuan Allah menciptakan manusia (Kej 1:26) dan dari percakapan Yesus dengan orang Farisi dalam pasal ini memperlihatkan bahwa persoalan perceraian ini sudah ada sejak dahulu.
    Saya, tidak tahu apakah ada diantara bpk/ibu/sdr yang bertanya-tanya tentang persoalan ini, mungkin kadang kala ada persoalan-persoalan berat yang dialami dalam keluarga, yang membuat hubungan pernikahan bapak/ibu bisa renggang, adanya ketidak-harmonisan, ada pertengkaran-pertengkaran dan persoalan-persoalan lainnya dalam keluarga. Apakah, kemudian dalam persoalan-persoalan itu membuat pernikahan menjadi lebih baik lagi (dalam arti ada tindakan mengaku salah dan memperbaiki kesalahan tersebut atau justru sebaliknya, mulai menyatakan kata-kata yang kasar kepada pasangannya, atau melakukan tindakan kekerasan di dalam rumah tangga sehingga sampai pada keputusan untuk berpisah, saya tidak tahu bpk/ibu/sdr. Tetapi, saya mendorong bpk/ibu/sdr kiranya persoalan-persoalan itu tidak membuat bapak/ibu/sdr menyerah dalam pernikahan yang telah diikat dihadapan Tuhan, dan manusia.

Keluarga dibangun atas inisiatif Allah

    Kata inisiatif berarti tindakan yang didasari atas keinginan yang didorong oleh kerinduan untuk melakukan sesuatu. Dan dalam hal ini, Allah pada awal menciptakan manusia Ia menciptakan manusia tidak hanya untuk menjadi kawan sekerja-Nya, tetapi lebih dari pada itu, yakni untuk bersatu (perempuan dan laki-laki, bahasa kita sekarang ini menikah) beranak-cucu, memenuhi bumi (ayat 4-5). Oleh karena itu, laki-laki akan pergi meninggalkan orang tua nya untuk bersatu dengan isterinya dalam satu daging (kata daging disini merujuk kepada sifat kemanusiaan/berada diluar Allah, natur manusia yang telah jatuh dalam dosa). Martin Luher mengatakan bahwa “daging” itu menandakan seluruh Kodrat manusia, akal budi, tanpak roh; Melanchhton, Loci, edisi 1535).
    Kata bersatu berarti terhubung, memiliki hubungan yang erat, dan hubungan yang erat itu dibangun secara terus menerus selama bpk/ibu/sdr hidup bersama dengan pasangan. Yang tadinya hidup dalam sendiri (dibawah naungan orang tua) dengan aturannya sendiri, maka setelah menikah tidak lagi demikian, karena dua orang yang telah dipersatukan harus hidup dengan aturan-aturan atau kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama, hal ini berlaku sampai akhir hidup mereka. Dalam hal ini akhirnya kita mengetahui bahwa, sebagai manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa, akan ada saja persoalan yang dapat menimbulkan permasalahan, baik itu karena persoalan yang dari luar rumah kita atau karena keegoisan, emosi, ketidak-perdulian, dan lain sebagainya dimana semua persoalan itu merujuk kepada kedagingan kita masing-masing.

Ilustrasi

    Bapak/ibu/sdr pasti sudah tidak asing dengan cerita kelahiran Yesus, yang mana selama Yesus berada di bumi, Ia juga hidup di dalam keluarga, ibuNya ialah Maria, dan ayahNya ialah Yusuf. Kita tahu bahwa cerita ini bahwa Maria hamil lebih dulu (dari Roh Kudus) pada waktu status hubungannya dengan yusuf sebagai tunangan. Akan tetapi, Yusuf dengan penuh pertimbangan dan memberi kesempatan kepada dirinya untuk taat pada waktu ia didatangi lewat mimpi oleh malaikat Tuhan untuk tidak memutuskan hubungan dengan Maria (mengenai kelahiran Yesus, Mat 1:18-25).
    Bagaimana dengan bapak/ibu/saudara saat ini? Siapa yang memberi jalan keluar bagi permasalahan di rumah tangga bapak/ibu/saudara? Apakah itu keluarga? Orang-orang yang bapak/ibu/saudara sangat hormati? Atau mengambil jalur hukum? Adakah bapak/ibu/saudara sedang mengalami kebimbangan saat ini? Apakah persoalan di dalam rumah tangga bapak/ibu/saudara ada diambang pintu perceraian?. Saya tidak tahu, tetapi saya mau mendorong bapak/ibu/saudara untuk menerima nasihat-nasihat dari orang-orang terdekat bilamana bapak/ibu/saudara sedang mengalami masalah ini sekarang, dan berikan diri bapak/ibu/saudara untuk dituntun oleh Roh Kudus dengan disertai komitmen mengambil langkah mempertahankan keluarga bapak/ibu/saudara. Kita harus tahu, baik hidup sendiri, baik menikah, baik tidak menikah atau bercerai pasti akan selalu ada masalah bapak/ibu/saudara, oleh karena itu alangkah baiknya jika kita menyelesaikan masalah itu dan kita jadikan sebagai pedoman dalam hidup untuk terus mencapai kehidupan yang lebih baik dengan dilandaskan hubungan dengan Tuhan yang dibangun di dalam keluarga.

 Dua menjadi satu dalam tuntunan Allah tak boleh dipisahkan manusia.

    Kita kembali dengan percakapan Yesus dengan orang-orang Farisi, dalam ayat 6 Yesus mengatakan bahwa “yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia”. Dengan sangat jelas Yesus mengatakan hal ini bapak/ibu/saudara. Kemudian, jika kita lihat lagi, orang-orang Farisi tidak menerima perkataan Yesus, mereka kembali bertanya di dalam ayat 7: tentang keputusan Musa dalam Perjanjian Lama mengenai surat cerai. Kembali Yesus menjawab, hal demikian Musa putuskan oleh karena kebebalan hati mereka. Kamus Bahasa Indonesia mengartikan kata bebal itu berarti sukar mengerti, lambat dalam menanggapi sesuatu. Tetapi, sejak semula (pada waktu Allah menciptakan manusia, itu semua baik. Allah mempersatukan Adam dan Hawa, maka dengan tegas Yesus menyatakan bahwa ketika seseorang menikahi orang yang sudah cerai itu perbuatan zinah. Tujuan Yesus mengatakan hal ini ialah supaya komitmen dalam bersatu di dalam keluarga dipegang sampai maut (kematian yang memisahkan. Namu, oleh karena dosalah, maka semua (kita) manusia di muka bumi tidak terluput dari hal-hal yang dapat menyeret kita kepada dosa.
    Demikian halnya untuk keluarga-keluarga yang ada pada masa kini, apakah dalam beberapa kesempatan bapak/ibu/saudara mengambil waktu untuk mengingat bagaimana bapak/ibu/saudara membangun keluarga (rumah tangga) pada awalnya. Pernikahan yang dibawa ke gereja, diberkati oleh gembala (pendeta), dan mengikat janji nikah dihadapan keluarga lainnya. Apakah hanya itu yang menjadi landasan bapak/ibu/saudara menikah? Bukankah seharusnya sebagai orang-orang yang percaya kepada Kristus harusnya senantiasa melibatkan Tuhan di dalam keluarga?. Melibatkan berarti,meskipun dalam keadaan susah (saat menghadapi persoalan dalam keluarga, kebutuhan yang tidak selalu tercukupi, anak-anak yang tidak mudah diatur atau justru bapak/ibu/saudara sulit untuk jujur kepada pasangan atau merasa tidak ada gunanya membangun hubungan dengan pasangan bapak/ibu/saudara saat ini karena satu dan dua hal? Merasa pasangannya sudah tidak cantik/tampan lagi? Merasa tidak dipenuhi kebutuhannya? Atau masalah-masalah lainnya?.

 Ilustrasi:

    Nick Fujicic merupakan tokoh yang begitu menginspirasi banyak orang bapak/ibu/saudara. Kita lihat bahwa dia tidak memiliki tubuh yang sempurna, tetapi ketidaksempurnaan itu justru membuat dia menjadi pribadi yang kuat, bahkan ia membangun keluarganya. Ia memiliki seorang isteri yang cantik dan dianugerahkan 4 orang anak. Ini membuktikkan bahwa dalam ketidak-sempurnaan fisik pun, jika kita disertai dengan kerendahan hati masing-masing kita akan mampu membangun satu keluarga yang di dalam nya ada unsur untuk saling melengkapi.
hidup Anda tidak menjadi lebih baik secara kebetulan, tetapi menjadi lebih baik karena perubahan.

Kesimpulan:

    Jadi, bapak/ibu/saudara ingatlah senantiasa bahwa perceraian bukan satu tindakan yang akan menyelesaikan persoalan dalam keluarga. Kiranya melalui masalah-masalah dalam keluarga yang bapak/ibu/saudara alami akan menjadi satu tindakan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang membawa kepada perubahan untuk menjadi suami/isteri/orang tua yang lebih baik lagi. Tuhan Yesus memberkati.

No comments:

Post a Comment

Jika anda Ingin Membantu pelayanan ini, silahkan kirimkan bantuan anda dengan menghubungi email charinmarbun@gmail.com. Jika anda diberkati silahkan Tuliskan dalam komentar. Jika ada pertanyaan dan permohonan Topik untuk dibahas, silahkan tuliskan dikolom komentar. Terimakasih sudah membaca, Tuhan Yesus memberkati selalu.